Share

Chapter 5 (Hal gila)

Author: Scorpio_Girl
last update Huling Na-update: 2024-12-06 19:30:27

"Turunkan aku! Aku tidak sudi di sentuh oleh tangan mu yang kotor itu!" gumam Adnessa dengan suara yang terdengar tidak begitu jelas.

Walaupun dalam keadaan setengah sadar, Adnessa masih bisa mengenali siapa lelaki yang memaksa dirinya untuk meninggalkan tempat ini. Seketika, membuatnya merasa jiji saat teringat apa yang di lihatnya di kolam tadi.

Sepertinya, usaha Adnessa sia-sia. Walaupun gadis itu telah meronta bahkan mengumpati Axelio dengan kalimat pedasnya agar kakak tirinya itu mau menurunkannya, namun, kenyatannya Axelio tidak goyah sedikit pun dan tetap membawa Adnessa pergi dari tempat itu.

"Aku benci kamu, aku benci semua orang!" ucap Adnessa seraya memukul pundak Axelio.

Tepat di sebelah mobil miliknya, akhirnya Axelio menghentikan langkahnya dan menurunkan Adnessa. Dengan tangan terkepal dan wajah memerah menahan kesal, Axelio menyudutkan tubuh Adnessa di kap mobilnya. Dua pasang mata itu saling beradu tatap dengan pandangan masing-masing. Axelio dengan tatapan kesalnya dan Adnessa dengan tatapan jijiknya.

"Apa yang kamu lakukan tadi? kenapa kamu bisa berada di sini?" Tanya Axelio.

Berdandan seperti ini, datang ke tempat seperti ini, apa maksud gadis ini? Memang Axelio akui hari ini Adnessa terlihat sangat cantik dan anggun, bahkan sejak pertama kali melihat kehadiran Adnessa di tempat ini, Axelio tidak bisa berbohong jika dirinya tidak terpesona dengan kecantikan gadis itu. tapi, di sisi lain dirinya merasa kesal ketika melihat ribuan mata juga menatap kagum ke arah Adnessa. Sehingga, tanpa berfikir panjang, Axelio segera menghampiri Adnessa dan meninggalkan Erika.

Adnessa menaikkan sebelah alisnya dan mendorong pelan tubuh Axelio, "Tidak ada urusannya dengan mu!"

Mendengar jawaban Adnessa, tentu saja Axelio semakin kesal. Pria itu segera menarik tangan Adnessa dan kembali menyudutkan tubuh gadis kecil itu, setelah melihat Adnessa yang ingin pergi begitu saja tanpa berniat memberikan penjelasan yang masuk akal untuknya.

"Siapa yang membawa mu kemari?" tanya Axelio dengan suara beratnya.

"Tidak ada!" singkat Adnessa, tanpa berniat menatap ke arah Axelio.

Axelio memincingkan matanya, menatap tidak percaya kearah Adnessa, 'Tidak mungkin, gadis sepolos ini bagaimana bisa sampai di tempat seperti ini sendiri?!'

Adnessa seketika membelalakkan matanya, ketika Axelio tiba-tiba saja mengenggam erat pergelangan tangannya dan memaksanya untuk masuk kedalam mobil, "Apa-apaan, ini?"

"Pulang!" 

Suara tegas Axelio kali ini, membuat nyali Adnessa sedikit menciut. Namun, gadis keras kepala itu tentu saja tidak semudah itu agar mau menurut dengan Axelio.

"Siapa kamu, Menyuruh ku untuk pulang?" sahut Adnessa dengan tatapan mata yang seakan menantang Axelio.

'Siapa aku? Baiklah, akan aku beri tahu kamu siapa aku?!' 

Axelio yang sedikit tersinggung dengan jawaban Adnessa, dengan rahang terkatup dan tatapan mata yang terlihat begitu tajam, pria itu mencekal kedua tangan Adnessa. Membiarkan gadis itu tidak berkutik di depannya.

Entah apa yang akan di lakukan oleh Axelio, Adnessa spontan memejamkan matanya ketika melihat kakak tirinya itu perlahan mengikis jarak diantara mereka dan semakin membungkuk mensejajarkan dengan tingginya.

"Siapa, aku? Kamu lupa jika ibu mu telah menikah dengan Ayah ku, tentu saja aku adalah kakak kamu dan berhak untuk melarang mu!" bisik Axelio, seraya melepaskan cekalan tangan Adnessa perlahan dan kembali memberi jarak diantara mereka.

'Sial. Apa yang salah dengan otak mu, Adnessa? Malu sekali,' Adnessa segera membuka matanya dan menyadarkan dirinya. 

"Kamu membayangkan apa? Hmmm?" tanya Axelio dengan tatapan dan senyum anehnya.

"Kenapa menatap ku begitu? Semua itu tidak ada urusannya dengan mu!" ketus Adnessa. Rasa mabuk yang cukup membuatnya tenang tadi sepertinya sudah menghilang, itu semua gara-gara Axelio.

Axelio mengangguk remeh, "kalau begitu, kakak antar kamu pulang!"

"Aku bisa pulang sendiri!"

Axelio menghela nafas beratnya dan kembali menutup pintu mobil yang telah dibukanya untuk Adnessa, setelah melihat gadis itu menolak tawarannya dan memilih untuk pulang sendiri.

"Sudahlah, yang terpenting gadis itu setuju untuk pulang!" gumam Axelio dengan sorot mata yang selalu mengarah kearah Adnessa.

DRTTT ... DRTTTT ... DRTTTT.

Adnessa yang saat itu tengah berjalan menuju mobilnya sangat terkejut, setelah membuka beberapa pesan yang berisi video intim kekasihnya dengan sahabatnya. Setelah melihat Video itu, tanpa terasa air mata Adnessa jatuh. Gadis itu kembali menatap ke arah ponselnya, "Benar-benar keterlaluan."

Dengan perasaan campur aduk, antara sedih, kecewa, dan amarah, Adnessa akhirnya menarik seorang pria asing untuk membantunya membalas apa yang di lakukan oleh kekasihnya.

"Apa, kau bisa membantu ku?" 

Pria itu tersenyum mering, "Tentu, saja!"

BUGHHHH.

"Maaf, bro. Dia adalah wanita ku!"

"Ax-Axcel?! So-sorry!" ucap pria itu dan segera pergi.

Di tempat ini, siapa yang tidak mengenal Axelio? Bahkan, pria bertubuh tinggi dan gagah itu saja segera pergi tanpa membalas pukulan Axelio. Karena Axelio sangat di segani di kota ini.

"Apa yan kamu lakukan?" kesal Adnessa, lagi-lagi Axelio merusak semua rencananya.

"Harusnya aku yang bertanya pada mu, Apa maksud mu tadi? Berciuman dengan pria liar yang sama sekali tidak kamu kenal, apa kamu sudah gila?" ucap Axel dengan nada yang semakin lama meninggi.

"Iya, aku memang gila. Lalu, apa urusannya dengan mu?"

Axelio mengangguk dengan tangan terkepal menahan amarah, "Kalau itu tujuan mu untuk datang kemari ... Aku bisa memberikannya tanpa kamu harus datang ke tempat ini"

DEG.

"Ap-apa maksudmu?" Memang itu yang ia harapkan, tapi, entah kenapa ia menjadi sangat gelisah. Bahkan Adnessa terus melangkah mundur, menghindari Axelio yang semakin mendekat ke arahnya.

"Kenapa kamu takut dengan ku, hmmm? Bukannya, dengan orang asing tadi kamu tidak takut untuk melakukannya?!" 

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 95 (TAMAT)

    Sore itu, Adnessa berdiri di teras kediaman Hansel, menatap mobil Revan yang kian menjauh, menelan kesepian yang tiba-tiba menyeruak setelah kepergian pria itu."Anak ini milik saya!"Adnessa terperagah, jantungnya mencelos mendengar suara berat yang tiba-tiba membisikkan kalimat itu tepat di belakangnya. Sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya, menariknya mendekat hingga punggungnya membentur dada bidang seorang pria."Axcel?!" lirih Adnessa, terkejut bukan kepalang. Spontan ia meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman itu. Namun, tangan Axcel justru mengerat, memeluknya seolah tak ingin melepaskan.Axcel menghela napas panjang, aroma maskulinnya menusuk indra penciuman Adnessa. "Apa saya seperti hantu? Kenapa kamu begitu ketakutan melihatku?" tanyanya datar, perlahan membalikkan tubuh Adnessa hingga tatapan mereka bertemu. "Jangan lagi menghindariku, jangan lagi mencari alasan untuk menjauh. Aku sudah mengetahui semuanya, Ness. Jika... ini adalah darah dagingku!" lanjutny

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 94 (Kegilaan Axcel Vs Ketulusan Revan)

    Adnessa menghela napas, bayangan dirinya di cermin pagi itu tak ubahnya hantu pucat. Mata sayunya, lingkar hitam di bawahnya, saksi bisu malam tanpa lelap. Kata-kata Axcel semalam berputar-putar di kepalanya, racun yang menggerogoti ketenangannya."Dari mana dia tahu?" bisiknya, dahinya berkerut dalam.Gemericik air dari wastafel kamar mandi menjadi latar sunyi lamunannya. Namun, ketenangan itu pecah saat sepasang tangan kekar melingkar posesif di perutnya, membuatnya tersentak keras."Axcel!" serunya, mendorong tubuh itu menjauh. Matanya menyala marah, suaranya bergetar. "Apa yang kau lakukan di sini?!"Perlahan, Axcel mengulurkan tangannya, meraih jemari Adnessa dengan cengkeraman penuh keyakinan. "Menikahlah denganku, Ness," ucapnya, suaranya serak namun tegas. Mata elangnya, yang biasa memancarkan dominasi, kini redup, penuh permohonan."Kau gila!" Adnessa mendesis, menarik tangannya dengan kasar. "Di saat tunanganmu mengandung anakmu, kau malah mengajakku menikah? Lucu sekali!""

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 93 (Siapa ayah anak itu. Axcel?)

    Mata Axcel terbelalak setelah membaca laporan yang baru saja diberikan oleh kaki tangannya beberapa saat lalu. Tangannya bergetar, mata dan wajahnya memerah seperti menahan sebuah rasa yang tiba-tiba saja menggebu. "Adnessa hamil?!" lirihnya.Axcel terdiam, menatap beberapa lembar kertas di tangannya. Baru kali ini ia tahu alasan kenapa Adnessa beberapa saat lalu tiba-tiba ingin bersekolah di luar negeri dan sekarang justru ingin menikah, ternyata gadis itu tengah mengandung. Mengetahui fakta ini, masih ada sedikit pertanyaan yang mengganjal di hatinya. Siapa ayah anak ini?!"Jangan-jangan ayah anak ini..." Axcel segera melangkahkan kakinya terburu-buru menuju kamar Adnessa, memastikan siapa sebenarnya ayah dari anak yang dikandungnya. Jika di lihat dari laporan ini, mungkin saja anak itu miliknya.Pria tampan bermata biru dengan postur tubuh atletis itu melangkahkan kakinya lebar, seluruh tubuhnya berdesir merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, membayangkan kenyataan ini. Ia memoho

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 92 (Keputusan untuk menikah)

    "Aku memilih..." Adnessa menatap ke arah Revan dengan perasaan ragu. "Aku lebih memilih Pak Revan," ucapnya mantap. Dari semua pilihan yang ada di dalam otaknya, sepertinya ini adalah pilihan yang terbaik. Mengingat Axcel yang telah bertunangan dan bahkan segera memiliki keturunan dari Erika. Untuk apa lagi dirinya bimbang? Sudah jelas, jika bersama Revan jauh lebih baik.Revan tersenyum. Kebahagiaan di wajahnya, tidak bisa lagi disembunyikan. "Terima kasih karena sudah percaya dengan saya, sayang!" sahutnya seraya menggenggam tangan Adnessa erat."Tidak mungkin," lirih Axcel, tidak percaya. Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya di tangan Adnessa. Menatap kearah Adnessa dan Revan dengan tatapan sulit di jelaskan."Gue harap, ini yang terakhir kalinya lo ganggu Adnessa seperti ini, Xel!" ucap Revan datar, suaranya terdengar tegas memperingatkan Axcel. Pelukannya juga terlihat posesif kepada Adnessa, seolah memberitahu jika Adnessa telah menjadi miliknya. "Sebentar lagi, kami juga

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 91 (Dilema, diantara dua pilihan)

    Mobil yang dikendarai oleh Revan telah berhenti di pelataran kediaman Hansel. Seulas senyuman tersungging menghiasi wajah tampannya melihat Adnessa yang masih tertidur pulas, bersandar di bahunya.Revan yang tadinya ingin membangunkan Adnessa, mengurungkan niatnya. Ia memutuskan untuk menunggu sampai gadis itu terbangun sendiri. "Apakah hari ini begitu melelahkan, sayang?" lirih Revan, merapikan anak rambut Adnessa yang sedikit berantakan dengan lembut. Dengan hati-hati, Revan membenarkan jas miliknya yang ia gunakan untuk menyelimuti Adnessa, tidak ingin mengganggu tidur gadis itu."Sudah bangun, sayang?" tanya Revan, ketika melihat Adnessa mengerjap.Dengan mata memerah khas bangun tidur, Adnessa terlihat bingung. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar."Sudah sampai dari tadi?""Hmmm," sahut Revan dengan lembut.Adnessa menegakkan tubuhnya, "Kenapa tidak membangunkan ku?!""Kamu terlihat begitu lelah, sayang. Saya tidak tega untuk membangunkanmu!" sahut Revan.Adnessa m

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 90 (Kerinduan Axcel)

    'Adnessa?' batin Axcel bimbang, melihat siluet yang sangat mirip dengan Adnessa. Apakah yang ia lihat tadi benar-benar Adnessa atau hanya orang yang mirip saja dengan gadis itu?Tanpa sadar Axcel melangkah, mengikuti gadis yang terlihat mirip dengan Adnessa, membuat Erika yang tengah bersamanya menatap bingung ke arah Axcel yang tiba-tiba pergi."Axcel? Ada apa denganmu?" Erika, yang merasa diabaikan, menatap Axcel dengan kesal. Sedari tadi ia berbicara, namun Axcel hanya diam, dan sekarang justru meninggalkannya.Axcel tersadar, ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Erika yang tergopoh-gopoh mengikuti langkahnya. "Tidak ada. Saya hanya ingin mencari ruang untuk merokok!" sahutnya beralasan.Erika menatapnya curiga, tapi kemudian mengangguk. "Ya sudah, tapi cepat kembali! Sebentar lagi giliranku dan kamu harus menemaniku, Axcel!"Axcel mengangguk, ia segera melangkahkan kakinya keluar, mencari jejak gadis yang sangat mirip dengan Adnessa tadi.Sesampainya di depan rumah sakit

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status