Eliska berdiri di gerbang kediaman, menatap papan nama bertuliskan "Kediaman Madaharsa" di depannya. Dinding kediaman yang dahulu putih telah menjadi keabu-abuan karena tergerus usia. Beberapa ubin hijau juga terlepas dari dasar dinding.Namun, berhubung Raditya tidak pernah melupakan kediaman lama di Palaraya ini, para pelayan tetap merawatnya cukup bersih."Dulu ini adalah kediaman kakek buyutmu," ujar Dwiana sambil menuntun Eliska masuk. "Ayahmu selalu ingin datang dan melihat-lihat kediaman ini, tapi nggak pernah ada kesempatan. Siapa sangka, malah kita duluan yang datang. Ibu hanya khawatir kamu nggak kerasan di sini."Ini bukan kunjungan pertama Eliska. Di kehidupan lampau, dia telah tinggal selama setengah tahun di sini. Hanya saja, hari-harinya tidak berjalan menyenangkan.Kala itu, Raditya didemosi dan hubungannya dengan Dwiana jauh dari kata harmonis. Selama enam bulan tinggal di Palaraya, Eliska dan ibunya selalu dipenuhi kecemasan.Lantaran Raditya didemosi, para kerabat di
"Putra Bangsawan ...," ujar Unus dengan cemas.Arjuna berkata dengan suara rendah, "Aku akan pergi malam ini. Kamu kembali ke kamp militer, tangani Kak Argani dan Paman Cahir."Unus bergegas pergi melaksanakan perintah.Orang-orang di kamp militer awalnya sudah gelisah. Kembalinya Unus hanya menambah kecemasan di hati banyak orang. Argani bahkan langsung menghentikan latihan prajuritnya dan segera memanggil Unus."Tuan Argani, maafkan saya. Saya gagal menemukan Putra Bangsawan, hanya pedangnya yang saya temukan," ucap Unus sambil berlutut dan menyerahkan sebilah pedang dengan kedua tangan. Pedang itu tentu saja adalah milik Arjuna.Pedang para komandan militer tidak pernah ditinggalkan. Selama pemiliknya hidup, pedang itu senantiasa dibawa ke mana-mana. Jika pedang itu tertinggal, artinya pemiliknya sudah mati.Mata Argani memerah, tetapi dia bertanya dengan tenang, "Kamu yakin sudah mencari dengan saksama?""Setelah mengambil pedang Putra Bangsawan, saya menyisir seluruh area Gunung K
Kelopak mata Arjuna hanya berkedut pelan, tidak ada reaksi berlebih. Aura dingin yang dimilikinya seolah-olah telah mendarah daging.Hari itu di Gunung Kabung, bala bantuan tidak datang sesuai jadwal yang disepakati. Akibatnya, Arjuna terjebak di sana. Tidak hanya terluka parah, pasukan pendampingnya juga gugur semua. Mengenai alasan bala bantuan begitu terlambat bertindak, hal itu memang mencurigakan.Di kamp militer Surtara sekarang, Zuhair telah menunjuk beberapa komandan baru untuk mengambil alih urusan kamp. Dia pasti memiliki agenda tersembunyi.Jika Raja Kawiswara berada di tempat, orang-orang ini tidak akan bisa membuat masalah. Namun, kini dengan Surtara yang tanpa pemimpin, siapa yang berani menentang perintah Kaisar?Sementara itu, alasan Raja Kawiswara belum meninggalkan ibu kota hingga sekarang ....Unus memutus lamunannya dan menambahkan, "Ada lagi. Kabarnya Nona Eliska terjangkit penyakit menular serius dan harus memulihkan diri di luar ibu kota."Arjuna mengernyit dan b
Dwiana yakin apa yang terjadi pada Ajeng bukanlah kecelakaan.Dengan Ajeng sebagai contoh, para gadis setelahnya juga tidak akan berakhir baik. Apalagi, Yanuar memiliki banyak gadis lain di kediamannya. Situasi di sana jauh lebih buruk daripada di Kediaman Raja Kawiswara.Malam itu, Eliska menyelinap keluar dan pergi ke kedai teh lagi.Madana sudah membuat persiapan. Di dalam ruangan di sudut, air rendaman obat sudah disiapkan. Airnya yang berwarna merah seperti darah terlihat sangat menakutkan."Berendamlah di dalam selama dua jam. Esok hari, kamu akan terlihat seperti mengidap demam parah. Tabib kekaisaran yang memeriksa akan berkata kalau penyakit ini menular," ucap Madana.Harini menatap sepupunya dengan cemas.Eliska berkata, "Tabib Madana silakan keluar. Aku akan mulai sekarang."Air rendaman obat itu sedingin es. Begitu Eliska masuk ke dalam, sekujur tubuhnya terasa nyeri karena kedinginan. Setelah beberapa saat, dia mulai merasa pusing.Samar-samar, Eliska mendengar Harini mema
Berhubung Zuhair sudah mengeliminasi Taraka dari opsinya, satu-satunya orang yang cocok untuk posisi pewaris takhta adalah Yanuar."Tampaknya posisi putra mahkota akan segera ditetapkan," ujar Madana dengan ekspresi tak terbaca.Eliska tertegun, diam-diam memikirkan hal ini dengan cermat.Zuhair awalnya menikmati konflik internal antara Taraka dan Yanuar. Sekarang, dia tiba-tiba memihak Yanuar, sementara sasarannya beralih dari Taraka ke Kediaman Raja Kawiswara. Dengan menekan pengaruh Kediaman Raja Kawiswara, dia membuka jalan bagi Yanuar. Ini adalah perubahan signifikan.Di kehidupan lampau, setengah tahun lagi akan tersebar rumor bahwa Zuhair sakit parah. Setelah kondisinya memburuk, dia tidak lagi terlibat dalam politik istana. Arjuna pun kembali ke ibu kota pada saat ini.Eliska tidak tahu detail tentang jalannya perebutan kekuasaan, tetapi dia bisa menebak bahwa pemenangnya adalah Kediaman Raja Kawiswara. Sesudah itu, kendali Zuhair atas Kediaman Raja Kawiswara hampir bisa dikata
"Penampilan dan karakter Tuan Pradipta sama-sama luar biasa," kata Eliska dengan serius."Bagaimana kalau harus memilih satu?" tanya Pradipta lagi."Ada banyak pemuda tampan di dunia. Kalau aku harus memilih, karakter tentu saja lebih penting. Penampilan akan berkurang menarik seiring bertambahnya usia, tapi aku akan selalu mengingat semua kebaikan Tuan Pradipta padaku," jawab Eliska.Ada senyum di mata Pradipta. Memang sangat tipis, tetapi jelas memancarkan kebahagiaannya. Mata itu berbinar cemerlang, membuat orang lain sulit untuk mengalihkan pandangan. Sikap dingin Pradipta saat melihat Eliska bersama Yanuar tadi seketika lenyap tak berbekas."Mengenai permintaanku tempo hari pada Tuan Pradipta ... apa orang itu sudah tiba di Palaraya?" tanya Eliska.Pradipta menjawab setelah hening sejenak, "Kurasa masih dalam perjalanan. Mungkin butuh beberapa hari lagi sebelum dia sampai ke kediaman lama keluarga Nona Eliska."Eliska hendak bertanya lebih detail ketika dia melihat seseorang mende