Share

Bab 2. Bos Pemaksa

Penulis: Vi_Novi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 10:20:56

“Maaf, Nona. Bukan bermaksud lancang, hanya saja, persepsi Nona salah besar. Saya melakukan penolakan itu atas dasar perintah Mr. Alejandro. Jika bukan karena permintaan Mr. Alejandro, saya tidak akan berani melakukannya.” Xaviera, dengan sikap tenangnya menghadapi Isabel.

“Yang dikatakan sekertarisku memang benar.” Suara berat Alejandro yang tiba-tiba saja menyahut, mengalihkan atensi Xaviera dan Isabel. Pria dengan rahang tegasnya yang ditumbuhi bulu halus dan rambut hitam pekat itu melangkah melewati pintu ruangannya dan berdiri di hadapan kedua wanita tersebut.

Xaviera menundukkan kepalanya. Tak ingin mengganggu kedua orang itu, segera saja Xaviera duduk kembali di kursinya dan menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya.

“Kenapa menolak undanganku? Padahal aku sangat merindukanmu. Sudah empat tahun kita tidak bertemu, apa kau tidak merindukanku juga?” Suara Isabel terdengar merdu dan manja saat bertanya pada Alejandro, jelas sangat berbeda dengan Xaviera sebelumnya.

“Tidak ada alasan khusus. Aku sangat sibuk kemarin.” Alejandro menjawab datar, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun pada wajahnya. Tangannya yang berada di saku celananya, seolah menunjukkan dominasi.

Isabel menyelipkan rambutnya yang tergerai ke belakang telinganya, sambil sesekali menggigit kecil bibirnya. “Kalau begitu ... bagaimana diganti menjadi nanti malam saja?” tawarnya menatap Alejandro penuh harap.

“Tidak bisa. Aku sibuk. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan,” jawab Alejandro, sikapnya masih dingin. Ia mengeluarkan satu tangannya dan melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya.

“Tapi, kita sudah lama sekali tidak bertemu. Tidak bisakah kau mengosongkan jadwalmu hari ini saja? Demi aku ...,” pinta Isabel terdengar memohon.

“Tidak.” Sementara Alejandro dengan sangat tegas menolaknya. Ia yang sebelumnya hanya mengarahkan matanya lurus ke depan, akhirnya menatap Isabel, wanita cantik yang merupakan teman masa kecilnya.

“Pergilah! Aku sibuk.” Entah sudah berapa kali Alejandro berkata 'sibuk', hingga Isabel kesal mendengarnya.

Tanpa mempedulikan reaksi kecewa dan sedih Isabel, Alejandro membenarkan dasinya, lalu berjalan begitu saja. Sementara Isabel yang masih berdiri di tempat yang sama, menghentak kakinya dengan kesal.

“Sibuk, sibuk dan sibuk. Selalu saja seperti itu,” ucap Isabel marah. Mata indah yang sebelumnya mengerling genit, seketika berubah menjadi merah tanda marah. Dengan membawa rasa jengkel, Isabel pergi meninggalkan perusahaan tersebut.

Hilang Isabel, berganti dengan Alejandro. Padahal sebelumnya ia sudah pergi, namun tiba-tiba saja kembali. “Xaviera!” panggilnya, membuat sang pemilik nama terlonjak kaget.

“Ada yang perlu dibantu, Mr. Alejandro?” Xaviera, meski dadanya masih berdebar, namun tetap bisa menetralisir rasa terkejutnya. Langsung saja Xaviera berdiri.

Tak ada jawaban apa pun dari bibir Alejandro, pria itu melangkah memasuki ruangannya. Xaviera yang mengerti, langsung mengikuti.

“Saya lapar,” keluh Alejandro, lalu mendaratkan punggungnya pada kursi.

“Apa Mr. belum sarapan?” tanya Xaviera memastikan. Mata Xaviera sedikit terbelalak ketika Alejandro menganggukkan kepalanya.

“Akan saya siapkan sarapan. Mr.”

Sarapan yang Xaviera siapkan untuk Alejandro berupa roti gandum, mentega, yoghurt dan buah. Xaviera melakukan semuanya seorang diri, tanpa batuan siapa pun termasuk Alejandro yang hanya duduk dan fokus pada tabletnya. Setelahnya, Xaviera kembali keluar dan membiarkan Alejandro seorang diri.

Di saat Alejandro sedang menyantap sarapannya di ruangannya, Xaviera saat ini duduk di belakang meja sekertasinya yang berada di depan ruangan CEO. Padahal hari masih pagi, namun tenaganya Xaviera sudah terkuras banyak. Begitulah resiko menjadi sekertaris seorang Alejandro, selain tenaga, harus juga memiliki kesabaran seluas samudra.

Gaji yang terbilang besar setiap bulannya, membuat Xaviera rela bertahan sebagai sekertaris Alejandro yang terkenal galak, tidak kenal ampun, arogan dan keras. Selain itu, NOWZ COMPANY juga memiliki lingkungan kerja yang aman, visi misi yang jelas, serta mendukung karyawan untuk lebih berkembang.

Xaviera kembali masuk ketika Alejandro telah selesai dengan sarapannya. Xaviera yang sibuk merapikan meja Alejandro, tak tahu menahu bosnya itu sedang memperhatikannya. Mata elang Alejandro, bergerak mengikuti setiap pergerakan Xaviera.

“Xaviera!” Panggilan Alejandro, menghentikan gerakan tangan sang pemilik nama.

Langsung saja Xaviera menegakkan tubuhnya di hadapan Alejandro yang duduk di sofa. “Ya, Mr. Ada yang Mr. perlukan?” tanya Xaviera.

“Sudah berapa lama kamu bekerja denganku?”

Xaviera terdiam sejenak, nampak berpikir. “Hampir tiga tahun, Mr.”

Alejandro meletakkan kaki kirinya pada kaki kanannya, dan satu tangannya yang lain terulur ke samping. “Dan kamu betah bekerja denganku?” Entah mengapa, Alejandro tiba-tiba saja bertanya seperti itu.

“Tentu saja saya betah, Mr.”

“Meskipun aku kejam dan sering menyusahkanmu?” tanya Alejandro lagi, sambil mengangkat satu alisnya. Belum sempat Xaviera menjawab, Alejandro lebih dulu melanjutkan, “Aku benci kebohongan.”

Xaviera menarik napasnya dalam. Pertanyaan ini membuatnya seperti berada di antara hidup dan mati. Jika sekali saja salah menjawab, maka habislah hidup dan karirnya.

“Saya betah, Mr. Saya senang bekerja dengan Mr. Pekerjaan yang selama ini saya lakukan, memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya, jadi Mr. sama sekali tidak menyusahkan saya.” Xaviera menjawab dengan lugas.

Xaviera menunduk, berdoa dalam hatinya agar Alejandro puas dengan jawabannya. Namun, sekian menuggu tak ada jawaban, justru Alejandro berdiri, lalu mengambil jasnya yang sempat ia lepaskan sebelumnya.

“Hubungi teknisi yang menangani mobil pribadiku dan katakan aku ingin bertemu sekarang juga!” Percayalah, ini bukan satu dua kali Alejandro seenak hati mengubah jadwal, namun sering. Alejandro tidak memikirkan bagaimana repotnya Xaviera mengatur ulang jadwal yang telah disusunnya rapi.

Di satu sisi, Xaviera hanya mampu menggigit bibirnya, meratapi betapa beratnya tugasnya menjadi sekertaris seorang Alejandro. Segera, Xaviera keluar dan kembali ke mejanya, melakukan tugas terbarunya.

“Kamu ikut!” perintah Alejandro yang entah kapan keluar, tiba-tiba saja berdiri di depan meja Xaviera.

“Kalau boleh tahu, kita akan pergi ke mana, Mr. Alejandro?”

“Tentu saja bertemu teknisi,” jawab Alejandro galak.

“Tapi, bukankah itu masalah pribadi Mr. Alejandro? Saya hanya sekertaris, tidak ada sangkut pautnya.”

Bagai pedang tajam yang mampu mengoyak apa pun, begitulah tatapan mata Alejandro pada Xaviera saat ini. “Jadi, kamu membantah perintahku, hah?!” tanyanya dengan nada datar, namun dingin menusuk tulang.

“Maaf, Mr. Saya tidak bermaksud seperti itu.” Xaviera menunduk takut, tak kuasa bertemu pandang dengan Alejandro.

“Ikut sekarang!” ucap Alejandro sekali lagi, terdengar seperti perintah yang tak bisa Xaviera ganggu gugat.

“Baik, Mr.” Dengan berat hati Xaviera harus meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Alejandro.

Toh, dia tak bisa melawan atasannya itu, kan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 51. Kiriman Foto

    “Kau semakin berani ya, Xaviera?” Alejandro berucap pelan, sambil dirinya bertumpu kedua tangannya. Tatapan Alejandro tertuju pada Xaviera yang terekam sedang berada di salah satu ruangan. “Kau tidak membalas pesan-ku, kau menolak telepon-ku, dan kau tidak mempedulikan ancaman-ku. Dari mana kau dapat keberanian sebesar itu, Xaviera?”Alejandro merasa kesal dengan tindakan yang Xaviera pilih. Alejandro paling tidak suka diabaikan, terlebih lagi oleh Xaveria, namun Xaviera justru melakukannya. “Mari kita lihat apa kau juga akan melakukan hal yang sama kali ini?” Alejandro, dengan seringai khasnya, mengambil selembar foto yang kemudian ia masukkan di dalam sebuah amplop putih beserta selembar kertas tulisan tangannya.Keluar meninggalkan ruangan kegemarannya, Alejandro menemui sopir pribadinya. “Antarkan ini. Ingat, kau hanya perlu meletakkannya di depan pintunya dan jangan sampai ada satu orang pun yang mengetahui kedatanganmu!”“Baik, Mr. Alejandro.” Pria berusia lanjut yang sudah be

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 50. Teror

    Xaviera menutup matanya, menikmati kenyamanan yang disajikan untuknya. Bukan hanya karena udara pagi hari yang terasa menghangatkan tubuhnya, namun juga pelukan Gabriel yang sangat menenangkan. Saking nyaman dengan posisinya, Xaviera sampai menutup mata. Semua masalah dan beban berat yang akhir-akhir ini dipikulnya seorang diri, sejenak Xaviera lupakan. Di sana, di balkon kamar, hanya ada Gabriel dan Xaviera, ditemani dengan cinta yang setiap harinya semakin tumbuh. “Mi amor, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar Gabriel, sambil mengecup lembut dahi Xaviera. “Hem, tanyakanlah.” Xaviera memang merespon, namun tidak mengubah posisinya sedikit pun. “Ini tentang rencanamu yang ingin berhenti dari pekerjaanmu. Apa bos-mu itu setuju?” Padahal Xaviera berusaha sekuat tenaga melupakan nama Alejandro dan segala hal yang berhubungan dengannya, namun Gabriel justru bertanya. Terkejut, Xaviera sontak membuka matanya. “Apa ada kompensasi yang harus kau ganti karena melanggar kontra

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 49. Ayo Kita Pergi!

    Xaviera duduk memeluk lututnya seorang diri di kamarnya. Setelah siang tadi meninggalkan NOWZ COMPANY dengan tanpa memberikan Alejandro jawaban, Xaviera masih merenungi pilihan yang ditawarkan padanya. Tidak ada yang lebih baik dari kedua pilihan itu, keduanya sama-sama menjerumuskan dan menyakitkan Xaviera. Bingung, takut, cemas dirasakannya dalam waktu yang bersamaan. Xaviera tidak menyadari berapa lamanya ia diam seperti patung seperti itu. Bahkan hingga malam harinya ketika Gabriel pulang, kedua telinga Xaviera seperti tertutup, sehingga tidak mendengar seruan Gabriel. “Mi amor ...” Panggilan lembut dan usapan di kepala yang Gabriel lakukan, membuat Xaviera gelagapan. “Kenapa kau terkejut sekali? Seperti melihat hantu saja.” Gabriel terkekeh pelan karena respon Xaviera. “Atau jangan-jangan kau mengira aku hantu, ya? Mana ada hantu setampan diriku.” Gabriel kembali bergurau, namun Xaviera tetap pada diamnya. Bola mata Xaviera yang jernih bergerak mengikuti langkah Gab

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 48. Pilihan Yang Sulit

    Kedua netra Xaviera yang berkaca-kaca masih terpaku pada layar tablet Alejandro. Meski video tersebut minim penerangan, namun Xaviera sangat mengenali kamarnya, tata letak dan barang-barang di kamarnya. “Ke–kenapa Anda bisa ada di sana?” ujar Xaviera dengan suara bergetar. “Kau tidak mengingatnya, Xaviera?” Alejandro balik bertanya. Ekspresi Xaviera membuatnya tersenyum licik. “Anda hanya perlu menjawabnya! Kapan ini terjadi?” Sesaat Xaviera terdiam, mencoba mengingat kejadian tersebut. Xaviera mencoba menyangkalnya. Jangankan bercinta, Xaviera bahkan tidak memiliki perasaan sedikit pun untuk Alejandro. Bagaimanapun juga Xaviera selama ini menganggap Alejandro hanya sebagai atasannya. Namun video itu? Bagaimana mungkin bisa terjadi? Dalam hati Xaviera merutuki dirinya. Semakin lama menyaksikan video tersebut, membuat Xaviera merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. 'Bagaimana mungkin aku bisa bercinta dengannya, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.' Xaviera bergumam

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 47. Video Percintaan

    Xaviera yang duduk di depan meja riasnya, tiada bosannya memandang pantulan wajah Gabriel dari kaca di depannya. Pria yang menyandang sebagai tunangannya itu dengan sangat perhatian membantu mengeringkan rambutnya. “Kenapa melihatku seperti itu, hm?” ujar Gabriel, tentu ia menyadari tatapan Xaviera dan baru berani bertanya sekarang. “Kenapa kau mencintaiku?” Bukannya menjawab, Xaviera justru memberikan pertanyaan lain, yang membuat tangan Gabriel seketika berhenti bergerak. “Pertanyaan macam apa itu?” Xaviera menggeleng pelan. “Aku hanya penasaran,” jawabnya dengan senyum yang tak lekang di wajah cantiknya. Gabriel meletakkan hairdryer yang sudah dimatikannya tersebut, lalu berlutut di hadapan Xaviera. “Aku tidak butuh alasan khusus untuk mencintai ciptaan Tuhan seindah dirimu.” Gabriel menatap mata Xaviera yang berbinar, penuh rasa penasaran yang tulus. “Setiap kali aku melihatmu, hatiku terasa hangat, seperti ada sinar matahari yang selalu mengikutiku,” ucap Gabriel dengan le

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 46. Penyatuan Alejandro & Xaviera

    “Akh, kepalaku sakit.” Xaviera melenguh, tangannya merambat memijat pangkal hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa tak nyaman yang menyerang kepalanya. “Gabi ...” Xaviera menatap pintu kamarnya, berharap dapat melihat sosok Gabriel di sana, namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya yang berbunyi menandakan panggilan masuk, memecah keheningan kamar. Buru-buru Xaviera mengambilnya. Melihat nama Gabriel tertera di sana, membuat sudut bibir Xaveria terangkat.“Halo, Sayang.” Xaviera menyapa gembira, namun yang terdengar dari ponselnya bukanlah suara hangat Gabriel yang amat sangat disukainya, melainkan suara bising hingga membuat telinganya berdengung.“Sayang, apa kau masih di tempat kerjamu?” Perlahan senyuman Xaviera menghilang, ketika Gabriel mengatakan ia tidak bisa pulang cepat, lantaran pekerjaannya membutuhkannya. Diam-diam Xaviera menoleh ke arah balkon, melihat langit yang sudah gelap. “Ya sudah, tidak masalah. Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Fok

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status