Maaf lama update 🙏🙏🙏
Revin menghela napas pelan saat melihat Damian melangkah ke arahnya dengan cepat."Sekarang kau pasti sudah puas kan melihat Lisa sekarat?" ucap Damian dengan tangan mengepal. Dia sempat mendengar pembicaraan Revin bersama Evans dan Erika, dan itu membuatnya sangat terkejut, sedih dan sekaligus marah. Hidup Lisa sudah tidak tertolong! Kepada siapa dia bisa melampiaskan rasa marahnya? Rasanya dia ingin sekali meninju wajah Revin tapi dia menahannya sebisa mungkin. Evans dan Erika saling memandang, merasa heran melihat sosok remaja tampan yang terlihat marah menatap tajam pada Revin dengan matanya yang sudah memerah."Gara-gara kau, Lisa mendapat tamparan dari Hendra! Kalau mau cerai ya cerai saja! Untuk apa kau melapor-lapor pada Hendra?"Mulut Revin tetap terkatup. Hubungannya dengan Damian memang jadi buruk sejak kejadian malam itu, malam saat dia berpikir Lisa hilang padahal hanya bersembunyi di dalam rumah. Waktu itu Revin menghina Lisa saat berbicara dengan Damian di telepon. Dia b
Nafalah yang barusan menyela pembicaraan. Dia mendengar suaminya hendak dimasukkan ke penjara. Itu tidak boleh terjadi! Perusahaan Wijaya sedang masa kritis, jika Hendra tidak ada, perusahaan akan bangkrut. Nafa tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tetapi Damian tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cepat dia menjawab Revin, "Iya! Lisa akan senang! Kalaupun tanpa diduga dia tidak senang, tapi faktanya kau sudah memberinya keadilan dengan menjebloskan Hendra ke penjara. Saat ini Lisa koma, sebagai suaminya dan sebagai saksi mata, kau berhak menuntut Hendra!"Bagi Damian, selain karena Hendra memang pantas dipenjara, Hendra juga adalah ancaman bagi kehidupannya. Dia begitu mirip dengan Dani. Suatu hari bisa saja kebenaran akan terungkap dan Hendra pasti akan mengamuk dan tidak akan membiarkannya hidup. Jika Hendra berada di penjara, setidaknya dia akan aman selama beberapa tahun ini. Dia akan bertumbuh dengan tenang. Tidak seperti sekarang selalu mewanti-wanti keadaan dengan siaga
"Damian! Jangan mengada-ada!" bentak Nafa tiba-tiba dengan tubuh bergetar."Aku akan memenjarakannya! Bisakah kau jelaskan sekarang juga?" sahut Revin cepat dengan suara tinggi. Matanya menatap tajam pada Nafa, membuat Nafa bergidik.Evans sendiri perlahan membawa Erika melangkah mundur ke tempat yang aman saat keadaan tampak memanas.Damian menarik napasnya. Ini adalah pilihan yang berat tapi dia memutuskan untuk memilih jalan yang benar. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menatap Revin. "Pria yang kalian bicarakan adalah pamanmu, kan? Namanya Ben, si bandot tua. Dia bukanlah mantan Lisa! Tiga tahun lalu, dia memerkosa Lisa. Lisa hamil dan rumah menjadi kacau. Hendra pun mengamuk dan memukuli Lisa, dia juga terkadang menendangnya. Lisa pun menjadi stres dan akhirnya keguguran," ucapnya dengan jelas.Mulut Revin seketika terbuka tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya karena ia begitu terkejut mendengar penjelasan Damian. Damian tahu pria yang mereka bicarakan adalah Ben! Pem
"P-penyebab apa maksudmu?" tanya Nafa gugup dengan wajah mulai marah. Dia merasa tersudut. "Walaupun aku hanya mama tiri tapi aku menyayangi Lisa seperti putriku sendiri!""Begitu ya? Aku jadi teringat saat mengangkat ponsel Lisa waktu kau memanggilnya lewat telepon. Awalnya aku menolak panggilanmu, tapi kau kembali menelepon dan aku pun mengangkatnya. Begitu kuangkat, umpatanlah yang langsung kau muntahkan! Kalau dipikir-pikir dengan baik, umpatanmu itu pasti untuk Lisa.""Umpatan? Itu, itu...bukankah aku sudah menjelaskan padamu bahwa ucapanku itu untuk Nick, mantan Lisa yang selalu mengganggunya!" seru Nafa dengan kening mengerut dalam." 'Dasar kau bangsat! Pelacur sialan! Berani sekali kau menolak panggilanku!'. Begitulah isi makianmu waktu itu. Dipikir bagaimanapun kalimat itu pasti ditujukan untuk pemilik ponsel. Jelas kau sangat membenci Lisa. Dan kau waktu itu pasti memengaruhi Hendra sehingga dengan bodohnya dia lebih memercayaimu daripada putrinya sendiri," tandas Revin deng
Wajar saja jika Revin curiga seperti itu. Dari awal saat Damian ingin meluruskan fakta tentang masa lalu Lisa, Nafa begitu berkeras dan terlihat sangat cemas. Kenapa dia sampai seperti itu? Dia juga berkali-kali menunjukkan melalui ucapannya bahwa Lisa bukan diperkosa tetapi memang memiliki hubungan khusus dengan Ben. Kalaupun tujuannya ingin menjelekkan Lisa, apa perlu sampai seperti itu padahal pemerkosaan adalah perbuatan kriminal? Nafa juga terang-terangan berkata bahwa ia akan mendukung Ben. Kecuali Nafa memang terlibat dalam peristiwa pemerkosaan itu, tidak ada alasan lain lagi yang cocok dalam pikiran Revin. Sudah begitu, raut Damian yang terbelalak terkejut saat ini semakin meyakinkan Revin bahwa dugaannya memang benar.Damian membuka mulutnya dengan ragu-ragu dan gugup, "Itu...sebenarnya..." Belum selesai memjawab, mulut Damian malah kembali mengatup.'Aku sulit mengatakan kebenarannya, tapi aku juga tidak mau berbohong. Karena kalau aku berbohong, itu sama saja aku menyakiti
"Apa itu benar? Lisa koma, dan dokter sudah tidak bisa berbuat apa-apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanggap Ben dengan wajah mendadak cemas saat Renata bercerita tentang keadaan Lisa setelah menjenguknya tadi siang."Selama ini Lisa ternyata sakit parah. Ada tumor di rahimnya. Pantas saja dia selalu terlihat pucat. Dan yang perlu kau tahu, ternyata Lisa tidak boleh hamil karena rahimnya lemah. Kalaupun ada keajaiban dia bisa bertahan, tapi selamanya Lisa tetap tidak boleh hamil."Ben tercengang mendengarnya. "Tapi dia sedang hamil. Bagaimana bisa keadaannya tiba-tiba...?" gumamnya pelan dan terduduk di sofa. Dia merasa syok."Intinya, kau tidak mungkin memperistri perempuan yang tidak bisa memberikanmu keturunan karena sampai saat ini kau masih belum memiliki anak. Jadi lupakanlah Lisa," tegas Renata.Ben menatap Renata dengan rasa tak suka. "Apa penting membahas itu sekarang? Aku harus melihat keadaan Lisa. Kalau dia memang tidak boleh hamil, tentu kandungannya harus digugurkan seg
"Saya tidak bermaksud membunuh anak itu! Tolong maafkan saya. Saya sungguh tidak tahu kalau anda keberatan jika janin itu gugur, Tuan," ucapnya memelas. Bagi Nafa mengalah tidak apa-apa, yang penting dia harus keluar dari tempat berbahaya ini segera."Apa tujuanmu mencariku?"Nafa mendongak mengamati raut Ben. Dia agak ragu mengutarakan niatnya. Ben jelas membencinya. Ini di luar perkiraan."Itu...Saya mendengar Anda berniat menikah dengan Lisa.""Kau mendengar hal itu dari siapa? Dari Revin?""Tidak, tapi dari suami saya. Revin memberi tahu suami saya tentang itu.""Lalu, memangnya kenapa kalau aku ingin menikahi Lisa?""Ya tidak apa-apa. Tapi saya rasa Lisa tidak mau menikah dengan anda."Ben mendengkus. "Belum tentu. Saat ini Lisa sakit, jadi dia tidak memikirkan masalah itu. Kalau dia sehat, lain lagi ceritanya.""Saya yakin dia sangat membenci anda karena kejadian tiga tahun lalu. Jadi dia pasti akan tetap menolak anda."Tangan Ben mengepal mendengar ucapan Nafa. "Sebenarnya apa y
Sumber masalah? Kening Ben mengerut. Dia pun mengakui hal itu di dalam hati tetapi apakah Revin pantas sampai melarangnya untuk menjenguk Lisa?"Erwin, alangkah baiknya kau berkaca terlebih dahulu. Selama ini bagaimana perbuatanmu terhadap Lisa? Sikap dan kata-katamu selalu dingin dan kasar pada Lisa! Apa kau tidak sadar bahwa Lisa sangat menderita karena perbuatanmu? Selain itu, aku sudah dengar dari mamamu, bahwa Lisa ternyata tidak boleh hamil tapi kau sudah kadung menghamilinya! Lisa tidak sampai hati menggugurkan kandungannya dan memilih mempertaruhkan nyawanya demi anakmu! Sekarang coba kau pikir baik-baik, apa pantas kau melarangku untuk menjenguknya?"Revin terdiam dengan wajah merah padam tapi matanya menatap tajam pada Ben."Sekarang biarkan aku masuk!" ucap Ben sambil melangkah meninggalkan Revin menuju ruang Lisa. Baru beberapa langkah, Revin langsung menghalaunya."Aku suami Lisa, dan aku berhak melarang Om!"Kesabaran Ben habis. Dia sangat mengkhawatirkan Lisa dan ingin s