Share

Pernah dijual

Penulis: Risya Petrova
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-07 21:35:22

“Jadi...” Adit membuka suara, nadanya hati-hati. “Kamu sengaja pindah ke sini?”

Bela menggeleng pelan. Senyumnya tetap tenang meski sorot mata Adit tampak menyelidik.

"Enggak, aku enggak tahu kamu tinggal di sini juga.”

Adit terdiam. Air mukanya menunjukkan kalau dia tidak percaya dengan jawaban Bela.

“Sumpah, aku pikir ini cuma kosan biasa yang deket sama tempat kerja baru aku. Aku bener-bener enggak nyangka kamu tinggal sebelahan," ucap Bela, mencoba terdengar santai.

Adit masih menatapnya dengan alis sedikit terangkat. Ia ingin percaya, tapi sulit rasanya. Terlalu kebetulan.

"Kamu tiba-tiba pindah ke sini? Kamu lupa ya waktu di danau tempo hari, aku bilang kosanku deket situ juga?"

“Terus?”

“Ya, mungkin saja kamu jadi sengaja pindah ke sini kan?”

Bela tertawa renyah. “Jangan kepedean dong. Aku gak nguntit kamu.”

Adit sedikit memicingkan kedua matanya.

Bela menahan napas sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke arah dalam kamar Adit. "Aku memang ingat kamu pernah bilang kalau kosan ka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Terpaksa mengaku demi bebas?

    Bondan menatap Sarah dan Jesica dengan wajah berat. Napasnya terdengar jelas, panjang dan penuh tekanan.“Sebaiknya kita ajukan masalah ini ke pengawas kepolisian. Ada divisi propam yang seharusnya bisa mengawasi perilaku aparat. Tapi …” ia menahan kalimatnya sesaat, “… prosesnya panjang, berbelit, dan rawan dihambat. Kalian harus siap kalau hasilnya tidak instan.”Sarah menelan ludah. “Berarti, Adit akan tetap di sel?” suaranya parau, hampir pecah.“Dan Tigar juga?” Jesica menambahi dengan wajah merah padam karena emosi.Bondan mengangguk pelan. “Untuk sementara, iya. Tapi percayalah, saya akan pakai semua jalur yang ada. Kita tidak bisa menyerah.”Jesica mendesah keras, tangannya menutup wajah. “Ya Tuhan … kenapa harus mereka?”Sarah mengusap air matanya dengan punggung tangan. Lalu, dengan suara serak ia berkata, “Bondan, kami percayakan semuanya padamu. Kau orang yang paling kami andalkan saat ini. Aku mohon … jangan biarkan Adit hancur di sana.”“Aku juga,” timpal Jesica cepat. “

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Jalan sudah buntu?

    Bondan menggeleng, wajahnya tetap dingin. “Maaf, Pak Kompol. Itu bukan bukti kuat. Identitas visual harus jelas, dan tidak ada satupun barang bukti lain yang mendukung tuduhan itu. Menurut KUHAP, penahanan seseorang harus berdasarkan bukti yang cukup, bukan asumsi. Oleh karena itu, kami ajukan penangguhan penahanan.”Ia menggeser map, mengeluarkan berkas-berkas resmi yang sudah ditandatangani. “Di sini ada jaminan, baik materi maupun pribadi, yang siap bertanggung jawab jika mereka benar-benar terbukti bersalah. Namun saat ini, menahan mereka jelas tindakan yang sewenang-wenang.”Sarah menatap penuh harap. Jesica mengepalkan tangan di pangkuannya, menahan gejolak.Namun Sambo hanya terkekeh pelan. Ia mengambil sebatang rokok dari saku, menyalakannya santai, lalu menghembuskan asap tepat ke udara.“Maaf, Pak Bondan …” ia menekankan kata ‘maaf’ dengan nada sarkastis, “tidak ada penangguhan penahanan untuk kasus ini. Kami sudah sesuai prosedur. Mereka memang kriminal.”“Tapi hak klien s

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Aneh tapi nyata

    Pagi baru saja menjelang. Sinar matahari masih malu-malu menembus tirai tipis jendela kamar Sarah. Namun hatinya langsung diguncang begitu nada dering ponsel memecah keheningan.Nama Jesica tertera di layar. Sarah buru-buru menggeser ikon hijau. “Halo, Jes …?”Suara Jesica bergetar, nyaris terisak. “Sarah … Tigar! Tigar ditangkap polisi pagi-pagi buta! Dia sempat telepon aku sebentar sebelum hapenya direbut!”Sarah terperanjat, tubuhnya seakan tersengat listrik. “Apa? Ditangkap?!” Nafasnya terputus-putus, jantung berdegup kacau. “Astaga … ini keterlaluan!”“Aku dengar jelas dia teriak kalau dituduh ada di rekaman video itu!” Jesica menekan suaranya, penuh geram. “Ini jelas-jelas jebakan! Sama kayak Adit!”Sarah meremas ponselnya erat. Dadanya sesak membayangkan wajah Adit yang semalam ia tinggalkan dalam sel penuh luka, kini ditambah Tigar yang ikut jadi korban. “Jes, tenang. Aku langsung hubungi Bondan. Kita harus segera ke kantor polisi!”Tak menunggu jawaban, Sarah menutup sambu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tigar juga ditangkap

    Udara pagi buta masih dingin. Jalanan depan kos-kosan Tigar sepi, hanya sesekali terdengar suara motor lewat. Jam baru menunjukkan pukul 04.45.Di dalam kamar kosanya yang tidak terlalu lebar, Tigar masih terlelap. Jesica semalam menemaninya sampai larut, lalu pulang ke rumah besarnya menjelang tengah malam. Mau menginap di kosan ini tapi takut digerebek warga. Ia merasa sedikit lega setelah obrolan panjang bersama Jesica, meski bayangan Adit yang ditangkap masih menghantui pikirannya.Suara ketukan keras tiba-tiba memecah hening. Tok! Tok! Tok! Disusul suara berat dari luar. “Buka pintu! Polisi!”Tigar terperanjat. Matanya masih sayup, tapi jantungnya langsung berpacu kencang. Ia meraih kaos lusuh di kursi lalu cepat-cepat mengenakannya. Dengan langkah waspada, ia mendekati pintu.“Siapa?” teriaknya.“Polisi. Kami membawa surat penangkapan. Segera buka!”Alis Tigar berkerut. Panik mulai menjalar, tapi ia menahan diri. Ia tahu, kalau polisi yang datang sepagi ini, pasti bukan kabar

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   "Sebenarnya aku takut ...."

    Sarah terdiam sesaat, menatap kosong ke lantai ruang keluarga. Suara Tigar barusan masih bergema di telinganya.“Aku juga nggak tahu, Gar,” ujarnya lirih. “Aku juga heran kenapa Damar bisa sekuat ini. Padahal setahuku … dia cuma pengusaha biasa. Properti, tekstil … nggak lebih dari itu. Tapi entah kenapa, dia punya pengaruh besar. Bahkan sampai bisa bikin polisi nurut.”Jesica mengernyit. “Nah itu yang bikin aku nggak tenang, Sar. Darius juga nggak jauh beda dengan Damar. Yang aku tau dia juga cuman pengusaha sukses aja. Hanya itu. Rasanya nggak masuk akal kalau mereka punya power sebegini kuatnya. Ada yang aneh di sini. Jangan-jangan … ada orang lain di belakang Damar yang membantunya. Orang yang lebih besar dari sekadar pengusaha.”Sarah menatap Jesica lama, lalu mengangguk pelan. “Aku juga mulai mikir begitu.”Keheningan menggantung. Suara detik jam dinding terdengar jelas, seakan mengetuk dada mereka satu per satu.Hardian yang sedari tadi diam di kursi rodanya akhirnya bersuara.

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Bukan rakyat biasa?

    Bondan menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Sarah. “Untuk sekarang, jangan lakukan apa pun, Sarah. Percayakan semuanya ke saya. Kamu harus ingat, sedikit saja salah langkah, bisa-bisa malah memperburuk keadaan Adit.”Sarah menatapnya tak rela. “Tapi aku nggak bisa cuma diam …."“Aku tahu. Aku tahu kamu ingin berbuat sesuatu. Tapi justru karena itulah, mereka menunggu celah itu. Kamu harus kuat menahan diri. Doakan saja, biar kebenaran segera terungkap.”Sarah terdiam. Hanya suara detak jantungnya yang terasa bergema di telinganya. Ia menunduk, menutup wajah dengan kedua tangannya. Doa—itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang.***Mobil Sarah berbelok masuk ke halaman rumah. Lampu teras menyala hangat, menyorot satu mobil lain yang sudah terparkir rapi. Sarah mengenali mobil itu seketika. Mobil Jesica. Ia menarik napas panjang, sedikit terkejut.Begitu turun dari mobil, suara tawa samar terdengar dari dalam rumah. Tawa yang jarang ia dengar belakangan. Hatinya se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status