"Tangguh, buka!" Linda tersentak kaget, lalu dengan tubuh yang berbalut selimut, lalu bersembunyi di dalam kolong tempat tidur.
"Sebentar, Pak," jawab Tangguh sambil merapikan pakaian dalam Linda yang berserakan, lalu ia masukkan ke dalam kolong. Tangguh menenangkan detak jantungnya yang sangat cepat.
Cklek!
"Ada apa, Pak?" tanya Tangguh berpura-pura menggosok matanya seolah baru bangun tidur.
"Tangguh, apa kamu melihat Linda? Istriku itu sepertinya marah padaku dan saat aku bangun tidur, aku tidak menemukannya di kamar," tanya Steve dengan wajah panik.
"Oh, saya tidak lihat, Pak. Apa mungkin Bu Linda ke warung, Pak? Apa mau saya bantu cari? Atau gini deh, Bapak cari ke mana, biar saya juga cari ke lain tempat. Kita berpencar. Kenapa tidak mencoba menelepon Bu Linda?" Tangguh sengaja mengeraskan suaranya dengan maksud hati agar Linda mendengar dan bisa mencari jalan keluar dari rumahnya.
"Istriku tidak membawa HP. Ponselnya
Steve tersenyum sembari melambaikan tangan pada Linda dan juga Tangguh yang beranjak pergi keluar dari pekarangan rumah. Pria itu masuk kembali ke dalam rumah dan memilih langsung berbaring di tempat tidur. Kepalanya masih saja terasa pening sehingga ia memutuskan untuk tidur.Steve terbangun dan ia melihat jam di dinding yang sudah berada di angka dua belas. "Sayang, apa kau sudah pulang?" serunya dari kamar. Pria itu masih menggosok mata sembari meluruskan pinggangnya yang pegal. Kesadarannya belum benar-benar pulih karena kepala yang masih terasa berat."Sayang," panggilnya lagi saat tidak mendengar sahutan Linda. Steve turun dengan malas dari tempat tidur, lalu berjalan keluar kamar untuk mencari istrinya."Oh, belum pulang ternyata," gumam Steve saat mengintip dari jendela ke dalam bengkel yang masih sepi.Steve merasa sedikit aneh karena tidak biasanya Linda berbelanja cukup lama. Ini sudah dua jam dan mereka belum kembali. Steve m
Dewasa 21+Linda bolak-balik melirik gudang yang sepi. Ke mana Tangguh? Pikirnya. Linda ingin mengirimkan pesan, tetapi ia khawatir suaminya membaca pesannya dan malah mengetahui semuanya. Ingin bertanya pada Steve, tetapi ia juga ragu.Linda terpaksa kembali berpura-pura fokus pada ponselnya. Membuka aplikasi market place dan memilih aneka barang. Ia tinggal lapor Steve untuk melakukan pembayaran atas semua barang belanjaannya.Linda membeli beberapa baju tidur seksi, baju kaus pria, dan juga setengah lusin dalaman pria.Kalau barang ini dibayar oleh Steve, nanti dia curiga. Linda mengurungkan niatnya membayar belanjaan menggunakan uang suaminya. Linda membayar menggunakan aplikasi Mbanking miliknya dengan saldo yang masih penuh tentu saja."Sayang, sedang apa?" tanya Steve menghampiri Linda duduk di atas tempat tidur."Ini, aku berbelanja beberapa baju daster dan lingerie. Sudah lam
"Ya ampun, kamu luar biasa, Guh. Kapan-kapan kita perlu mencobanya. Melakukan hal semenarik ini dalam perjalanan Jakarta-Bandung. Aku yakin, begitu kita sampai Dago, kamu baru tuntas." Linda tak kuasa untuk tidak tertawa sambil menutup mulutnya, sedangkan Tangguh hanya bisa menyeringai sambil merasakan bulir keringat membasahi kening leher, dan seluruh anggota tubuhnya.Melihat tawa Linda yang lebar, membuat hati pemuda itu membuncah senang, sekaligus merasa sedikit risau. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Linda, lalu mengusap pundak polos wanita itu dengan lembut."Apakah aku bersalah melakukan ini semua, Guh?" Tangguh menatap heran pada Linda sambil mengerutkan keningnya."Yang membuat kekasihku ini merasa bersalah adalah karena kamu juga sangat menikmatinya. Linda mengigit bibir bawahnya."Masa sih?" Linda menyeringai dengan wajah merona. Tangguh mengangguk pasti, lalu meraih Tangan Linda untuk dikecupnya."Di sini sayalah
"Waw, kue bolu," seru Steve saat memasuki rumah dan mencium aroma lezat perpaduan mentega, terigu, dan juga vanili. Pria itu berjalan ke dapur dan mendapati istrinya yang memakai apron penuh dengan butiran terigu. Ditambah noda coklat di pipi Linda yang membuat penampilan istrinya semakin cantik bila berada di dapur."Istriku cantik sekali," puji Steve tiba-tiba memeluk pinggang istrinya dari belakang. Linda terlonjak kaget, lalu segera berbalik untuk menatap suaminya."Aku bosan dan sepertinya membuat kue bisa membantuku menghilangkan sakit kepala ini," kata Linda kembali berbalik memunggungi Steve untuk menuangkan adonan ke dalam loyang."Apa kamu tidak mau ke dokter? Ayo, aku temani," ajak Steve."Tidak usah, Pa, aku hanya butuh mengalihkan keinginan mendesahku dengan membuat kue." Ada sebuah sindiran dalam kalimat yang diucapkan Linda dan Steve tahu itu. Istrinya menyinggungnya telak.Pria itu hanya bisa menelan lu
Steve baru pulang ke rumah pukul tujuh tiga puluh malam. Begitu ia membuka pintu, ia sudah melihat Linda dan Tangguh tengah makan berdua sambil berbincang."Sayang, kamu olah raga atau jalan-jalan, kenapa lama sekali?" tanya Linda sambil berdiri menyambut suaminya. Karena hari ini catring masakan soup iga, sehingga tangannya tidak perlu di cuci terlebih dahulu untuk menyambut suaminya."Eh, iya, tadi aku ada urusan penting sedikit. Ini aku belikan baso untuk kamu dan Tangguh, tapi karena kalian sudah makan, bisa disimpan saja, siapatahu nanti malam lapar," kata Steve sambil berjalan ke dapur untuk mencuci tangan.Tiba-tiba saja perasaan Tangguh tidak menentu, ia merasa sedikit bersalah karena makan terlebih dahulu di meja makan majikannya, seharusnya ia menunggu Steve tadi, tapi karena pertempuran Depok-Pasar Minggu bersama Linda, perutnya menjadi sangat lapar."Pak, maaf ya, kalau saya makan duluan, tadinya saya ingin menunggu Pak Steve
"Putus? Apa maksud kamu? Kita putus? Heh ... jangan harap!" Linda berbalik badan meninggalkan Tangguh yang terdiam di tempatnya. Wanita itu berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis.Hatinya hancur berkeping-keping mendengar penuturan Tangguh. Ia telah salah menilai pemuda itu selama ini. Linda mengira bahwa Tangguh berbeda dari pria di luar sana, tetapi tidak, Tangguh sama saja. Hanya bisa melukai hatinya setelah puas memakainya. Yah, pemuda itu memang tidak bisa disalahkan karena dialah yang menggodanya.Jika sekarang ada orang yang patut dipersalahkan, hanya dialah orang satu-satunya. Bukan Tangguh apalagi Steve. Linda menangis cukup lama di dalam kamar, hingga akhirnya memutuskan untuk memasukkan beberapa helai baju ke dalam tas jinjing. Ia mengirimkan pesan pada Steve.'Pa, aku ke rumah ibu ya. Mungkin menginap dua hari. Tidak perlu dijemput, aku mau menenangkan diri.'SendLinda memesan taksi online. Lima menit berselang, sebua
Suara itu tiba-tiba saja menghilang.Shit!Pasti baterai alat penyadap itu habis dan harus segera aku isi daya. Apa itu tadi? Linda? Ya Tuhan, ada banyak nama Linda di Jakarta ini, kenapa jantungku terasa seperti ditusuk? Apa karena nama wanita yang disebut Tangguh mirip dengan nama istriku? Tidak mungkin, Linda dan Tangguh tidak akan mengkhianatiku. Ini harus benar-benar aku pastikan. Nama Linda yang keluar dari bibir Tangguh, pasti bukan Linda istriku.Steve terus saja berbicara pada hatinya sendiri. Hingga malam begitu larut, pria dewasa itu masih belum bisa memejamkan mata. Di kepalanya sibuk memikirkan nama Linda yang disebut oleh Tangguh. Ingin rasanya tidak percaya, tetapi hatinya yang lain berkata selidiki saja.Steve menuliskan pesan pada Linda.'Kapan mau dijemput, Sayang?'Hanya ceklis satu dan itu tandanya ponsel istrinya tidak aktif. Mungkin sedang di-charger mengingat ini sudah pukul satu malam.Keesokan pagi
Tangguh menemani Steve berbincang dengan Darwis hingga pukul satu malam. Pemuda itu berusaha biasa saja padahal bagian tubuhnya yang lain merindukan Linda. Kilatan cumbuan singkat yang tadi ia berikan pada Linda masih membekas di pikirannya dengan sangat jelas.Tangguh selalu suka bagaimana saat Linda meremas rambutnya dengan gemas."Tangguh, Pak Darwis mau pulang, apa yang sedang kamu lamunkan?" tegur Steve saat memperhatikan Tangguh yang melamun."Eh, tidak, Pak, i-ini saya baru dapat telepon dari Rucita, katanya pihak keluarga laki-laki akan membawakan uang untuk pesta pernikahan, mm ... jadi mungkin bulan depan saya akan ijin sekitar tiga harian," terang Tangguh dengan sebenarnya.Pagi tadi adiknya memang menelepon , memberitahukan bahwa pihak keluarga calon mempelai laki-laki akan membawakan uang hantaran untuk pesta pernikahan. Tentu ia harus berada di sana dan pasti akan merindukan Linda karena hal itu. Tangguh tidak berbohong