Home / Young Adult / Terjerat Pesona Kakak Tiriku / Chapter 3 (Musibah atau berkah?)

Share

Chapter 3 (Musibah atau berkah?)

Author: Scorpio_Girl
last update Last Updated: 2024-11-01 21:18:05

BYURRRRR ...

Pada akhirnya, Adnessa dan Axelio sama-sama terjatuh kedalam kolam. Axelio yang saat itu tengah memeluk Adnessa, tanpa sengaja melihat tubuh adik tirinya yang terlihat menggoda dengan keadaan yang basah kuyup, tanpa terkecuali, hingga menampakan lekuk tubuhnya yang indah, bahkan dadanya pun terlihat jelas menonjol.

'Sebenarnya, ini sebuah musibah atau berkah?!' batin Axelio seraya mengusap kasar wajahnya. Entah kenapa, Axelio menjadi sedikit gusar hingga kesulitan untuk menelan salifanya.

'Apa-apaan ini? Kenapa dia menatap ku seperti itu?' Spontan, Adnessa menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan segera mendorong Axelio untuk menjauh.

'Shittt,' hal itu membuat Axelio seketika sadar dengan apa yang baru saja dia pikirkan. Lagi pula, pria dewasa mana yang tidak berfikiran buruk ketika di suguhkan dengan pemandangan seperti itu?

Setelah pelukan itu terlepas, tanpa sepatah kata, Adnessa berbalik badan dan berjalan menepi, meninggalkan Axelio yang masih terdiam menatapnya.

DEGGG.

Saat Adnessa sudah berada di tepi kolam, dan berniat untuk naik ke atas, tiba-tiba saja gadis itu di kejutkan dengan sebuah tangan yang melingkar di perutnya dari arah belakang.

Axelio memutar tubuh Adnessa perlahan, agar menatap kearahnya, "Sa, bisa tidak, kalau kamu menganggap aku bukan sebagai kakak kamu?!"

Hah? permintaan macam apa itu? Entah kenapa jantung Adnessa berdetak semakin kencang, ketika Axelio perlahan menekan tubuhnya hingga tersudut di tepi kolam. Bahkan, hingga tidak ada jarak sama sekali di antara mereka.

'Tenanglah, Nessa. Pasti dia hanya menggodamu saja,' Tapi sungguh, itu tidak lucu. Adnessa berusaha untuk menormalkan kembali detak jantungnya yang seperti ingin melompat keluar. Namun, kenapa semakin lama wajah Axelio terlihat semakin mendekat ke arahnya?

"Apa yang kamu lakukan? Minggir?!" ucap Adnessa, ketika tinggal beberapa inchi lagi bibir mereka bertemu. Untung saja Adnessa masih sadar dan segera mendorong tubuh Axelio agar menjauh darinya.

Sekilas, Adnessa sempat menatap wajah tampan Axel, 'Dia memang tampan, dia memang menggoda. tapi, kita saudara!'

Tanpa berlama-lama, Adnessa segera berbalik badan dan memungut handuk kimono miliknya yang tergeletak di atas lantai, sebelum meninggalkan tempat itu.

Sedangkan Axelio, pria itu hanya terdiam, menatap punggung Adnessa yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu ruangan itu. Mengingat respon Adnessa, sepertinya gadis itu tidak menyukainya, membuat Axelio kesal sendiri hingga memukul-mukul permukaan air untuk menyalurkan kekesalannya.

"Sedang apa, ya, dia?" gumam Axelio yang tengah melamun di balkon kamarnya, seraya menatap ke arah kamar Adnessa yang kebetulan bersebelahan dengan kamarnya.

Axelio menyandarkan tubuhnya, seraya menyesap sebatang rokok yang terselip di jemarinya. di tengah lamunanya, tanpa terasa ponsel di sakunya berbunyi membuyarkan lamunannya tentang Adnessa.

"Ada apa, Van?" tanya Axelio.

"Pffftttttt, tumben suara lo kusut gitu, kenapa?" tanya Revan yang justru meledek Axelio.

Axelio menghela nafas, rasanya sangat malas untuk meladeni Revan yang memang anaknya rame dan iseng, "Kalau nggak ada yang penting, gue matiin teleponnya!"

Mendengar respon Axelio yang tidak seperti biasanya, hal itu membuat Revan sedikit penasaran. karena jika seperti ini, sahabatnya itu pasti sedang ada masalah.

"Lah, tumben. Lagi banyak masalah, lo? Cerita, bro, sama gue! Gue ada di tempat biasa, kalau nggak sibuk, main lah kemari!" 

"Balap?"

"Iya, lah, bro. Kemana lagi? Nanti juga ada pesta disana, seorang Axelio Hansel masa tidak datang?!" sahut Revan, karena biasanya 'tidak ada pesta tanpa Axelio.'

"Sorry, gue sibuk!" sahut Axelio yang langsung mematikan ponselnya,  memutus percakapan itu.

Axelio kembali menatap ke arah balkon kamar Adnessa, bertanya-tanya, kenapa akhir-akhir ini dirinya merasa ada sesuatu yang aneh ketika melihat adik tirinya tu. Bahkan, sekarang dirinya merasa kalut, setelah kejadian tadi dan Adnessa sama sekali tidak terlihat keluar dari kamarnya.

Akhirnya, Axelio memutuskan untuk melihat keadaan Adnessa melalui pintu balkon kamar gadis itu. Namun, baru saja dirinya akan melompati pagar pembatas, netranya tidak sengaja melihat Adnessa yang keluar dari kamar dan berdiri di balkon dengan ponsel yang berada di telinganya. Gadis itu terlihat sibuk berbicara dengan seseorang, membuatnya tidak menyadari keberadaan Axelio di sana.

'Apa yang dia bicarakan, serius sekali?!' batin Axelio penasaran.

"Kamu mau kesini, menemuiku? Serius?!" ucap Adnessa.

Entah siapa yang saat ini berbicara dengan Adnessa hingga membuat gadis itu bisa sebahagia itu. Tentu saja, hal itu semakin membuat Axelio semakin penasaran. Bahkan, Axelio sampai mendekat ke arah Adnessa dan berdiri tepat di belakang gadis itu hanya untuk mendengarkan percakapan Adnessa dengan seseorang dari ponsel itu.

"Baiklah, kalau begitu, aku .... AAAAAAAA," Adnessa terkejut, setelah berbalik badan dan mendapati Axel yang berdiri tepat di belakangnya.

"Sa, kamu kenapa?" ucap seseorang dari ponsel Adnessa, yang terdengar samar, namun Axelio bisa memastikan jika pemilik suara itu seorang pria.

"Tidak ada apa-apa, nanti kita bicara lagi, ya!" ucap Adnessa dengan jantung yang masih berdebar, seraya mengakhiri panggilan telepon itu.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Adnessa dengan wajah kesal seraya memegangi dadanya.

Sedangkan Axelio, pria itu hanya berdiri mematung menatap ke arah Adnessa. Setelah beberapa menit, tiba-tiba saja Axelio berbalik badan dan melangkah pergi, tanpa sepatah kata atau sekedar menjawab pertanyaan Adnessa. Membuat Adnessa menatap aneh ke arah Axelio, namun Adnessa tidak ingin terlalu memikirkannya dan lebih memilih untuk masuk kedalam, bersiap untuk menemui kekasihnya yang akan datang menemuinya di kota ini.

***

Sore itu, Adnessa benar-benar menemui kekasihnya, Giovan. Bahkan, kali ini Adnessa terlihat sangat cantik dan sedikit anggun dari biasanya. 

Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja Adnessa teringat dengan suatu hal ketika melewati kompleks pusat perbelanjaan. Tanpa berpikir panjang, gadis itu segera memarkirkan mobil yang di kendarainya dan segera turun setelah mobil itu berhenti. 

"Masih satu jam lagi!" gumam Adnessa, setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Adnessa melangkahkan kakinya menyusuri pusat perbelanjaan itu, mencari kado yang akan dia berikan kepada kekasihnya sebagai kejutan. Setelah 30 menit berkeliling, akhirnya Adnessa menemukan sebuah jam tangan yang menurutnya sangat cocok jika dikenakan oleh Geovan. Akhirnya, tidak ingin berlama-lama Adnessa memutuskan untuk membeli jam itu. Dengan senyum sumringah, Adnessa kembali melangkahkan kakinya keluar dari pusat perbelanjaan itu, dengan sebelah tangan yang menenteng mini bag berwarna hitam.

DRTTTT ... DRTTTT ... DRTTTT.

Adnessa tersenyum, melihat siapa yang menelponnya, "Iya, hallo?!"

"Sayang, maaf, sepertinya hari ini aku tidak jadi datang menemuimu," ucap Geovan.

Mendengar kalimat itu, dahi Adnessa terlihat sedikit berkerut. Pasalnya siang tadi, Geovan sudah bilang jika dirinya sudah dalam perjalanan. Tapi, kenapa tiba-tiba membatalkan pertemuan ini? Aneh sekali.

"Bukannya kamu-"

"Sayang, maaf hari ini aku sangat sibuk. Nanti, ya, kita bicara lagi!" potong Geovan yang langsung mengakhiri panggilan itu.

"Ishhhh, aneh sekali!" gumam Adnessa sedikit kesal.

Adnessa memutuskan untuk beristirahat sejenak di dalam mobi, gadis itu mnatap sekilas ke arah mini bag berwarna hitam yang berada di kursi samping. Melihat semua yang dia usahakan hari ini, dan sia-sia, membuat Adnessa sedikit bad mood.

"Sudah sampai di sini, kalau begitu sekalian saja pergi ke ..." Adnessa tidak melanjutkan kalimatnya, gadis itu tersenyum melihat sebuah tempat dari layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, Adnessa melajukan mobilnya menuju lokasi sesuai arahan dari aplikasi petunjuk jalan ponselnya.

Sore menjelang malam, itu. Akhirnya Adnessa memutuskan untuk pergi ke salah satu club yang menyediakan arena balap. Baru saja keluar dari mobil, Adnessa sudah di suguhkan dengan beberapa orang yang tengah berpesta, sebelum acara balapnya di mulai. 

BRUGGG.

Tubuh Adnessa limbung hingga terduduk di tanah, setelah dirinya yang memang ceroboh tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.

"Ishhhh," Desis Adnessa seraya membersihkan kedua telapak tangannya sebelum berdiri.

"Sorry, sorry!" ucap seorang pria seraya mengulurkan tangannya ke arah Adnessa.

Adnessa mengangkat wajahnya, menatap pria yang tengah mengulurkan tangan kerahanya dan tersenyum kaku, "It's okay."

"Astaga. Apa tangan kamu baik-baik saja?" Tanya pria itu yang spontan meraih tangan Adnessa, setelah melihat telapak tangan Adnessa yang kotor.

"Oh, tidak apa-apa. Saya baik-baik saja!" sahut Adnessa yang langsung menarik tangannya.

"Oh, maaf. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja!" sahut pria itu, merasa kejadian ini juga karena salahnya.

Adnessa tersenyum, "Terimakasih! Kalau begitu, saya permisi!"

"Tunggu!"

Mendengar itu, Adnessa yang telah melangkah seketika menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah pria yang tadi bertabrakan dengannya, "Ada , apa?"

"Ah, tidak. Apa kamu juga mau datang ke pesta?"

Adnessa merapatkan bibirnya dengan sudut bibir yang terlihat sedikit terangkat, sebelum mengangguk mendengar pertanyaan pria muda di depannya, "Iya!"

"Sendiri?" tanya pria itu, setelah menelisik ke arah sekeliling Adnessa.

"Yeahh," sahut singkat Adnessa dengan anggukan kecil.

"Mau pergi bersama?"

Adnessa terdiam sesaat, mempertimbangkan tawaran itu, 'Lagi pula, aku tidak mengenal siapa pun disini. Tapi ... '

Seolah bisa membaca fikiran Adnessa, pria itu kembali mengulurkan tangannya untuk yang kedua kalinya, "Saya Revan Evander, panggil saja Evan!"

"Ahhh, iya. Adnessa!" ucap Adnessa seraya menerima uluran tangan itu.

Setelah perkenalan itu, mereka bersepakat untuk segera masuk kedalam menyambut bagaimana kemeriahan pesta malam ini. Revan mempersilahkan Adnessa untuk melangkah terlebih dahulu, membuat gadis itu tersenyum dengan canggung.

Revan dan Adnessa terlihat berjalan beriringan, dengan setia pria itu menunjukkan dan menjelaskan apa saja yang ada di dalam acara itu.

"Berarti, ini, kali pertama kamu datang kemari?" tanya Revan.

"Emm. Tapi, dulu sering mendengar tentang club ini!"

"Woahh, seterkenal itu, ya! Tapi perlu kamu tau, jangan pernah kamu mendekati sekempulan pria yang berada disana!" ucap Revan, seraya menunjuk ke salah satu tempat dimana ada banyak sekali pria bertato di sana.

"Memangnya, kenapa?" tanya Adnessa, menatap sekilas kearah yang di maksud oleh Revan.

"Yah, kurasa saja kamu kurang cocok untuk berada di sana!" sahut Revan, melihat Adnessa yang sepertinya gadis polos, sangat berbahaya jika sampai masuk kedalam kelompok Brian.

"Oh, begitu. Baiklah," sahut Adnessa, tidak ingin memperpanjang tentang hal itu.

"BTW, kamu tinggal dimana?"

"Di daerah perumahan XXX," sahut Adnessa, tanpa menghentikan langkahnya.

"Woah, benarkah? kebetulan saya ada teman di daerah itu!"

"Benarkah?"

"Yups, kalau boleh tau alamat rumah kamu? Siapa tau nanti saat saya datang kedaerah itu bisa mampir!"

"Ehm, kamu tau kediaman Hansel?"

"Hansel? kamu tinggal di dekat kediaman keluarga hansel?"

Adnessa menggeleng, "Saya tinggal di sana!"

Revan mengerutkan keningnya mendengar jawaban Adnessa, sedikit tidak percaya. Untuk apa gadis ini tinggal disana?

Adnessa menoleh, menatap sekilas ke arah Revan dan tidak sengaja melihat ekspresi aneh pria itu, "Saya adik Axelio Hansel!"

"APA?!" lebih terkejut lagi mendengar pengakuan gadis di sampingnya ini. Pasalnya, selama ini Revan hanya tau jika Axelio adalah putra tunggal di keluarganya. Bagaimana bisa, tiba-tiba memilik seorang adik yang sangat cantik seperti ini?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 95 (TAMAT)

    Sore itu, Adnessa berdiri di teras kediaman Hansel, menatap mobil Revan yang kian menjauh, menelan kesepian yang tiba-tiba menyeruak setelah kepergian pria itu."Anak ini milik saya!"Adnessa terperagah, jantungnya mencelos mendengar suara berat yang tiba-tiba membisikkan kalimat itu tepat di belakangnya. Sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya, menariknya mendekat hingga punggungnya membentur dada bidang seorang pria."Axcel?!" lirih Adnessa, terkejut bukan kepalang. Spontan ia meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman itu. Namun, tangan Axcel justru mengerat, memeluknya seolah tak ingin melepaskan.Axcel menghela napas panjang, aroma maskulinnya menusuk indra penciuman Adnessa. "Apa saya seperti hantu? Kenapa kamu begitu ketakutan melihatku?" tanyanya datar, perlahan membalikkan tubuh Adnessa hingga tatapan mereka bertemu. "Jangan lagi menghindariku, jangan lagi mencari alasan untuk menjauh. Aku sudah mengetahui semuanya, Ness. Jika... ini adalah darah dagingku!" lanjutny

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 94 (Kegilaan Axcel Vs Ketulusan Revan)

    Adnessa menghela napas, bayangan dirinya di cermin pagi itu tak ubahnya hantu pucat. Mata sayunya, lingkar hitam di bawahnya, saksi bisu malam tanpa lelap. Kata-kata Axcel semalam berputar-putar di kepalanya, racun yang menggerogoti ketenangannya."Dari mana dia tahu?" bisiknya, dahinya berkerut dalam.Gemericik air dari wastafel kamar mandi menjadi latar sunyi lamunannya. Namun, ketenangan itu pecah saat sepasang tangan kekar melingkar posesif di perutnya, membuatnya tersentak keras."Axcel!" serunya, mendorong tubuh itu menjauh. Matanya menyala marah, suaranya bergetar. "Apa yang kau lakukan di sini?!"Perlahan, Axcel mengulurkan tangannya, meraih jemari Adnessa dengan cengkeraman penuh keyakinan. "Menikahlah denganku, Ness," ucapnya, suaranya serak namun tegas. Mata elangnya, yang biasa memancarkan dominasi, kini redup, penuh permohonan."Kau gila!" Adnessa mendesis, menarik tangannya dengan kasar. "Di saat tunanganmu mengandung anakmu, kau malah mengajakku menikah? Lucu sekali!""

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 93 (Siapa ayah anak itu. Axcel?)

    Mata Axcel terbelalak setelah membaca laporan yang baru saja diberikan oleh kaki tangannya beberapa saat lalu. Tangannya bergetar, mata dan wajahnya memerah seperti menahan sebuah rasa yang tiba-tiba saja menggebu. "Adnessa hamil?!" lirihnya.Axcel terdiam, menatap beberapa lembar kertas di tangannya. Baru kali ini ia tahu alasan kenapa Adnessa beberapa saat lalu tiba-tiba ingin bersekolah di luar negeri dan sekarang justru ingin menikah, ternyata gadis itu tengah mengandung. Mengetahui fakta ini, masih ada sedikit pertanyaan yang mengganjal di hatinya. Siapa ayah anak ini?!"Jangan-jangan ayah anak ini..." Axcel segera melangkahkan kakinya terburu-buru menuju kamar Adnessa, memastikan siapa sebenarnya ayah dari anak yang dikandungnya. Jika di lihat dari laporan ini, mungkin saja anak itu miliknya.Pria tampan bermata biru dengan postur tubuh atletis itu melangkahkan kakinya lebar, seluruh tubuhnya berdesir merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, membayangkan kenyataan ini. Ia memoho

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 92 (Keputusan untuk menikah)

    "Aku memilih..." Adnessa menatap ke arah Revan dengan perasaan ragu. "Aku lebih memilih Pak Revan," ucapnya mantap. Dari semua pilihan yang ada di dalam otaknya, sepertinya ini adalah pilihan yang terbaik. Mengingat Axcel yang telah bertunangan dan bahkan segera memiliki keturunan dari Erika. Untuk apa lagi dirinya bimbang? Sudah jelas, jika bersama Revan jauh lebih baik.Revan tersenyum. Kebahagiaan di wajahnya, tidak bisa lagi disembunyikan. "Terima kasih karena sudah percaya dengan saya, sayang!" sahutnya seraya menggenggam tangan Adnessa erat."Tidak mungkin," lirih Axcel, tidak percaya. Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya di tangan Adnessa. Menatap kearah Adnessa dan Revan dengan tatapan sulit di jelaskan."Gue harap, ini yang terakhir kalinya lo ganggu Adnessa seperti ini, Xel!" ucap Revan datar, suaranya terdengar tegas memperingatkan Axcel. Pelukannya juga terlihat posesif kepada Adnessa, seolah memberitahu jika Adnessa telah menjadi miliknya. "Sebentar lagi, kami juga

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 91 (Dilema, diantara dua pilihan)

    Mobil yang dikendarai oleh Revan telah berhenti di pelataran kediaman Hansel. Seulas senyuman tersungging menghiasi wajah tampannya melihat Adnessa yang masih tertidur pulas, bersandar di bahunya.Revan yang tadinya ingin membangunkan Adnessa, mengurungkan niatnya. Ia memutuskan untuk menunggu sampai gadis itu terbangun sendiri. "Apakah hari ini begitu melelahkan, sayang?" lirih Revan, merapikan anak rambut Adnessa yang sedikit berantakan dengan lembut. Dengan hati-hati, Revan membenarkan jas miliknya yang ia gunakan untuk menyelimuti Adnessa, tidak ingin mengganggu tidur gadis itu."Sudah bangun, sayang?" tanya Revan, ketika melihat Adnessa mengerjap.Dengan mata memerah khas bangun tidur, Adnessa terlihat bingung. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar."Sudah sampai dari tadi?""Hmmm," sahut Revan dengan lembut.Adnessa menegakkan tubuhnya, "Kenapa tidak membangunkan ku?!""Kamu terlihat begitu lelah, sayang. Saya tidak tega untuk membangunkanmu!" sahut Revan.Adnessa m

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 90 (Kerinduan Axcel)

    'Adnessa?' batin Axcel bimbang, melihat siluet yang sangat mirip dengan Adnessa. Apakah yang ia lihat tadi benar-benar Adnessa atau hanya orang yang mirip saja dengan gadis itu?Tanpa sadar Axcel melangkah, mengikuti gadis yang terlihat mirip dengan Adnessa, membuat Erika yang tengah bersamanya menatap bingung ke arah Axcel yang tiba-tiba pergi."Axcel? Ada apa denganmu?" Erika, yang merasa diabaikan, menatap Axcel dengan kesal. Sedari tadi ia berbicara, namun Axcel hanya diam, dan sekarang justru meninggalkannya.Axcel tersadar, ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Erika yang tergopoh-gopoh mengikuti langkahnya. "Tidak ada. Saya hanya ingin mencari ruang untuk merokok!" sahutnya beralasan.Erika menatapnya curiga, tapi kemudian mengangguk. "Ya sudah, tapi cepat kembali! Sebentar lagi giliranku dan kamu harus menemaniku, Axcel!"Axcel mengangguk, ia segera melangkahkan kakinya keluar, mencari jejak gadis yang sangat mirip dengan Adnessa tadi.Sesampainya di depan rumah sakit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status