LOGINVir bangkit lalu mendekati sang istri dan berkutut sehingga menghadap ke arah depan violet dengan kedua tangan yang berada di kedua lutut violet. Sontak saja itu membuat sang empunya tau, kalau suaminya ini berada tepat di bawahnya. "Vir ada apa dengan dirimu?" tanyanya dengan mengusap lembut punggung tangan violet yang berada di pangkuannya."Em ... Aku berniat ingin memeriksakan matamu."Violet agak sedikit terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh Vir. "Memangnya kenapa?""Bukankah kau pernah bercerita kalau kau sebenarnya masih memiliki kemungkinan untuk bisa melihat kembali jika dilakukan operasi.""Iya ... tapi Itu semua tidak bisa dilakukan. Karena Paman Vikar yang tidak memiliki biaya bahkan warisan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuaku pun tidak mungkin untuk mencukupinya.""Kalau begitu, izinkan aku yang akan membiayai semuanya untuk bisa mengoperasi kedua matamu agar bisa melihat kembali Violet."Ketika itu pula filter diam mendengar ucapan lembut dari suaminya itu m
"Aku memang sangat menyayangimu, tapi tidak seharusnya kau mengatakan ini padaku."Violet tau, saat ini suaminya itu tengah berdiri di depannya maka perlahan ia turun dari kasur itu dengan melipat kedua kakinya duduk di bawah sambil memohon kepada Vir, mengatupkan kedua tangannya di depan dada. "Aku mohon ... bantu dia, aku tahu selama ini dia jahat padaku tapi aku tidak mau membalas kejahatannya. Karena walau bagaimanapun dia tetap istri dari pamanku juga Ibu dari sepupuku."Melihat sang istri yang memohon kepadanya seperti ini, sungguh itu membuat Vir tidak tega. Ia menggeleng kecil, tidak habis pikir dengan hati sang istri yang benar-benar seperti malaikat bahkan orang yang telah berbuat jahat kepadanya sekalipun Masih dia maafkan dan ingin tetap membantu orang itu.Vir menghela nafas panjang. Ia membantu sang istri untuk bangkit dari posisinya hingga membuat Violet berdiri tepat berada di hadapannya."Baik, aku akan membantu untuk membayar hutang bibimu itu. Tapi ada syarat khusu
Sementara itu, Qiana yang baru saja sampai tepat di kantor milik Joan. Ia melihat kantor tersebut dari dalam mobil Ia membuka kacamatanya dan memperhatikan keseluruhan perusahaan tersebut.Gedung mewah yang menjulang tinggi itu terlihat sangat sempurna namun Joan hanya memiliki satu perusahaan beda dibandingkan mendiang suaminya yaitu, Vedrick memiliki perusahaan di mana-mana.'Joan termasuk berhasil, karena dia dari kalangan biasa, dan bisa membuat perusahaannya sendiri.' batinnya."Nyonya, apa anda akan langsung menemuinya?" Tanya sang driver yang dianggukan oleh Qiana. "Perlu kami teman?""Tidak usah, aku kesana saja sendiri. Kalian tunggu saja disini, nanti jika aku sudah selesai. Maka aku akan segera menghubungi kalian.""Tapi, Nyonya. Takutnya terjadi sesuatu pada Nyonya, maka kami akan tetap menemani Nyonya.""Sudah, kalian menurut saja apa kataku. Tetap disini. Aku yakin, baik-baik Saja. Joan, tidak akan berbuat jahat padaku."Setelah mengatakan kalimat itu, Qiana pun segera k
"Kau keluar bersamaku. Akan Aku temani kau bertemu dengannya," ucap Vir Seraya menggandeng tangan violet.Sontak saja, hal itu membuat Violet tersenyum tipis. "Terimakasih."Vir hanya mengangguk saja lalu mereka berjalan menuruni tangga hingga sampai ke ruang depan. Tak lama setelahnya, Mereka pun telah sampai di ruang depan. Vir jelas melihat Jeslyn yang sedang duduk di sofa tersebut. Begitu pula dengan Jeslyn yang melihat mereka.Drinya langsung cepat-cepat bangkit dari posisinya dan menemui mereka. Namun, Vir mencegah langkahnya hingga membuat Jesyln menjaga jarak dengannya."Jangan terlalu dekat dengan istriku.""Em, baik. Maaf," jawab Jesslyn yang mundur beberapa langkah dan berdiri sedikit menjauh dari mereka."Vir, Kenapa kamu berbicara seperti itu padanya?" tanya Violet dengan nada pelan namun tak ditanggapi oleh Vir yang tepat tertuju ke arah Jesylin."Apa tujuan anda datang kesini?" tanya Vir dengan nada dingin tertuju ke arah Jesylin.Seketika itu pula, dia melancarkan aksi
Vikana menghelah nafasnya. Ia tak menanggapi ucapan keduanya. 'Aku tau kalau perusahaan ini sebentar lagi akan bangkrut. Maka Mama mencari cara agar perusahaan ini tetap berjalan. Tapi, aku benar-benar tidak setuju, jika harus bekerja sama dengan mereka, ya ... semua sudah tau kalau mereka itu bisa memutarbalikan fakta dan bisa saja perusahaan ini di ambil oleh mereka. Karena mereka itu sangat licik.' batinnya.*****Vir memutuskan untuk pulang ke rumah Begitu juga dengan Rendra. Mereka akan membahas apa yang mereka temukan tadi di ruangan kecil itu besok ketika di kantor. Dirinya pulang dan langsung masuk ke kamar violet. Ia membuka pintu kamar itu secara perlahan dan menuliskan bahwa violet sepertinya Tengah tertidur pulas di kasur.Vir tersenyum tipis di sudut bibirnya yang melangkahkan kakinya perlahan lalu mendekati sang istri yang masih tertidur. Ia menghentikan langkahnya tepat di kasur Itu memperhatikan wajah damai violet lalu mulai duduk tepat di atas kasur tersebut. Ia meng
Jeslyn terdiam, ia melirik ke arah sebelah kirinya. Sepertinya mereka tengah lengah dan membuat ia dengan cepat langsung lari begitu saja menghindar dari ketiga temannya Sontak, Hal itu membuat ketiganya pun berteriak. "Jesylin!"Dengan cepat, ia berlari kencang mencoba menghindar dari kejaran ketiga temannya. Jesylin berusaha sebisa mungkin untuk tak dapat diraih oleh mereka.Namun ketika temannya yang berpencar untuk mencari keberadaannya, membuat Jeslyn bingung sendiri hingga akhirnya ia tertuju ke arah sebuah warung yang tengah ramai pagi itu. Dirinya langsung bersembunyi di banyaknya orang-orang yang tengah berbelanja di warung tersebut.Dengan pandangan yang sesekali melihatnke arah temannya yang mengejar dirinya. Ia berusaha untuk menutupi wajah serta pakaiannya. 'Aku tidak bisa jika bersembunyi di sini terus, beberapa orang ini tidak mungkin bisa untuk menyembunyikan diriku. Sebaiknya aku pergi ke daerah pasar seperti violet waktu itu agar aku susah untuk ditemui.' batinnya.







