Hanya si pemuda yang membalas sapaan Uzy. “Silakan.”
Uzy duduk di sebelah pemuda itu. “Terima kasih. Mas, melamar kerja di sini juga kan, ya?” kata Uzy berbasa-basi.
“Iya, Mas. Mas juga?” balas si pemuda dengan basa-basi yang sama. Padahal sudah jelas mereka semua berada di tempat itu karena alasan yang sama.
“Iya, Mas. Semoga kita diterima.” Uzy mengakhiri basa-basi basi di antara mereka berdua.
Tak lama kemudian, muncul Dody dari balik pintu tertutup yang bertuliskan “Hanya Untuk Karyawan” di depannya. Wajahnya cerah. Senyum terkembang di bibir Dody.
“Silakan masuk, semua.” Dody memanggil.
Seketika, empat pelamar yang duduk di bangku bangkit. Mereka seperti berlomba untuk masuk lebih dulu ke dalam ruangan yang pintunya telah dibuka lebar oleh Dody.
Setelah se
Si gadis cantik bak sosialita menghentikan langkah, mengibaskan rambut hitam panjang berkilau melewati bahu indahnya, lalu melirik ke arah toko dengan dahi berkerut, menilai toko sepatu di depannya. “Oh, ya? Apa spesialnya koleksi sepatu di toko ini?”Uzy mengambil brosur dan menunjukkan beberapa gambar sepatu yang telah ia pelajari secara singkat sebelumnya. “Kami menawarkan berbagai merek ternama dan desain terkini yang pasti akan memikat perhatian kakak. Bukan hanya itu, kami juga memberikan diskon spesial untuk pembelian hari ini. Selain mendapatkan sepatu berkualitas, Kakak juga bisa mendapatkan penawaran menarik!”Si gadis cantik melirik brosur di tangan Uzy. “Diskon spesial, ya? Tapi saya enggak ada rencana beli sepatu baru.”Uzy tak putus asa. Masih dengan penuh semangat, ia menambahkan. “Tenang saja, Kak! Kakak bisa melihat-lihat dulu, tidak harus membeli. Siapa tahu, ad
“Mas Uzy, saya senang memberitahukan bahwa Anda diterima bekerja sebagai SPG di toko kami! Selamat!” Dody mengulurkan tangan untuk dijabat kepada Uzy.Seketika, wajah Uzy yang semula murung berubah menjadi cerah. “Wah! Terima kasih, Pak Dody! Saya sangat senang mendengarnya!” Uzy menerima jabat tangan Dody dan mengguncangkannya agak terlalu kencang, saking gembiranya.“Kamu sudah menunjukkan sikap yang baik dan luar biasa persuasif selama tes tadi. Kami yakin kamu akan menjadi seorang SPG yang hebat!” Dody tidak lagi memanggil Uzy dengan sapaan “Anda”, tetapi telah berubah menjadi “Kamu”. Uzy pun memerhatikan perubahan kecil ini.“Terima kasih, Pak. Saya berusaha yang terbaik. Saya juga akan bekerja keras untuk memenuhi harapan toko, Pak.”“Oh, ya. Saya lihat kamu masih kuliah, ya? Salut. Saya suka anak muda pekerja keras.
Keduanya tertawa gembira. Mereka lantas berpisah. Milo melanjutkan kepergiannya yang tertunda, sedangkan Uzy berjalan kembali ke arah gedung kampus. Kali ini tujuannya bukan ruangan kelas karena kuliah selanjutnya baru akan dimulai dua jam lagi. Langkah kakinya mengarah ke ruangan UKM Islam. Ia hendak mencari Hanif, orang yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Uzy akan mengabari tentang pekerjaan barunya.Uzy melongok melalui jendela ruangan UKM yang terbuka. Ia melihat Hanif tengah membuka mushaf Al Quran di tangannya. Tampaknya, Hanif sedang mengaji. Ada yang berdesir di dalam dada Uzy saat melihat wajah teduh Hanif yang sedang membaca Al Quran. Ada kerinduan di dadanya untuk menjadi seperti Hanif, namun … kesibukan membuatnya sering lupa akan kitab suci tersebut.Uzy melontarkan salam dan Hanif langsung menjawab sambil mengangkat wajah. Hanif tersenyum menlihat sosok Uzy yang berdiri di ambang pintu. Hanif mengundang Uzy unt
Suara senandung riang dari arah pagar membuat Paman Ali mengangkat wajah dari pot bunga yang tengah ia bongkar tanahnya. Terlihat sosok Uzy yang baru turun dari sepeda onthel butut. Wajah Uzy terlihat amat berseri-seri dan kemerahan, membuat Paman Ali curiga Uzy baru saja diterima pernyataan cintanya.“Hei, Uzy! Tumben pulang-pulang kelihatan senang. Kamu baru dapat uang kaget?” sapa Paman Ali dengan suara cukup lantang.Uzy tidak langsung menjawab, ia hanya memperlebar senyuman sambil menghampiri Paman Ali yang terus memandang ke arahnya.“Bukan, Paman. Saya dapat sesuatu yang lebih baik daripada uang kaget,” ujar Uzy setelah dekat dengan posisi berdirinya Paman Ali.“Apa itu?” Paman Ali terpancing untuk bertanya lebih.“Saya diterima kerja paruh waktu jadi SPG di mal dekat kampus, Paman. Gajinya lumayan, bisa buat biaya sehari-hari dan
Jam dinding menunjukkan pukul dua malam. Di kamar kost barunya, Uzy tampak belum tidur. Ia serius menatap sebuah buku yang terbuka di hadapan. Meja belajarnya penuh dengan tumpukan buku, catatan kuliah, dan laptop yang dipinjamkan Yuni untuk mengerjakan tugas makalahnya. Yuni, salah seorang teman seangkatan Uzy yang kaya raya namun malas belajar. Dari Rani, Yuni mengetahui bahwa Uzy menerima jasa pembuatan makalah dan tugas-tugas kuliah lainnya.Saat ini, Uzy tengah fokus mengerjakan beberapa order makalah dan bahkan skripsi kakak tingkatnya. Semenjak diterima bekerja sebagai SPG, waktu senggangnya habis dengan bekerja sampingan dan menerima order pembuatan tugas kuliah. Hari-harinya penuh dengan jadwal yang padat, berpindah cepat dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.Uzy menguap. Kantuk mulai melanda. Namun, Uzy memaksakan diri untuk terus mengerjakan order makalah yang ditekuninya.“Sedikit lagi. Setelah ini ba
“Rumah Candy dijaga ketat oleh satpam sekarang. Aku enggak yakin kamu bisa dengan mudah mencari maupun sekadar melihat wajahnya.”“Enggak masalah, Yan. Aku benar-benar ingin melihat Candy. Aku kangen banget sama dia dan ingin tahu bagaimana dia sekarang.” Uzy memaksa.“Aku ngerti perasaanmu, Zy. Tapi kamu harus ngerti juga kalau Candy tidak lagi sama seperti dulu. Dia tidak lagi bebas ditemui siapa saja. Apalagi dengan statusnya yang rumit sebagai …..” Yandi sengaja tak melanjutkan ucapannya. Ia yakin Uzy sudah tahu maksudnya.“Aku enggak akan gangguin dia, kok. Mana berani aku. Cukup sekali aku dihadiahi bogem mentah. Tolong beri tahu aku alamatnya, Yandi. Aku janji hanya akan melihatnya dari kejauhan.” Uzy terus mendesak.“Pokoknya aku sudah ngasih peringatan, lho ya. Ini keputusanmu, jadi jika kamu kenapa-kenapa aku enggak ikut-ikutan, B
“Akhirnya!” Uzy berseru lega tatkala melihat jam dinding di toko “Sikil” telah menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya tutup toko. Uzy sudah menantikan saat-saat ini sejak setengah jam yang lalu.Uzy berlari menuju ruang ganti, melepas seragam SPG-nya dengan tergesa-gesa. Dia tampak sedikit terburu-buru dan gelisah, berbeda dengan suasana santai yang biasanya ia tunjukkan setelah jam kerja selesai. Teman SPG-nya, Rudi, memandang Uzy dengan keheranan."Eh, Uzy, kenapa terburu-buru banget sih pulangnya? Biasanya kan santai-santai aja setelah jam kerja selesai. Ngopi dulu yuk, kayak biasanya."Uzy, masih dengan napas agak terengah-engah, tersenyum kecut sekilas. "Ah, Rudi, kamu tahu kan dulu aku selalu santai pulang setelah kerja? Tapi sekarang ada satu hal yang harus aku lakukan!"Rudi terlihat penasaran. Ia menatap Uzy dengan rasa ingin tahu. "Apa sih yang harus kamu
"Iya, nih. Aku sering begadang karena nongkrong setelah jam kerja di mal."Milo langsung menyipitkan mata dan menatap Uzy dengan rasa curiga yang tak disembunyikan. "Nongkrong setelah jam kerja? Apa kamu sekarang sering main? Kayaknya gaya hidupmu udah berubah, ya?"Uzy terkejut dengan keceplosannya sendiri, dia tidak menyangka akan mengungkapkan hal itu. "Eh, enggak kok, Mil. Hanya kebetulan saja ada beberapa teman yang ngajak nongkrong. Enggak ada yang gawat, kok."Milo tidak puas dengan jawaban itu dan tetap menatap Uzy dengan penuh kekhawatiran."Zy, sebagai teman, aku tahu kamu sejak pertama kita jadi mahasiswa. Jangan ragu untuk berbagi dan meminta bantuan jika kamu memiliki masalah. Kita bisa mencari solusi bersama."Uzy merasa tersentuh dengan kepedulian Milo."Terima kasih, Mil. Sebenarnya, aku sedang mencoba mencari tahu keberadaan seseorang. Aku pe