'Dasar kau wanita licik. Sampai kapanpun kau selalu memiliki cara licik untuk bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Tapi, tenang saja. Semua rencana yang telah kau buat itu akan aku obrak-abrik semua. dan kau tidak akan bisa mendapatkan apa yang seharusnya tidak menjadi milikmu, Jane.' batinnya.Qiana yang mengatur nafasnya lalu ia tertuju kembali ke arah Rendra. "Baiklah, kalau begitu Kamu sudah boleh pulang dan untuk selanjutnya mungkin Vir akan lebih lama di rumah untuk proses penyembuhan luka yang dialaminya dan kamu yang menghandle semua pekerjaannya di kantor.""Baik, Nyonya Itu sudah pasti akan saya lakukan." Ucapkan yang dianggukan oleh kiana. "Kalau gitu saya permisi ya Nyonya," ujarnya yang lagi-lagi dianggukan oleh Jane. Setelah itu, Rendra bangkit dari posisinya dan segera berbalik keluar dari rumah tersebut.Qiana yang Masih disana mengatur nafasnya beberapa kali. Ia berusaha untuk tetap tenang dan tak memikirkan apa yang tadi disampaikan oleh Rendra tentang yang berhu
"Em, maaf jika aku mau bertanya. Sebenarnya apa yang terjadimu. Kenapa kau bisa melihat tapi luka seperti itu?"Pertanyaan dari Violet jelas Langsung merubah raut wajah Vir dan mengalihkan tangannya dari punggung tangan violet. "Kau tidak perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku."Mendengar kalimat itu membuat Violet paham, maka ia membenarkan posisi duduknya dan tidak ingin menanyakan hal itu kembali. Vir meliriknya sekilas, ia tertuju pada perut Violet."Bagaimana keadaan anakku di perutmu, dia baik-baik aja?"Pertanyaan itu membuat Violet mengangguk dengan senyuman tipis di wajahnya. "Iya, seperti apa yang dikatakan oleh Mama tadi sewaktu di kantormu. Janin dalam kandunganku berkembang sangat baik," ucapnya seraya mengusap lembut perutnya. Vir yang melihatnya pun ikut tersenyum di kedua sudut bibirnya yang mulai terangkat. Perlahan, ia pun juga menyentuh perut Violet, hingga telapak tangannya menimpah tangan Violet. Jelas, hal itu membuat sang empunya tertegun."Aku boleh men
Violet mencoba untuk mencium bau darah yang menyengat dari tubuh Vir, hingga ia berhenti tepat di bagian perutnya. Perlahan, ia kembali membenarkan posisi duduknya."Bagian perutmu terluka?""Kau tau itu? Bagaimana caranya bahkan kau saja tidak bisa melihat."Violet tidak menjawab pertanyaan dari Vir, namun ia bangkit dari posisinya dan perlahan menuju ke arah nakas yang berada tepat di sampingnya, membuka laci lalu mengambil kotak P3K yang berada di sana karena sebelumnya Ayu telah memberitahu kepadanya karena terdapat peralatan medis di ruangan kamarnya ini. Ia juga mengambil air dengan mangkuk kecil yang berada di wastafel lalu setelahnya ia duduk kembali tepat di dekat Vir dan mulai membuka kotak tersebut.Vir memperhatikan violet yang mulai mengambil peralatan itu lalu tepat ditaruh di atas kotak tersebut. "Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Vir."Aku sudah mengambil kotak P3K dan kau masih bertanya apa yang aku lakukan? Jelas aku ingin mengobatimu. Cepat, kau buka bajumu, agar
"Aku minta maaf, Tu-Tuan ... Ampun ...." Lirihnya."Tidak ada ampun. Untuk orang-orang yang berkhianat!"Plak! Bugh! Akh!Suara itu terdengar jelas di telinga Rendra, hingga membuatnya benar-benar mencoba untuk menutup kedua telinganya dan menutup kerja kedua matanya. Padahal, sudah hampir 5 tahun dia menjadi sanksi kekejaman Vir. Tetapi dia masih belum terbiasa ketika Vir melakukan ini, terkadang dia ingin segera pergi dari ruangan bawah tanah ini tetapi sebagian asisten pribadi Vir, dirinya mencoba untuk tetap berada dekat di posisi atasanya tersebut. "Ampun ... Tu-Tuan ... Aku mohon ... Aku akan rela melakukan apapun, Tuan ..."Suara rintihan lelaki itu terdengar jelas di telinganya. Vir yang sudah puas membuat dirinya bangkit dari posisinya sambil mengatur nafasnya yang masih berburu naik turun tangga beraturan.Dia memperhatikan keseluruhan tubuh lelaki itu yang sudah terdapat beberapa darah mengalir, bahkan beberapa tubuhnya bewarna lebam kebiruan.Keringat yang berada di uj
Qiana menghelah napas panjangnya. "Vir, Kamu harus ingat perkataan Mama. Jangan sampai ke ranah fisik cukup beri dia sesuatu yang membuatnya jera saja sudah cukup."Vir tersenyum smrik di sudut bibir ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh mamahnya itu. "Seharusnya Mama tidak perlu mengatakan kalimat itu, karena setiap seseorang yang berkhianat pada keluarga kota. Mama sudah tahu apa yang harus aku lakukan. Karena pasti aku akan membuat orang itu benar-benar sengsara bahkan mungkin ada yang pergi untuk selamanya.""Vir ... Kali ini, kamu harus dengarkan ucapan Mama.""Ma, aku aku tau cara mengatasi hal ini. Jadi Mama tidak usah perlu khawatir dan beristirahatlah di dalam rumah karena ini biar menjadi urusanku." Ujarnya Langsung kembali berbalik berjalan menuju ke arah mereka namun dengan cepat langsung dicegah oleh Qiana memegang pergelangan tangan sang anak. "Vir."Tapi, sepertinya hal itu tidak mempan untuk vir. Lelaki dengan alis tebal itu perlahan mengalihkan tangan sang Ma
"Sudah, Mama tenang saja kalau perlu sekarang juga aku harus menghubungi Jason untuk melancarkan aksiku ini."Jane tersenyum dengan anggukan kepala. Jelas, itu membuat Vikana, langsung bangkit dari posisinya seraya memegang ponselnya menuju ke arah kamar untuk membicarakan hal tersebut kepada kekasihnya agar bisa melancarkan aksinya itu. Jane yang masih berada di sana memperhatikan sang anak yang sudah berjalan menjauh. 'Kalau ancamannya bisa berhasil, aku harus membuat rencana selanjutnya atau aku membuat rencana cadangan." Monolognya.Setelah itu, Jane menelepon Kembali Salah satu bodyguard-nya untuk membicarakan rencana tersebut Namun Qianaa dan violet yang baru saja sampai jelas sedikit mendengar apa yang diucapkan oleh bodyguard tersebut dengan menyebut nama Jane. Sontak, ia mencurigai salah satu bodyguard-nya itu yang kini Mereka berdiri tepat di belakangnya."Siapa yang kau telpon?" Pertanyaan Qiana, jelas membuat salah satu bodyguardnya itu syok. Dirinya langsung mematikan