Home / Urban / Terjerat Pesona Mama Temanku / Sudut pandang yang kini jadi berbeda

Share

Sudut pandang yang kini jadi berbeda

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-07-04 21:27:11

Dari balik tirai ruang UGD yang setengah terbuka, Hardian berdiri diam. Nafasnya tertahan. Ia tak berniat menguping saat awalnya mendekat, hanya ingin memastikan Adit masih sadar. Tapi langkahnya terhenti ketika suara lirih Sarah menyentuh telinganya.

“… aku terlalu cinta sama kamu.”

Kalimat itu menampar keras batinnya.

Hardian tak bergeser, bahkan nyaris tak bernafas. Ia mendengar semuanya. Suara Sarah yang bergetar saat mengakui ketakutannya, suara Adit yang lemah tapi yakin ketika mengatakan bahwa hanya Sarah yang membuatnya ingin hidup untuk dirinya sendiri.

Dan saat tangan Adit menggenggam tangan mamanya lebih erat, Hardian tak bisa lagi menyangkal sesuatu yang sebelumnya ia tolak untuk percaya.

Ini bukan cinta sesaat.

Bukan sekadar ketertarikan.

Bukan sekadar pelarian.

Adit benar-benar mencintai ibunya.

Dan ibunya … mencintai Adit.

Hardian menunduk. Perasaannya campur aduk. Ada haru. Ada bingung. Tapi juga ada rasa ikhlas yang mulai tumbuh. Perlahan namun pasti.

Ia tak sanggup m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Mendekati marabahaya

    Udara malam terasa semakin dingin menusuk tulang, namun dada Sarah justru terbakar panas. Ia berdiri kaku di depan gerbang kantor polisi, menatap lurus pada Abriptu yang berjaga. Mata Sarah berkaca-kaca, tapi sorotnya menyala penuh perlawanan.“Mbak, saya sudah bilang … jam segini bukan jam besuk tahanan. Tolong pulang. Kalau mau ketemu, besok datang di jam yang sudah ditentukan,” suara polisi itu terdengar kaku, mencoba tetap tenang meski jelas rautnya terguncang oleh keberanian Sarah.Sarah melangkah maju, nadanya meninggi. “Besok? Bagaimana kalau besok sudah terlambat?! Bagaimana kalau kalian sudah habisi dia malam ini juga?! Aku tahu kalian intimidasi Adit dan Tigar, aku tahu kalian pukuli mereka supaya mereka ngaku! Jangan pikir aku bodoh!”Polisi itu tersentak, wajahnya tegang. “Mbak, hati-hati dengan ucapanmu. Kami hanya menjalankan aturan!”“Apa kalian sebut aturan itu dengan menyiksa orang tak bersalah?!” sergah Sarah, dadanya naik-turun. “Aku tidak akan pergi sebelum lihat k

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Terpaksa mengaku demi bebas?

    Bondan menatap Sarah dan Jesica dengan wajah berat. Napasnya terdengar jelas, panjang dan penuh tekanan.“Sebaiknya kita ajukan masalah ini ke pengawas kepolisian. Ada divisi propam yang seharusnya bisa mengawasi perilaku aparat. Tapi …” ia menahan kalimatnya sesaat, “… prosesnya panjang, berbelit, dan rawan dihambat. Kalian harus siap kalau hasilnya tidak instan.”Sarah menelan ludah. “Berarti, Adit akan tetap di sel?” suaranya parau, hampir pecah.“Dan Tigar juga?” Jesica menambahi dengan wajah merah padam karena emosi.Bondan mengangguk pelan. “Untuk sementara, iya. Tapi percayalah, saya akan pakai semua jalur yang ada. Kita tidak bisa menyerah.”Jesica mendesah keras, tangannya menutup wajah. “Ya Tuhan … kenapa harus mereka?”Sarah mengusap air matanya dengan punggung tangan. Lalu, dengan suara serak ia berkata, “Bondan, kami percayakan semuanya padamu. Kau orang yang paling kami andalkan saat ini. Aku mohon … jangan biarkan Adit hancur di sana.”“Aku juga,” timpal Jesica cepat. “

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Jalan sudah buntu?

    Bondan menggeleng, wajahnya tetap dingin. “Maaf, Pak Kompol. Itu bukan bukti kuat. Identitas visual harus jelas, dan tidak ada satupun barang bukti lain yang mendukung tuduhan itu. Menurut KUHAP, penahanan seseorang harus berdasarkan bukti yang cukup, bukan asumsi. Oleh karena itu, kami ajukan penangguhan penahanan.”Ia menggeser map, mengeluarkan berkas-berkas resmi yang sudah ditandatangani. “Di sini ada jaminan, baik materi maupun pribadi, yang siap bertanggung jawab jika mereka benar-benar terbukti bersalah. Namun saat ini, menahan mereka jelas tindakan yang sewenang-wenang.”Sarah menatap penuh harap. Jesica mengepalkan tangan di pangkuannya, menahan gejolak.Namun Sambo hanya terkekeh pelan. Ia mengambil sebatang rokok dari saku, menyalakannya santai, lalu menghembuskan asap tepat ke udara.“Maaf, Pak Bondan …” ia menekankan kata ‘maaf’ dengan nada sarkastis, “tidak ada penangguhan penahanan untuk kasus ini. Kami sudah sesuai prosedur. Mereka memang kriminal.”“Tapi hak klien s

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Aneh tapi nyata

    Pagi baru saja menjelang. Sinar matahari masih malu-malu menembus tirai tipis jendela kamar Sarah. Namun hatinya langsung diguncang begitu nada dering ponsel memecah keheningan.Nama Jesica tertera di layar. Sarah buru-buru menggeser ikon hijau. “Halo, Jes …?”Suara Jesica bergetar, nyaris terisak. “Sarah … Tigar! Tigar ditangkap polisi pagi-pagi buta! Dia sempat telepon aku sebentar sebelum hapenya direbut!”Sarah terperanjat, tubuhnya seakan tersengat listrik. “Apa? Ditangkap?!” Nafasnya terputus-putus, jantung berdegup kacau. “Astaga … ini keterlaluan!”“Aku dengar jelas dia teriak kalau dituduh ada di rekaman video itu!” Jesica menekan suaranya, penuh geram. “Ini jelas-jelas jebakan! Sama kayak Adit!”Sarah meremas ponselnya erat. Dadanya sesak membayangkan wajah Adit yang semalam ia tinggalkan dalam sel penuh luka, kini ditambah Tigar yang ikut jadi korban. “Jes, tenang. Aku langsung hubungi Bondan. Kita harus segera ke kantor polisi!”Tak menunggu jawaban, Sarah menutup sambu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tigar juga ditangkap

    Udara pagi buta masih dingin. Jalanan depan kos-kosan Tigar sepi, hanya sesekali terdengar suara motor lewat. Jam baru menunjukkan pukul 04.45.Di dalam kamar kosanya yang tidak terlalu lebar, Tigar masih terlelap. Jesica semalam menemaninya sampai larut, lalu pulang ke rumah besarnya menjelang tengah malam. Mau menginap di kosan ini tapi takut digerebek warga. Ia merasa sedikit lega setelah obrolan panjang bersama Jesica, meski bayangan Adit yang ditangkap masih menghantui pikirannya.Suara ketukan keras tiba-tiba memecah hening. Tok! Tok! Tok! Disusul suara berat dari luar. “Buka pintu! Polisi!”Tigar terperanjat. Matanya masih sayup, tapi jantungnya langsung berpacu kencang. Ia meraih kaos lusuh di kursi lalu cepat-cepat mengenakannya. Dengan langkah waspada, ia mendekati pintu.“Siapa?” teriaknya.“Polisi. Kami membawa surat penangkapan. Segera buka!”Alis Tigar berkerut. Panik mulai menjalar, tapi ia menahan diri. Ia tahu, kalau polisi yang datang sepagi ini, pasti bukan kabar

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   "Sebenarnya aku takut ...."

    Sarah terdiam sesaat, menatap kosong ke lantai ruang keluarga. Suara Tigar barusan masih bergema di telinganya.“Aku juga nggak tahu, Gar,” ujarnya lirih. “Aku juga heran kenapa Damar bisa sekuat ini. Padahal setahuku … dia cuma pengusaha biasa. Properti, tekstil … nggak lebih dari itu. Tapi entah kenapa, dia punya pengaruh besar. Bahkan sampai bisa bikin polisi nurut.”Jesica mengernyit. “Nah itu yang bikin aku nggak tenang, Sar. Darius juga nggak jauh beda dengan Damar. Yang aku tau dia juga cuman pengusaha sukses aja. Hanya itu. Rasanya nggak masuk akal kalau mereka punya power sebegini kuatnya. Ada yang aneh di sini. Jangan-jangan … ada orang lain di belakang Damar yang membantunya. Orang yang lebih besar dari sekadar pengusaha.”Sarah menatap Jesica lama, lalu mengangguk pelan. “Aku juga mulai mikir begitu.”Keheningan menggantung. Suara detik jam dinding terdengar jelas, seakan mengetuk dada mereka satu per satu.Hardian yang sedari tadi diam di kursi rodanya akhirnya bersuara.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status