Share

Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO
Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO
Author: Vi_Novi

Bab 1. Bos Temperamen

Author: Vi_Novi
last update Last Updated: 2025-02-03 10:20:45

-Madrid, Spanyol-

“Selamat pagi, Mr. Alejandro.”

Beberapa karyawan yang berlalu lalang, sontak berhenti berjalan dan menundukkan kepalanya pada pria tampan yang terlihat memasuki sebuah gedung besar bertuliskan NOWZ COMPANY.

Namun, bibir Alejandro tetap terkunci dengan rapat, bahkan tatapannya lurus ke depan, seakan tidak ada makhluk lain selain dirinya, sampai sambutan datang dari sekretarisnya.

“Selamat pagi, Mr. Alejandro,” ucap Estelle Xaviera.

Tak seperti sebelumnya, kali ini Alejandro melirik Xaviera, sebelum akhirnya memasuki ruangan pribadinya dan diikuti oleh Xaviera.

“Permisi, Mr. maaf mengganggu. Saya datang untuk membacakan jadwal Mr. hari ini,” ujarnya penuh hormat.

Alejandro menatap Xaviera, matanya yang tajam mencerminkan otaknya yang selalu bekerja, menganalisis setiap detail. Walaupun dingin, dia menghargai efisiensi dan dedikasi Xaviera dalam pekerjaan.

“Pagi ini Mr. ada pertemuan dengan desainer, siang nanti makan siang bersama direktur utama dari perusahaan GOPS CORPORATE, dan sore nanti ada rapat dengan para kolega yang akan datang ke sini.” Xaviera berucap dengan suara yang jelas dan profesional.

Xaviera berhenti sejenak, menyesuaikan kacamata yang terletak di hidungnya yang kecil, namun mancung.

Di sisi lain, Alejandro, dengan dagu bertopang di tangan, mendengarkan sambil matanya yang tajam tidak pernah berpaling dari Xaviera, sosok wanita cantik, bertubuh langsung dan tinggi semampai itu. Seolah-olah dia sedang mencoba membaca lebih dari apa yang diucapkan.

Setelah Xaviera menyelesaikan membacakan jadwal dari pagi hingga sore, ia melanjutkan, “Dan malam nanti ada undangan dinner dari nona Isabel di hotel Hogriz,” kata Xaviera, sebelum terhenti oleh suara tegas Alejandro.

“Tolak dinner malam nanti!” perintah Alejandro dingin--memecah kesunyian ruangan.

“Baik, Mr.” Xaviera, yang sudah mengenal kebiasaan dan nada bosnya, mengangguk tanpa perlu bertanya lebih lanjut.

Alejandro mengalihkan pandangannya ke jendela, membiarkan sinar matahari mengilhami pikirannya, sementara Xaviera mencatat perubahan jadwal dengan rapi.

“Para desainer sudah menunggu sejak setengah jam yang lalu, perlengkapannya juga sudah saya siapkan. Mari, Mr.” Xaviera memundurkan langkahnya, mengajak Alejandro untuk memulai kegiatan hari ini.

Alejandro lantas bangkit, memasang kembali kancing jas hitamnya yang sempat ia lepaskan, lalu berjalan keluar dari ruangannya bersama dengan Xaviera yang mengikutinya di belakang.

Sayangnya, Alejandro tampak tidak puas dengan penjelasan 5 desainer di hadapannya itu!

“Bagaimana efisiensi energi dari desain ini?” tanyanya.

“Kami telah melakukan simulasi, dan hasilnya menunjukkan peningkatan 20% dalam efisiensi bahan bakar dibanding model sebelumnya. Sistem ini akan meningkatkan kenyamanan berkendara, terutama di medan yang tidak rata,” terangnya dengan penuh antusias.

Alejandro merentangkan tangannya, meminta model itu agar didekatkan. “Apa sudah diuji coba dalam kondisi nyata?”

“Belum, Mr. tapi kami berencana untuk melakukan itu segera setelah mendapat persetujuan dari rapat ini,” jawab desainer itu, raut wajahnya mencerminkan harapan.

Sayangnya, semakin lama, raut wajah Alejandro berubah menjadi tidak puas.

Brak!

Alejandro bangkit dari kursinya, menggebrak meja hingga alat tulis dan dokumen berserakan. “Tidak ada inovasi! Dan kalian menyebut diri kalian desainer? Saya butuh tim yang bisa bekerja lebih baik, bukan medioker seperti kalian.”

“Kalian semua dipecat. Keluar dari ruangan ini, sekarang juga!” titahnya lagi.

Wajah para desainer tersebut seketika berubah semakin pucat dan terkejut. Mereka semua memandang tak percaya Alejandro yang baru saja mengeluarkan kata-kata keramat seperti itu.

“Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan kami, Mr. Tolong jangan pecat kami. Kami janji akan memperbaiki rancangan tersebut agar menjadi lebih bagus lagi.” Salah seorang desainer mencoba untuk bernegosiasi.

Bukannya jawaban, yang Alejandro lakukan adalah mengambil model 3D mobil dan melemparkannya ke layar LED. Suara benda yang hancur, membuat ruangan semakin gaduh.

“Kalian pergi sekarang atau bernasib sama dengan benda itu?” ancam Alejandro sambil menunjuk kursi yang sudah tak berbentuk.

Tanpa ada bantahan lagi, para desainer tersebut berjalan dengan gontai.

Ya, begitulah Alejandro--pemimpin yang tegas dan tidak ragu dalam mengambil keputusan, meski terkadang terlalu impulsif dan keras.

Sementara itu, di sudut ruangan, ada Xaviera.

Wanita berusia 28 tahun itu tak hanya mendengar, namun juga menyaksikan langsung keributan yang terjadi.

Meski demikian, Xaviera tetap tenang, seolah menunjukkan bahwa dirinya sudah biasa menghadapi situasi seperti itu.

Setelah memastikan Alejandro bisa didekati, barulah Xaviera membawa air untuk sang bos yang sangat tempramen.

“Mr. Alejandro, silakan minumannya!” ujar Xaviera, setelahnya memundurkan kakinya dua langkah, membiarkan Alejandro duduk, lalu menenggak minumannya hingga tak tersisa.

“Bertahun-tahun bekerja masih tidak becus. Manusia idiot.” Nyatanya, kemarahan Alejandro belum selesai sepenuhnya. Pria itu kembali mengumpat.

Lagi-lagi, Xaviera memilih diam dan tetap menegakkan tubuhnya, meski dalam hati Xaviera mengakui ia takut. Ketika mendapati Alejandro menoleh ke arahnya, buru-buru Xaviera membuka buku catatannya.

“Segera, saya akan mencarikan desiainer baru yang lebih bagus dan efisien,” ujar Xaviera yang seolah sangat tahu keinginan Alejandro, meski bosnya itu tidak berucap.

Tak ada jawaban ataupun gerakan kepala dari Alejandro. Meski begitu, Xaviera sangat tahu bosnya itu setuju dengan ucapannya.

Ia pun kembali bekerja seperti biasa, sampai seorang wanita melangkah penuh percaya diri dengan kakinya yang terbalut heels merah senada dengan pewarna bibirnya.

Xaviera, yang sebelumnya sibuk dengan pekerjaannya, fokusnya langsung teralihkan ketika wanita yang ia kenali sebagai salah satu partner Alejandro.

“Maaf, Nona. Apa Anda belum membuat janji temu dengan Mr. Alejandro?” ujar Xaviera.

“Oh, jadi kau adalah sekertaris Alejandro?”

“Kau tahu aku siapa?” tanya wanita berambut pirang itu sinis.

“Tahu, Nona. Anda adalah Nona Isabel, putri dari—” Belum sempat Xaviera menyelesaikan kalimatnya, Isabel sudah lebih dulu mengangkat tangannya, sehingga mau tak mau Xaviera berhenti berbicara.

“Aku adalah putri dari Roberto, pemegang saham tertinggi di perusahaan ini, sekaligus sahabat terdekat Alejandro. Kau tahu posisiku dan kau dengan beraninya menahanku?” Setelah berbicara, Isabel tertawa mengejek. Matanya memandang Xaviera dari atas sampai bawah, dan terhenti tepat pada wajah Xaviera yang sedang tersenyum.

“Kau hanya sekertaris, berani sekali dirimu menolak undangan dinner dariku untuk Alejandro,” imbuh Isabel, membuat Xaviera mengangkat kedua alisnya tanda terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 51. Kiriman Foto

    “Kau semakin berani ya, Xaviera?” Alejandro berucap pelan, sambil dirinya bertumpu kedua tangannya. Tatapan Alejandro tertuju pada Xaviera yang terekam sedang berada di salah satu ruangan. “Kau tidak membalas pesan-ku, kau menolak telepon-ku, dan kau tidak mempedulikan ancaman-ku. Dari mana kau dapat keberanian sebesar itu, Xaviera?”Alejandro merasa kesal dengan tindakan yang Xaviera pilih. Alejandro paling tidak suka diabaikan, terlebih lagi oleh Xaveria, namun Xaviera justru melakukannya. “Mari kita lihat apa kau juga akan melakukan hal yang sama kali ini?” Alejandro, dengan seringai khasnya, mengambil selembar foto yang kemudian ia masukkan di dalam sebuah amplop putih beserta selembar kertas tulisan tangannya.Keluar meninggalkan ruangan kegemarannya, Alejandro menemui sopir pribadinya. “Antarkan ini. Ingat, kau hanya perlu meletakkannya di depan pintunya dan jangan sampai ada satu orang pun yang mengetahui kedatanganmu!”“Baik, Mr. Alejandro.” Pria berusia lanjut yang sudah be

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 50. Teror

    Xaviera menutup matanya, menikmati kenyamanan yang disajikan untuknya. Bukan hanya karena udara pagi hari yang terasa menghangatkan tubuhnya, namun juga pelukan Gabriel yang sangat menenangkan. Saking nyaman dengan posisinya, Xaviera sampai menutup mata. Semua masalah dan beban berat yang akhir-akhir ini dipikulnya seorang diri, sejenak Xaviera lupakan. Di sana, di balkon kamar, hanya ada Gabriel dan Xaviera, ditemani dengan cinta yang setiap harinya semakin tumbuh. “Mi amor, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar Gabriel, sambil mengecup lembut dahi Xaviera. “Hem, tanyakanlah.” Xaviera memang merespon, namun tidak mengubah posisinya sedikit pun. “Ini tentang rencanamu yang ingin berhenti dari pekerjaanmu. Apa bos-mu itu setuju?” Padahal Xaviera berusaha sekuat tenaga melupakan nama Alejandro dan segala hal yang berhubungan dengannya, namun Gabriel justru bertanya. Terkejut, Xaviera sontak membuka matanya. “Apa ada kompensasi yang harus kau ganti karena melanggar kontra

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 49. Ayo Kita Pergi!

    Xaviera duduk memeluk lututnya seorang diri di kamarnya. Setelah siang tadi meninggalkan NOWZ COMPANY dengan tanpa memberikan Alejandro jawaban, Xaviera masih merenungi pilihan yang ditawarkan padanya. Tidak ada yang lebih baik dari kedua pilihan itu, keduanya sama-sama menjerumuskan dan menyakitkan Xaviera. Bingung, takut, cemas dirasakannya dalam waktu yang bersamaan. Xaviera tidak menyadari berapa lamanya ia diam seperti patung seperti itu. Bahkan hingga malam harinya ketika Gabriel pulang, kedua telinga Xaviera seperti tertutup, sehingga tidak mendengar seruan Gabriel. “Mi amor ...” Panggilan lembut dan usapan di kepala yang Gabriel lakukan, membuat Xaviera gelagapan. “Kenapa kau terkejut sekali? Seperti melihat hantu saja.” Gabriel terkekeh pelan karena respon Xaviera. “Atau jangan-jangan kau mengira aku hantu, ya? Mana ada hantu setampan diriku.” Gabriel kembali bergurau, namun Xaviera tetap pada diamnya. Bola mata Xaviera yang jernih bergerak mengikuti langkah Gab

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 48. Pilihan Yang Sulit

    Kedua netra Xaviera yang berkaca-kaca masih terpaku pada layar tablet Alejandro. Meski video tersebut minim penerangan, namun Xaviera sangat mengenali kamarnya, tata letak dan barang-barang di kamarnya. “Ke–kenapa Anda bisa ada di sana?” ujar Xaviera dengan suara bergetar. “Kau tidak mengingatnya, Xaviera?” Alejandro balik bertanya. Ekspresi Xaviera membuatnya tersenyum licik. “Anda hanya perlu menjawabnya! Kapan ini terjadi?” Sesaat Xaviera terdiam, mencoba mengingat kejadian tersebut. Xaviera mencoba menyangkalnya. Jangankan bercinta, Xaviera bahkan tidak memiliki perasaan sedikit pun untuk Alejandro. Bagaimanapun juga Xaviera selama ini menganggap Alejandro hanya sebagai atasannya. Namun video itu? Bagaimana mungkin bisa terjadi? Dalam hati Xaviera merutuki dirinya. Semakin lama menyaksikan video tersebut, membuat Xaviera merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. 'Bagaimana mungkin aku bisa bercinta dengannya, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.' Xaviera bergumam

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 47. Video Percintaan

    Xaviera yang duduk di depan meja riasnya, tiada bosannya memandang pantulan wajah Gabriel dari kaca di depannya. Pria yang menyandang sebagai tunangannya itu dengan sangat perhatian membantu mengeringkan rambutnya. “Kenapa melihatku seperti itu, hm?” ujar Gabriel, tentu ia menyadari tatapan Xaviera dan baru berani bertanya sekarang. “Kenapa kau mencintaiku?” Bukannya menjawab, Xaviera justru memberikan pertanyaan lain, yang membuat tangan Gabriel seketika berhenti bergerak. “Pertanyaan macam apa itu?” Xaviera menggeleng pelan. “Aku hanya penasaran,” jawabnya dengan senyum yang tak lekang di wajah cantiknya. Gabriel meletakkan hairdryer yang sudah dimatikannya tersebut, lalu berlutut di hadapan Xaviera. “Aku tidak butuh alasan khusus untuk mencintai ciptaan Tuhan seindah dirimu.” Gabriel menatap mata Xaviera yang berbinar, penuh rasa penasaran yang tulus. “Setiap kali aku melihatmu, hatiku terasa hangat, seperti ada sinar matahari yang selalu mengikutiku,” ucap Gabriel dengan le

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 46. Penyatuan Alejandro & Xaviera

    “Akh, kepalaku sakit.” Xaviera melenguh, tangannya merambat memijat pangkal hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa tak nyaman yang menyerang kepalanya. “Gabi ...” Xaviera menatap pintu kamarnya, berharap dapat melihat sosok Gabriel di sana, namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya yang berbunyi menandakan panggilan masuk, memecah keheningan kamar. Buru-buru Xaviera mengambilnya. Melihat nama Gabriel tertera di sana, membuat sudut bibir Xaveria terangkat.“Halo, Sayang.” Xaviera menyapa gembira, namun yang terdengar dari ponselnya bukanlah suara hangat Gabriel yang amat sangat disukainya, melainkan suara bising hingga membuat telinganya berdengung.“Sayang, apa kau masih di tempat kerjamu?” Perlahan senyuman Xaviera menghilang, ketika Gabriel mengatakan ia tidak bisa pulang cepat, lantaran pekerjaannya membutuhkannya. Diam-diam Xaviera menoleh ke arah balkon, melihat langit yang sudah gelap. “Ya sudah, tidak masalah. Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Fok

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status