Share

Kabur

Author: Fiyaseni
last update Last Updated: 2025-07-27 11:25:42

Satu minggu telah berlalu, saat itu, Violet cepat-cepat pergi saat pagi harinya. Karena dirinya tidak tahu harus berbuat apa maka secara spontan langsung mengambil entah bagi siapa yang berada di lantai itu lalu langsung ia pakai.

Tapi dirinya yakin kalau baju tersebut adalah milik lelaki yang tidur bersamanya. Bahkan sampai saat ini dirinya masih menyimpan baju kemeja itu dan bau parfumnya masih sedikit tercium bila ia hirup.

*****

Pagi hari, pukul 06.00. Seperti biasa ini telah bangun, dirinya pun sudah mandi dan bersiap untuk membantu bibitnya yang seperti biasa menyiapkan sarapan untuk pamannya serta sedikitnya yang akan berangkat sekolah.

Dengan menggunakan tongkatnya violet keluar dari kamar tersebut dan berjalan perlahan menuju ke arah dapur. Sesampainya di sana ia berusaha untuk meraba meja di dapur itu.

"Bagus, Kamu sudah bangun tepat waktu," ucap Jeslyn yang baru sampai dan berdiri tepat di samping violet, lalu dibalas senyuman kecil serta anggukan oleh sang empu.

"Em, kalau begitu tugasku hari ini apa Bibi?"

"Ya seperti biasa kamu harus tetap mencuci piring setelah nanti sarapan selesai," balasnya dengan nada ketus.

Violet hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan ketus dari bibinya tersebut.

Hal itu sudah biasa ia alami, dan itu sudah berjalan lebih dari 2 tahun semenjak kepergian kedua orang tuanya akibat kecelakaan tersebut yang mengakibatkan dirinya menjadi buta, karena tragedi tersebut.

Sebenarnya sehat masih bisa melihat seperti yang Dokter katakan dirinya hanya, low vision (Kurang penglihatan) dan Violet ini termasuk Light projection, yaitu dapat mengetahui perubahan cahaya dan dapat menentukan arah sumber cahaya.

Bahkan, apabila ada sosok bayangan selulit dibagikan sebuah ruangan yang sangat terang dirinya pun masih bisa melihat walau tidak begitu jelas.

Dokter juga berkata bahwa penglihatan violet ini masih bisa diobati dan bisa poli normal seperti sedia kala namun sayangnya pamannya yaitu Vikar tidak memiliki biaya yang cukup untuk bisa melakukan pengobatan tersebut.

Apalagi kekayaan yang dimiliki oleh orangrua Violet pun tidak cukup untuk membiayai pengobatannya juga.

"Ma ... Mama ..."

Panggilan dari vitania membuat muslim pun tertuju ke arah ruang makan yang ternyata sudah ada anak serta suaminya di sana.

"Iya, Nak. Sebentar." Sahutnya.

Jasmine tertuju ke arah keponakannya itu kembali. "Heh, kamu jangan pernah cerita apapun kepada Paman kamu atas apa yang telah kami alami satu minggu yang lalu. Dan ingat, jika kamu berani mengatakan semuanya maka kamu akan aku usir. Bahkan aku taruh kamu di tempat prostitusi. Paham?!"

"I-iya, Bibi," jawabnya dengan nada gugup dan anggukan kecil.

"Bagus. Kalau begitu ayo kamu ikut aku dan berikan wajah yang ramah kepada Paman kamu agar dia tidak curiga."

Ucapan itu hanya dianggukan oleh Violet. Mereka berjalan menuju kearah ruang makan secara bersamaan dengan jesslyn yang memberikan wajah ramah dan berpura-pura sangat menyayangi keponakannya tersebut bahkan dirinya sampai menuntun violet untuk sampai ke ruang makan.

"Pagi, Pa," sapa Jeslyn yang di balas senyuman manis oleh suaminya.

"Ayo, Violet. Kamu duduk di sebelah Bibi ya," ucap jesslyn Seraya menarik kursi makan itu lalu membuat violet pun duduk disana.

Vikar, memperhatikan keponakannya tersebut. "Kamu sudah lebih baik, Violet?"

"Em, violet sudah tidak apa-apa kok dia sudah sembuh. Iya, Kan. Violet?" Sahut Jeslyn yang mengusap punggung Violet bahkan sempat mencubit pinggang Violet hingga sang empunya terkejut.

"I-iya, Paman. Aku baik-baik saja," jawabnya dengan senyuman tipis.

Walaupun violet tidak bisa melihat secara keseluruhan ekspresi yang di wajah bibinya tersebut, tetapi dari nada bicara dan juga aksinya yang mencubit pinggangnya tadi itu bisa membuat violet percaya kalau bibinya ini Tengah mengancam dirinya untuk tidak bicara Yang sejujurnya atas kejadian satu minggu lalu.

Vikar mengangguk. Sebenarnya ini tidak percaya dengan perkataan keponakannya tersebut apalagi dilihat dari ekspresi wajahnya jelek sepertinya masih ada sesuatu hal yang ditutupi olehnya.

"Kamu yakin, baik-baik saja?"

Sekali lagi virald mengangguk dengan senyuman tipis. "Iya, Paman. Aku baik-baik saja." Jawabnya lagi yang menegaskan kepada pamannya tersebut.

"Sudahlah, Pa. dari tadi violet sudah mengatakan itu berkali-kali kenapa Papa masih belum percaya kalau dia baik-baik saja," sahut Vitania yang sambil menyantap sarapannya tersebut.

"Em ... Tidak. Papa hanya, teringat Kejadian beberapa hari yang lalu saat Papa baru pulang dan langsung melihat violet dengan kondisi yang kehujanan dan memakai kemeja yang entah milik siapa."

Jelas ucapan tersebut, membuat jesslyn dan anaknya saling menarik satu sama lain. "Em, kan waktu itu sudah dijelaskan oleh violet kalau dirinya kehujanan dan memakai baju temannya. Tetapi lagi-lagi dirinya kehujanan ya mau tidak mau ia pulang dalam keadaan basah." Sahut Jeslyn yang langsung dianggukan oleh anaknya dengan senyuman tipis.

"Iya, Pa. Lagipula Violet juga sudah berkata jujur kan waktu itu," sambung Vitania.

Vikar menghela nafasnya sejenak, walaupun masih sedikit ada rasa janggal. Karena memang seperti ada yang di tutupi.

Saat itu Vikar benar-benar syok ketika pagi hari melihat keponakannya terus yang pulang dalam keadaan basah kuyup akibat hujan dengan penampilan yang berantakan, di tambah lagi matanya yang sembab dan terdapat beberapa tabda merah di lehernya, membuat Vikar berpikir negatif. Namun, sang istri serta anaknya mengatakan kalau fillet baik-baik saja.

"Pa, sudahlah tidak usah terlalu memikirkan Violet. Dia baik-baik saja, lebih baik. Papa sekarang lanjutkan sarapannya, agar bisa segera ke kantor dan sekalian mengantarkan Vitania ke sekolah," ujar Jeslyn yang menyentuh punggung tangan sang suami dengan lembut.

"Iya, Pa. ayo Papa lanjutkan sarapannya. Vita takut telat ke sekolah."

Vikar mengangguk kecil lalu melanjutkan sarapannya kembali. Begitu pula dengan Vitania dan Jeslyn.

Sementara Violet masih terdiam dan berusaha sebisa mungkin untuk tak mengadu pada Pamannya tersebut. Perlahan, Violet hendak mengambil nasi dan lauk namun langsung di cegah oleh Jeslyn.

"Sudah, Violet biar Bibi yang ambilkan makanan untuk kamu."

"Terimakasih, Bibi."

Jeslyn tersenyum, lalu membalikan piring yang berada di depan Violet dan mengambilkan nasi serta beberapa laut untuk keponakannya tersebut.

Ia semalam melakukan kebaikan seperti ini jika di depan suaminya agar sang suami tidak curiga dengan perlakuannya yang jahat selama ini terhadap keponakannya tersebut.

"Nah, ini. Sekarang kamu makan ya."

"Iya, Bibi. Sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama, Violet."

Violet mulai menyantap sarapannya tersebut, walaupun sebenarnya ia menahan tangis. Tetapi, sebisa mungkin ia redam rasa tangisnya itu. 

'Aku harus kuat. Ayo Violet kau tidak boleh lemah. Kau pasti bisa menjalanin hidupmu yang telah rusak ini.' batinnya sambil menyenangi dirinya sendiri.

Beberapa menit telah berlalu Vikar dan Titania pun telah selesai makan Dan mereka berjalan menuju ke arah depan dengan Jasmine yang mengantarkan anak serta suaminya di sana.

Sementara, violet membawa beberapa tumpukan piring kotor itu menuju ke arah dapur dengan perlahan menggunakan tongkatnya.

"Kita berangkat dulu ya, Ma," ucap vitania sambil melambaikan tangannya ke arah sang mama.

"Iya, hati-hati ya."

*****

Prang!

Tiba-tiba saja ketika mereka ingin menaiki motor tersebut terdengar suara pecahan piring yang amat keras dari dalam rumah sana sontak pandangan mereka semua langsung tertuju ke dalam rumah.

"Ada apa itu, Ma? Apa jangan-jangan itu Violet?" Ucap Vikar dengan penuh rasa khawatir.

'Sepertinya memang itulah violet. Dasar bodoh!' batin Jesslyn.

"Em ... Sudah Pa, biarkan saja. Mungkin tadi violet salah menaruh piring hingga terjatuh dan pecah. Sekarang, Papa cepat pergi kerja dan sekalian mengantarkan vitania, takutnya nanti dia telat." Ucap Jesylin yang memberi kode kepada anaknya tersebut dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Ah iya, Pa. Vitania takut telat nanti."

Vikar melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya yang kini telah menunjukkan pukul 07.00. 

"Iya, kamu benar. Kalau begitu, ayo Kita segera berangkat sekarang."

Sang anak mengangguk kecil. Lalau mereka segera menaiki sepeda motor lalu pergi. Melihat anak serta suaminya telah pergi, maka Jesslyn cepat-cepat masuk ke dalam rumahnya dan menuju ke arah dapur untuk mengecek Apa yang dilakukan oleh keponakannya tersebut hingga mengakibatkan suara benda yang amat sangat keras terdengar sampai halaman rumah.

"Apa yang di lakukan oleh gadis buta itu," geramnya dengan mencepatkan langkahnya menuju kearah dapur.

Di dapur, Violet berjongkok Seraya berusaha membersihkan tumpukan piring itu dengan merabahnya secara perlahan.

Jeslyn yang baru saja sampai di sana pun langsung terbelalak, melihat banyaknya tumpukan piring kotor yang pecah tak berbentuk di lantai.

"Violet!" 

Bentakan dari Bibinya itu jelas membuat sang empunya terkejut. Jantungnya berdegup kencang, ia yakin dirinya akan di marahi habis-habisan oleh Bibinya.

Benar saja, Jesylin langsung menarik pergelangan tangan Violet dengan kasar hingga membuatnya berdiri tepat di hadapannya.

"Heh! Dasar kau bodoh! Kau sengaja melakukan ini agar benda di rumahku habis, iya?! Dan kau sengaja melakukan itu saat suamiku masih ada di rumah, agar dia tahu bahwa selama ini aku menyukaimu. Begitu, kan?!"

"Ti-tidak, Bi. Aku tidak bermaksud seperti itu. Ak-aku tidak sengaja."

"Alasan!"

"Akh!"

Suara pekikan violet begitu keras saat Jesslyn yang semakin mencengkram pergelangan tangannya hingga menggoreskan pecahan piring tadi tepat di pergelangan tangan milik violet.

"Ampun Bi .. ak-aku benar-benar tidak sengaja."

Jeslyn yang benar-benar dibuat emosi oleh keponakan dari suaminya tersebut benar-benar membuat dirinya berlaku buruk hingga ia ingin menggoreskan pecahan  piring  itu di tangan milik violet. Namun, secara tiba-tiba ponselnya yang berdering membuat dirinya pun mengurungkan niatnya tersebut.

Ia langsung melemparkan pecahan piring tersebut ke lantai lalu tangannya meraih ponsel yang berada di saku bajunya dan melihat ke layar tersebut bahwa ternyata yang memanggil dirinya adalah seorang lelaki yang waktu itu membayar sejumlah uang untuk bisa bersama dengan violet.

'Hah? Tuan Jason?' batinnya.

Dengan cepat Ia pun langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Em, Selamat pagi Tuan Jason. Maaf sebelumnya ada apa ya anda menghubungi saya. Apakah ada sesuatu yang anda inginkan lagi dari keponakanku?" 

"Pembohong! Apa yang aku inginkan, Hah?! Aku sudah membayar sejumlah uang kepadamu tetapi aku tidak bisa merasakan sedikit tubuh dari keponakanmu tersebut."

Jesylin terkejut mendengar perkataan dari Jason. "Em, maaf. Maksudnya? Saya tidak paham."

"Tanyakan saja padanya! Pokoknya aku minta uang 700 jutaku kembali. Kalau tidak, aku bisa dengan mudah memusnahkan kalian!"

"Em, tunggu dulu Tuan Jason--"

Belum sempat Jesslyn menyelesaikan ucapannya, namun panggilan tersebut sudah ditutup oleh Jason hingga meninggalkan suara sambungan terputus di sana.

Jason mencoba untuk menghubungi Jason kembali namun sayangnya ponselnya malah tidak aktif. Hal itu membuat Jesslyn langsung menaruh konsonan dalam saku bajunya dan langsung tertuju ke arah keponakannya tersebut.

"Heh! Tuan Jason bilang kepadaku kalau kau tidak tidur bersamanya. Jawab jujur Violet, kau kemana waktu itu, Hah?!"

"Apa?! Jelas-jelas aku di perkosa olehnya, Bibi. Dia menyetubuhiku, bagaimana mungkin dia berbicara seperti itu," jawab violet dengan perkataan jujur.

"Kau tidak usah bohon, Violet! Tuan Jason tidak bohong, jika memang dia benar-benar tidur bersamamu maka dia akan mengirim uang sisanya. Tetapi barusan dia bilang kalau belum menyentuhmu sedikitpun."

Violet menggeleng. Padahal jelas-jelas, dirinya disetubuhi oleh Lelaki itu, bahkan masih terasa nyeri sakit di bagian bawah sana sampai sekarang. 

"Bibi, aku berani bersumpah. Dia benar-benar meniduriku, bahkan Bibi lihat sendiri aku pulang dengan baju yang memang bukan milikku karena bajuku sudah koyak di robek olehnya."

"Aku tidak butuh alasanmu, Violet. Sekarang kau harus ikut aku untuk bertemu dengan Tuhan Jason karena aku tidak mau mengembalikan uang 700 juta itu!" Ujarnya yang langsung menarik keponakannya tersebut. 

violet tidak tinggal diam saja ia tidak mau jika dirinya harus melakukan hubungan itu kembali. Maka sebisa mungkin, ia berusaha untuk melepaskan pegangan tangan Bibinya tersebut nggak dia pun langsung mendorong bibinya tuh dan membuatnya terjatuh.

"Akh! Violet! Berani-beraninya kau mendorongku!"

Violet berusaha untuk lari dari rumah tersebut, walaupun dirinya tidak bisa melihat dengan jelas namun ia bisa melihat cahaya terang yaitu arah ke ruang pintu depan yang ia yakini masih terbuka lebar di sana.

'Aku harus lari, aku tidak mau di lecehkan lagi.' batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir   Rencana Joan9

    Sementara itu, Qiana yang baru saja sampai tepat di kantor milik Joan. Ia melihat kantor tersebut dari dalam mobil Ia membuka kacamatanya dan memperhatikan keseluruhan perusahaan tersebut.Gedung mewah yang menjulang tinggi itu terlihat sangat sempurna namun Joan hanya memiliki satu perusahaan beda dibandingkan mendiang suaminya yaitu, Vedrick memiliki perusahaan di mana-mana.'Joan termasuk berhasil, karena dia dari kalangan biasa, dan bisa membuat perusahaannya sendiri.' batinnya."Nyonya, apa anda akan langsung menemuinya?" Tanya sang driver yang dianggukan oleh Qiana. "Perlu kami teman?""Tidak usah, aku kesana saja sendiri. Kalian tunggu saja disini, nanti jika aku sudah selesai. Maka aku akan segera menghubungi kalian.""Tapi, Nyonya. Takutnya terjadi sesuatu pada Nyonya, maka kami akan tetap menemani Nyonya.""Sudah, kalian menurut saja apa kataku. Tetap disini. Aku yakin, baik-baik Saja. Joan, tidak akan berbuat jahat padaku."Setelah mengatakan kalimat itu, Qiana pun segera k

  • Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir   Violet keras kepala

    "Kau keluar bersamaku. Akan Aku temani kau bertemu dengannya," ucap Vir Seraya menggandeng tangan violet.Sontak saja, hal itu membuat Violet tersenyum tipis. "Terimakasih."Vir hanya mengangguk saja lalu mereka berjalan menuruni tangga hingga sampai ke ruang depan. Tak lama setelahnya, Mereka pun telah sampai di ruang depan. Vir jelas melihat Jeslyn yang sedang duduk di sofa tersebut. Begitu pula dengan Jeslyn yang melihat mereka.Drinya langsung cepat-cepat bangkit dari posisinya dan menemui mereka. Namun, Vir mencegah langkahnya hingga membuat Jesyln menjaga jarak dengannya."Jangan terlalu dekat dengan istriku.""Em, baik. Maaf," jawab Jesslyn yang mundur beberapa langkah dan berdiri sedikit menjauh dari mereka."Vir, Kenapa kamu berbicara seperti itu padanya?" tanya Violet dengan nada pelan namun tak ditanggapi oleh Vir yang tepat tertuju ke arah Jesylin."Apa tujuan anda datang kesini?" tanya Vir dengan nada dingin tertuju ke arah Jesylin.Seketika itu pula, dia melancarkan aksi

  • Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir   Vir mencintai Violet

    Vikana menghelah nafasnya. Ia tak menanggapi ucapan keduanya. 'Aku tau kalau perusahaan ini sebentar lagi akan bangkrut. Maka Mama mencari cara agar perusahaan ini tetap berjalan. Tapi, aku benar-benar tidak setuju, jika harus bekerja sama dengan mereka, ya ... semua sudah tau kalau mereka itu bisa memutarbalikan fakta dan bisa saja perusahaan ini di ambil oleh mereka. Karena mereka itu sangat licik.' batinnya.*****Vir memutuskan untuk pulang ke rumah Begitu juga dengan Rendra. Mereka akan membahas apa yang mereka temukan tadi di ruangan kecil itu besok ketika di kantor. Dirinya pulang dan langsung masuk ke kamar violet. Ia membuka pintu kamar itu secara perlahan dan menuliskan bahwa violet sepertinya Tengah tertidur pulas di kasur.Vir tersenyum tipis di sudut bibirnya yang melangkahkan kakinya perlahan lalu mendekati sang istri yang masih tertidur. Ia menghentikan langkahnya tepat di kasur Itu memperhatikan wajah damai violet lalu mulai duduk tepat di atas kasur tersebut. Ia meng

  • Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir   Perusahaan mengalami penurunan

    Jeslyn terdiam, ia melirik ke arah sebelah kirinya. Sepertinya mereka tengah lengah dan membuat ia dengan cepat langsung lari begitu saja menghindar dari ketiga temannya Sontak, Hal itu membuat ketiganya pun berteriak. "Jesylin!"Dengan cepat, ia berlari kencang mencoba menghindar dari kejaran ketiga temannya. Jesylin berusaha sebisa mungkin untuk tak dapat diraih oleh mereka.Namun ketika temannya yang berpencar untuk mencari keberadaannya, membuat Jeslyn bingung sendiri hingga akhirnya ia tertuju ke arah sebuah warung yang tengah ramai pagi itu. Dirinya langsung bersembunyi di banyaknya orang-orang yang tengah berbelanja di warung tersebut.Dengan pandangan yang sesekali melihatnke arah temannya yang mengejar dirinya. Ia berusaha untuk menutupi wajah serta pakaiannya. 'Aku tidak bisa jika bersembunyi di sini terus, beberapa orang ini tidak mungkin bisa untuk menyembunyikan diriku. Sebaiknya aku pergi ke daerah pasar seperti violet waktu itu agar aku susah untuk ditemui.' batinnya.

  • Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir   Jeslyn ditagih hutang

    "Maaf, jika ini membuatmu mengingat kembali kejadian itu, Violet."Violet tetap memberikan senyuman manis di wajahnya, perlahan ia mengangkat lalu sedikit menoleh ke arah sang mertua. "Tidak. Sudah seharusnya aku bisa menerima semua ini, Ma dan aku sudah ikhlas dengan semuanya."Qiana Mengangguk kecil. " Lalu, apalagi yang kau ingat setelah itu?""Em ... aku tidak mengingat apa-apa lagi karena setelahnya semuanya tidak sadarkan diri dan begitu Aku tahu aku sudah berada di rumah sakit dan tidak bisa melihat lagi. Di Saat itu pula aku mengetahui bahwa kedua orang tuaku telah tiada."Qiana tertegun, mendengar semua penjelasan yang dilontarkan oleh menantunya. Sepertinya saat itu penderitaan violet dimulai. Dari mulai kehilangan kedua orang tuanya sampai tidak bisa melihat dan juga bibinya yang sangat berperilaku kadar sama seperti sepupunya. itu benar-benar membuat violet pasti tersiksa.*****Vir yang sudah sampai di perusahaan tersebut membuat pandangannya tertuju ke arah mobil milik R

  • Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir   Qiana Menyesal

    'Aduh, aku harus jawab apa? Jujur atau tidak?' batinnya.Tidak hanya Ayu yang bingung namun violet juga bingung, ia membatin. 'Ayu, ayolah. Aku harap kau tidak jujur akan hal ini karena aku tidak mau membuat Vir malah makin marah kepada bibi dan membuat dirinya tidak menyukai keluargaku.' batinnya.Vir yang sedari tadi menunggu jawaban dari Ayu tak kunjung dijawab membuat dia menghela nafasnya. "Ayu!" Panggilan tegas itu mampu membuat Ayu terkejut hingga dirinya langsung mengerjapkan kedua matanya tertuju ke arah sang atasan. "Jawab pertanyaanku? Apakah bibinya berbuat baik atau sebaliknya?""Em .. di-dia, baik. Seperti apa yang dikatakan oleh Nona Violet, kalau bibinya menyambut kedatangannya sama seperti sepupunya," jawab Ayu berusaha untuk tetap tenang agar Vir percaya.Seketika itu pula, Violet juga bernapas lega karena Ayu bisa mengerti maksud dari ucapannya tersebut dan tidak berkata jujur kepada Vir Apa yang sebenarnya terjadi tadi di sana.Vir mengangguk. "Yasudah, kau boleh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status