Share

Bab 3. Menguntit Xaviera

Author: Vi_Novi
last update Last Updated: 2025-02-03 10:21:04

Setelah pekerjaannya selesai, Alejandro pun menemui Isabel--mau tak mau menuruti permintaan wanita itu.

Keduanya berhadapan di sebuah meja makan yang elegan dan romantis.

Meski demikian cahaya lilin redup yang memberikan kesan hangat itu tidak mampu meruntuhkan sosok dingin Alejandro.

Isabel mencoba menghidupkan percakapan dengan mengalirkan cerita tentang peristiwa masa kecil yang pernah mereka lalui bersama, mulai dari petualangan kecil di sungai dekat rumah hingga kisah lucu saat mereka berdua tersesat, lepas dari pengawasan orang tua masing-masing.

“Masih ingatkah kau saat kita berdua mencoba naik ke pohon tertinggi di taman belakang rumahmu?” tanya Isabel dengan nada riang, seraya tersenyum lebar.

“Hemm.” Alejandro, yang tampak tidak berubah ekspresi, hanya berdehem sebagai jawaban. Ia menyeruput anggur merahnya dan menatap ke arah lain, seolah mencari sesuatu yang lebih menarik daripada percakapan saat ini.

“Tentu saja kau ingat. Saat itu usiamu sudah 11 tahun, sementara aku 6 tahun. Saat itu aku terpeleset dan hampir terjatuh ke tanah, tapi beruntunglah ada kau yang langsung menggendongku.” Suara Isabel begitu riang, seakan-akan setiap kata yang terucap mampu membangkitkan kembali kenangan indah yang telah lama terpendam.

“Padahal usia kita hanya berbeda 5 tahun, tapi kau tumbuh sangat cepat, membuatku iri saja.”

Alejandro, dengan sikapnya yang khas—dingin dan jarang berbicara—hanya sesekali mengeluarkan suara deheman sebagai respon. Pria itu tampak lebih memilih untuk menundukkan kepalanya, fokus pada steak yang terhidang di hadapannya.

“Saat kecil tinggiku hanya sebatas dadamu, sekarang pun begitu. Seingatku saat kecil dulu tubuhmu biasa saja, lalu, bagaimana bisa sekarang berubah menjadi seperti ini?” Isabel terus mengeluarkan cerita dan tawa, mencoba menghidupkan suasana.

Tangan dengan jari lentik dan kuku diberi pewarna cerah milik Isabel terangkat dan mendarat pada lengan kekar Alejandro. “Selama 4 tahun berpisah, kau tidak banyak perubahan. Tetap dingin dan jarang berbicara, sama seperti dulu,” kata Isabel, entah memuji atau menyindir bungkamnya Alejandro.

Seperti ucapan Isabel, selain dingin dan jarang mengeluarkan suara, Alejandro pun nampak tidak tampak tidak tertarik dengan pertemuan ini.

Wanita angkuh itu mulai merasa canggung.

“Apa kau senang malam ini? Maksudku, makan malam berdua denganku setelah sekian tahun, apa kau bahagia?” tanya Isabel akhirnya.

“Ya,” jawab Alejandro singkat, lalu memasukkan potongan steak terakhir ke mulutnya. Bibirnya berkata 'Ya', namun wajahnya tidak mencerminkan seperti itu.

“Aku hanya ingin mengenang masa lalu kita yang sangat membahagiakan, Alejandro. Tapi sepertinya kau tidak tertarik, ya?” ucapnya dengan nada sedih.

Isabel tampak menyerah, dia menyesap anggurnya hingga tandas dan memandang Alejandro dengan rasa kecewa.

Namun, Alejandro hanya mengangguk. “Terima kasih undangannya. Aku sibuk. Maaf, tidak bisa berlama-lama.”

Srak!

Tanpa mempedulikan Isabel yang sedih dan kecewa dengan sikapnya, Alejandro bangkit dari duduknya lalu keluar dari restoran tersebut, meninggalkan Isabel seorang diri.

“Bajingan. Susah payah aku menyiapkan semua ini, aku juga rela menunggu jadwalmu kosong, dan kau sama sekali tidak menghargai usahaku.” Sepeninggalnya Alejandro, Isabel mengumpat.

Ia bahkan mengobrak-abrik semua yang ada di meja. Bagaimana bisa sosok Alejandro sangat berbeda dengan yang dikenalnya dulu? Apakah ada wanita lain yang diincarnya?

***

Di sisi lain, Xaviera baru saja menginjakkan kakinya di luar kantor.

Memang sudah larut malam, tetapi wanita itu tak suka menunda pekerjaan, sehingga memilih menyelesaikan semua tugasnya hari itu juga.

Xaviera lantas menunggu bus yang menjadi alat transportasi umum yang setiap harinya ia gunakan.

Ketika bus berwarna biru tersebut datang, buru-buru Xaviera memasukinya dan duduk di salah satu kursi yang kosong di tengah!

“Ahh, aku sangat lelah,” ucapnya pelan sambil meregangkan lehernya yang terasa pegal.

“Hola!”

Baru saja Xaviera menyandarkan kepala, menutup mata dan memijat pangkal hidungnya, ia dibuat tersentak ketika terdengar suara orang menyapa. Begitu menoleh, Xaviera mendapati seorang pria duduk entah kapan di sampingnya dan tersenyum lebar padanya.

“Delgado?!” Xaviera berseru semangat. Wajahnya yang sebelumnya lelah, hilang berganti dengan berseri ketika menyadari pria tersebut adalah orang yang tak asing baginya.

Pria yang usianya sama dengan Xaviera itu menyisir penampilan Xaviera. “Kau baru pulang kerja?” tanyanya.

“Ya, aku lembur.”

Keduanya lalu tertawa.

Xaviera pun mulai sibuk berbincang banyak hal dengan Delgado, sampai tak sadar jika sepasang mata tajam yang tak lepas pandang dari keduanya.

Alejandro, yang memang sudah mengikuti Xaviera sejak wanita itu meninggalkan kantor dan sekarang berada di bus, menatap tak puas pada Xaviera yang terlihat begitu ceria bersma Delgado.

Raut wajahnya terlihat begitu rileks dan bahagia, sebuah ekspresi yang tak pernah terlihat ketika Xaviera bersama Alejandro!

Alejandro menggenggam erat sandaran kursi, hingga memutih.

Satu tangan Alejandro terulur mengeluarkan ponselnya, lalu memfoto Delgado—pria yang baru pertama ditemuinya. Setelahnya, Alejandro mengirim foto tersebut pada seseorang dan menghubungi orang tersebut yang entah siapa.

“Cari tahu pria itu! Aku ingin datanya besok,” perintah Alejandro dengan suara dingin.

Tanpa menunggu jawaban, Alejandro langsung menyudahi panggilannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 51. Kiriman Foto

    “Kau semakin berani ya, Xaviera?” Alejandro berucap pelan, sambil dirinya bertumpu kedua tangannya. Tatapan Alejandro tertuju pada Xaviera yang terekam sedang berada di salah satu ruangan. “Kau tidak membalas pesan-ku, kau menolak telepon-ku, dan kau tidak mempedulikan ancaman-ku. Dari mana kau dapat keberanian sebesar itu, Xaviera?”Alejandro merasa kesal dengan tindakan yang Xaviera pilih. Alejandro paling tidak suka diabaikan, terlebih lagi oleh Xaveria, namun Xaviera justru melakukannya. “Mari kita lihat apa kau juga akan melakukan hal yang sama kali ini?” Alejandro, dengan seringai khasnya, mengambil selembar foto yang kemudian ia masukkan di dalam sebuah amplop putih beserta selembar kertas tulisan tangannya.Keluar meninggalkan ruangan kegemarannya, Alejandro menemui sopir pribadinya. “Antarkan ini. Ingat, kau hanya perlu meletakkannya di depan pintunya dan jangan sampai ada satu orang pun yang mengetahui kedatanganmu!”“Baik, Mr. Alejandro.” Pria berusia lanjut yang sudah be

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 50. Teror

    Xaviera menutup matanya, menikmati kenyamanan yang disajikan untuknya. Bukan hanya karena udara pagi hari yang terasa menghangatkan tubuhnya, namun juga pelukan Gabriel yang sangat menenangkan. Saking nyaman dengan posisinya, Xaviera sampai menutup mata. Semua masalah dan beban berat yang akhir-akhir ini dipikulnya seorang diri, sejenak Xaviera lupakan. Di sana, di balkon kamar, hanya ada Gabriel dan Xaviera, ditemani dengan cinta yang setiap harinya semakin tumbuh. “Mi amor, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar Gabriel, sambil mengecup lembut dahi Xaviera. “Hem, tanyakanlah.” Xaviera memang merespon, namun tidak mengubah posisinya sedikit pun. “Ini tentang rencanamu yang ingin berhenti dari pekerjaanmu. Apa bos-mu itu setuju?” Padahal Xaviera berusaha sekuat tenaga melupakan nama Alejandro dan segala hal yang berhubungan dengannya, namun Gabriel justru bertanya. Terkejut, Xaviera sontak membuka matanya. “Apa ada kompensasi yang harus kau ganti karena melanggar kontra

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 49. Ayo Kita Pergi!

    Xaviera duduk memeluk lututnya seorang diri di kamarnya. Setelah siang tadi meninggalkan NOWZ COMPANY dengan tanpa memberikan Alejandro jawaban, Xaviera masih merenungi pilihan yang ditawarkan padanya. Tidak ada yang lebih baik dari kedua pilihan itu, keduanya sama-sama menjerumuskan dan menyakitkan Xaviera. Bingung, takut, cemas dirasakannya dalam waktu yang bersamaan. Xaviera tidak menyadari berapa lamanya ia diam seperti patung seperti itu. Bahkan hingga malam harinya ketika Gabriel pulang, kedua telinga Xaviera seperti tertutup, sehingga tidak mendengar seruan Gabriel. “Mi amor ...” Panggilan lembut dan usapan di kepala yang Gabriel lakukan, membuat Xaviera gelagapan. “Kenapa kau terkejut sekali? Seperti melihat hantu saja.” Gabriel terkekeh pelan karena respon Xaviera. “Atau jangan-jangan kau mengira aku hantu, ya? Mana ada hantu setampan diriku.” Gabriel kembali bergurau, namun Xaviera tetap pada diamnya. Bola mata Xaviera yang jernih bergerak mengikuti langkah Gab

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 48. Pilihan Yang Sulit

    Kedua netra Xaviera yang berkaca-kaca masih terpaku pada layar tablet Alejandro. Meski video tersebut minim penerangan, namun Xaviera sangat mengenali kamarnya, tata letak dan barang-barang di kamarnya. “Ke–kenapa Anda bisa ada di sana?” ujar Xaviera dengan suara bergetar. “Kau tidak mengingatnya, Xaviera?” Alejandro balik bertanya. Ekspresi Xaviera membuatnya tersenyum licik. “Anda hanya perlu menjawabnya! Kapan ini terjadi?” Sesaat Xaviera terdiam, mencoba mengingat kejadian tersebut. Xaviera mencoba menyangkalnya. Jangankan bercinta, Xaviera bahkan tidak memiliki perasaan sedikit pun untuk Alejandro. Bagaimanapun juga Xaviera selama ini menganggap Alejandro hanya sebagai atasannya. Namun video itu? Bagaimana mungkin bisa terjadi? Dalam hati Xaviera merutuki dirinya. Semakin lama menyaksikan video tersebut, membuat Xaviera merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. 'Bagaimana mungkin aku bisa bercinta dengannya, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.' Xaviera bergumam

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 47. Video Percintaan

    Xaviera yang duduk di depan meja riasnya, tiada bosannya memandang pantulan wajah Gabriel dari kaca di depannya. Pria yang menyandang sebagai tunangannya itu dengan sangat perhatian membantu mengeringkan rambutnya. “Kenapa melihatku seperti itu, hm?” ujar Gabriel, tentu ia menyadari tatapan Xaviera dan baru berani bertanya sekarang. “Kenapa kau mencintaiku?” Bukannya menjawab, Xaviera justru memberikan pertanyaan lain, yang membuat tangan Gabriel seketika berhenti bergerak. “Pertanyaan macam apa itu?” Xaviera menggeleng pelan. “Aku hanya penasaran,” jawabnya dengan senyum yang tak lekang di wajah cantiknya. Gabriel meletakkan hairdryer yang sudah dimatikannya tersebut, lalu berlutut di hadapan Xaviera. “Aku tidak butuh alasan khusus untuk mencintai ciptaan Tuhan seindah dirimu.” Gabriel menatap mata Xaviera yang berbinar, penuh rasa penasaran yang tulus. “Setiap kali aku melihatmu, hatiku terasa hangat, seperti ada sinar matahari yang selalu mengikutiku,” ucap Gabriel dengan le

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 46. Penyatuan Alejandro & Xaviera

    “Akh, kepalaku sakit.” Xaviera melenguh, tangannya merambat memijat pangkal hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa tak nyaman yang menyerang kepalanya. “Gabi ...” Xaviera menatap pintu kamarnya, berharap dapat melihat sosok Gabriel di sana, namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya yang berbunyi menandakan panggilan masuk, memecah keheningan kamar. Buru-buru Xaviera mengambilnya. Melihat nama Gabriel tertera di sana, membuat sudut bibir Xaveria terangkat.“Halo, Sayang.” Xaviera menyapa gembira, namun yang terdengar dari ponselnya bukanlah suara hangat Gabriel yang amat sangat disukainya, melainkan suara bising hingga membuat telinganya berdengung.“Sayang, apa kau masih di tempat kerjamu?” Perlahan senyuman Xaviera menghilang, ketika Gabriel mengatakan ia tidak bisa pulang cepat, lantaran pekerjaannya membutuhkannya. Diam-diam Xaviera menoleh ke arah balkon, melihat langit yang sudah gelap. “Ya sudah, tidak masalah. Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Fok

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status