"Alin …kapan bisa bayar hutangnya? Saya perlu untuk membayar cicilan saya. Tolong di usahakan ya Lin," pesan chat dari koko Lai masuk di aplikasi berlogo hijau milik Alin, semakin menambah keruwetan pikiran Alin di pagi hari itu.
Alin melihat anaknya, Sean yang berumur 12 tahun, tahun ini. Sean ingin masuk sekolah asrama dan saat ini masih tidur pulas di sebelahnya. Alin bangun perlahan sambil menarik nafas panjang. Mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah lesu.
"Och Tuhan, tolong aku. Please ...merdekakan aku dari segala hutang ya Tuhan," jerit bathin Alin yang sering dia ucapkan.
Alin Musthofa adalah seorang ibu tunggal untuk anaknya, Matsuyama Sean. Papanya Sean orang Jepang asli dan Alin adalah istri kedua dari Matsuyama Seiji yang saat itu bertugas memimpin salah satu perusahaan Jepang yang ada di kawasan industri Jawa Barat. Alin memutuskan berpisah dengan Mr. Matsuyama sejak Sean masih berumur dua tahun.
Selama menjadi istri Mr. Matsuyama dan setelah berpisahpun, Alin sering menggunakan uangnya untuk memberikan bantuan bagi orang yang terjerat pinjaman riba. Alin juga ikut tergabung di group donatur berantas riba untuk daerah Jawa Timur.
"Terima kasih kak Alin, dana 50 juta nya sudah di salurkan, InsyaAllah rejeki kakak selalu di mudahkan Allah dan di berikan keberkahan dalam hidup kakak," salah satu admin group donatur berantas riba mengirimkan chat ke Alin.
Itu adalah chat tahun lalu, sekarang Alin sendiri yang terjerat lilitan hutang riba pinjaman online.
Semuanya berawal dari bisnis yang Alin jalani mengalami kemerosotan. Koko Lai yang memasok produk jualan Alin bersedia memberikan Alin produk dengan bayaran tempo, akan tetapi saat tiba pembayaran temponya Alin masih belum memegang uang. Alin mencoba-coba melakukan pinjaman online untuk membayar hutangnya ke koko Lai juga untuk kebutuhan hariannya. Dari awalnya yang coba-coba tersebut, Alin semakin terperosok ke dalam lilitannya. Bunga pinjaman online yang sangat mencekik, bisnis Alin juga masih belum menunjukkan progres yang lebih baik.
Alin terlalu malu untuk meminjam uang ke pamannya yang juga keadaannya tidak lebih baik dari Alin meskipun beliau tidak melakukan hutang pinjaman online, tapi dia punya keluarga dan anak-anak dalam masa sekolah dengan biaya yang tentu juga tidak sedikit. Alin tidak suka menjadi beban bagi orang lain.
Suatu hari salah satu aplikasi pinjaman online menawarkan Alin pinjaman sejumlah uang. Berhari-hari Alin memikirkannya, akhirnya dia mengambil keputusan melakukan pinjaman tersebut untuk membuka usaha jualan snack kue kering.
Paman Alin ikut membantu mengenalkan Alin pada distributor besar jualan snack kue kering.
"Dari mana kamu dapat uang?" tanya paman Alin ingin tahu.
"Aisyah yang pinjamin," bohong Alin pada pamannya. Aisyah adalah sahabat Alin, suaminya adalah pemilik sekolah tempat Sean belajar.
*
"Pagi Mom. Kapan kamu sampai?" Sky Yuan berlari ke meja makan, di sana sudah ada Janette yang menunggunya untuk sarapan. Sky memberikan kecupan singkat di pipi Ibunya itu sebelum dia duduk di kursi pemimpin meja makan.
"Aku sudah sampai dari kemarin, anak muda. Tentu saja kamu tidak tau karena kamu tidak pulang semalaman!" sarkas Janette melirik Sky dan mulai mengambilkan sarapan ke piring pemuda tampannya seperti biasanya.
"Maafkan aku, aku sibuk semalam. Bagaimana urusanmu di New York? Apakah lancar?"
"Sibuk dengan sekretarismu lagi atau wanita yang sudah bersuami itu? Ach aku ingin memiliki cucu!"
"Namanya Velisha, Mom. Kami sudah berteman lama. Kamu juga sudah mengetahuinya. Dia butuh bantuanku karena ada bermasalah dengan suaminya,"
"Yaa. Kamu bisa membantunya tanpa harus menidurinya kan? Bisa saja itu hanya alasannya saja. Kenapa setelah bertahun-tahun dia masih belum bercerai dari suaminya jika pernikahannya bermasalah,"
"Mom, kita sedang sarapan. Nanti kita bicarakan lagi hal ini. Kamu harus makan dengan baik. Jaga kesehatanmu. Jangan emosi. Hemm?" Sky memotongkan daging dan menyuapkan ke ibunya itu yang sudah mulai cerewet membahas hal pribadinya.
"Sky ...menikahlah dan berikan aku cucu," lirih Janette menatap netra biru Sky Yuan, anak sambungnya yang sangat dia sayangi.
Ibunya Sky Yuan, Katherine Moris meninggal beberapa jam setelah melahirkannya. Sebelum ajalnya, Katherine berpesan pada Janette untuk menjaga bayinya.
Beberapa bulan setelah kepergian Katherine, Thomas Yuan menikahi Janette secara resmi agar bisa terus menjaga dan membesarkan bayinya yang di beri nama Sky sesuai dengan kesukaan Katherine yang menyukai langit biru dan kebetulan bola mata Sky berwarna biru, sebirunya langit.
Sky dan Janette baru saja selesai sarapan, Asisten pribadi Sky datang menghampiri dengan membawa laporan.
"Mereka sudah mulai bertindak bodoh. Orang kita di lapangan memberikan laporan tentang siapa saja yang terlibat di proyek rugi itu"
"Ini proyek yang di Jawa Barat itu kah?" sela Janette sambil menatap Daffa, asisten Sky kemudian menatap putranya yang masih menyuap potongan daging dengan santai.
"Benar, Madam,"
"Sungguh orang-orang yang rakus. Bagaimana rencana kalian?"
Janette merasa kesal mengingat orang tamak yang sudah membuat proyek perusahaan Sky tertunda selama setahun dengan kerugian melebihi 10 milyar rupiah.
Meskipun kekayaan Sky Yuan dan Janette tidak akan habis tujuh turunan, akan tetapi melihat ada yang berani menggigit mereka, tetap aja Janette merasa sangat kesal dan kecewa.
"Daf, Siapkan jet! Kita berangkat malam ini ke Jakarta, paginya kita ke proyek," ujar Sky ke Daffa, Asisten kepercayaannya itu.
"Apa kamu juga akan membawa sekretarismu itu?" tanya Janette yang sepertinya sangat tidak setuju jika Merlin sekretaris Sky ikut di ajak juga.
"I Love You, Mom! Aku tidak akan mengajaknya. Hanya Daffa yang ikut. Apakah kamu merasa senang sekarang? Ku mohon, jangan emosi. Oke?" Sky meraih tangan Janette dan menciumnya lembut, kemudian dia permisi pergi ke ruang kerjanya bersama Daffa.
"Sky, Mommy serius ingin memiliki cucu. Carilah waktu untuk bertemu wanita baik-baik dan menikahlah," teriak Janette penuh harap pada Sky.
Sky kembali berbalik untuk memeluk Janette kemudian berbisik, "Apakah kamu ingin melihat wanita mati di bawah tubuhku, Mom? Aku mungkin tidak akan bisa menikah. Tapi aku akan mengabulkan keinginan mu untuk memiliki cucu, pulang dari Indonesia, kita bicarakan. Jaga kesehatan mu," Sky membungkuk untuk mencium kepala Janette dan memeluknya sebentar.
Di dalam ruang kerjanya, alis Sky Yuan berkerut melihat laporan dari Daffa. Wajahnya sangat dingin, tatapan tajam, tidak ada tersisa kelembutan yang dia perlihatkan saat di meja makan sewaktu bersama Ibu sambungnya tadi. Inilah aslinya Sky Yuan yang di kenal Daffa yang sudah bekerja mengikuti Sky lebih dari 10 tahun.
"Mereka terlalu berani!" desis Sky, mengepalkan tangannya bertumpu di atas meja.
"Kita harus lebih hati-hati. Juga apakah kamu bisa untuk tidak menyentuh wanita yang nanti mereka tawarkan padamu?" Daffa berkata hati-hati. Maksudnya baik agar Sky bisa lebih tegas lagi.
Selama ini penanggung jawab proyek selalu memberikan layanan wanita pada Sky yang membuat Sky tidak bertindak keras terhadap mereka. Para wanita itu juga nantinya menjadi pekerjaan Janette yang turun tangan untuk menutup mulut, karena setelah melayani hasrat Sky yang sangat besar, beberapa di antara mereka ada yang pendarahan atau masalah yang hampir serupa.
Sky Yuan, Billioner muda yang sangat tampan di abad ini. Tubuhnya atletis, tegap dengan kaki yang panjang. Seleranya sangat anti menggunakan bekas orang lain. Begitu juga dengan tuntutannya terhadap wanita. Wanita yang melayaninya haruslah masih suci bukan bekas orang lain. Namun banyak dari wanita-wanita tersebut yang tidak sanggup melayani hasrat seorang Sky Yuan yang bukan hanya tuntutannya saja yang ekstra namun ukuran di dalam celananya juga sangat ekstra.
"Aku mengerti. Pasti ini juga permintaan ibuku!" sarkas Sky melirik Daffa yang malah tersenyum.
"Cari rumah sakit yang bisa membantuku memiliki anak. Janette sudah semakin tua, mulutnya juga ikut semakin cerewet,"
"Tapi kamu sangat mencintainya," kekeh Daffa.
"Hanya dia keluargaku di dunia ini. Bisa menyenangkan hatinya akan membuat kupingku tidak akan kapalan mendengar ocehannya yang ingin memiliki cucu,"
"Kenapa kamu tidak mengikuti permintaannya yang kamu menikah dan memiliki anakmu sendiri? Aku akan membantumu mencarinya,"
"Apakah ada wanita yang bisa bertahan dari gempuranku?" ledek Sky dengan senyum melirik Daffa.
Sky tahu Daffa adalah pria lugu yang sangat menjaga tubuhnya dari sentuhan wanita. Bahkan pria yang sudah cukup umur untuk menikah itu belum pernah sekalipun terlibat affair dengan wanita. Sky bingung, bagaimana caranya Daffa bertahan dari hasrat biologisnya.
"Merlin dan Velisha, mereka sampai saat ini tidak ada keluhan terhadapmu!"
"Janette tidak menyukai mereka. Apalagi Velisha, dia wanita yang sudah menikah. Merlin? Hmm ...dia sangat ambisius!"
"Ohya, Kamu nanti bisa pulang ke rumah keluargamu, bukankah sudah lama kamu tidak mengunjungi mereka?" Sky mengalihkan topik.
"Kita selesaikan dulu urusan ini. proyek ini sudah setahun tertunda. Robert Yang juga sudah menunggu di Vegas untuk membicarakan bisnis pertambangan denganmu. Janette menyerahkan urusan Robert padamu,"
"Hmm, berikan semua datanya padaku dan letakkan di atas meja. Aku mau mandi dulu. Katakan pada Mr. Philippe untuk menyiapkan mobil, kita ke kantor,"
Sky melangkah menuju kamarnya meninggalkan Daffa di depan komputer di ruangan kerja.
Daffa tahu, saat ini Sky sedang pusing memikirkan berbagai macam masalah pekerjaan dan Daffa juga sangat paham apa yang akan di lakukan Sky Yuan ketika kepalanya pusing. Pelukan wanita!Di kantor ada Merlin yang siap sedia melayani kecuali jika tamu bulanannya datang maka Velisha yang akan datang untuk Sky atau masih banyak gadis-gadis yang bisa Sky dapatkan melalui kenalannya.
Yang tidak pernah bisa Daffa tanyakan pada Sky adalah dia selalu menginginkan wanita yang masih suci dan bersih untuk melayaninya. Tapi Merlin dan Velisha bukan wanita yang masih suci yang hanya melayani Sky seorang. Meskipun jika Sky membutuhkan mereka, mereka bergegas datang untuk Sky.
Kedua wanita itu saling bersaing demi memuaskan Sky Yuan dan tidak pernah akur jika bertemu ataupun berpapasan.
Daffa terkadang merasa dirinya sangat beruntung terlahir sebagai laki-laki. Karena kalau terlahir perempuan dan menjadi asisten pribadi Sky Yuan, mungkin dirinya sudah lama mati konyol.
Selamat datang, terima kasih sudah mampir di ceritaku ini. Enjoy dan jangan lupa komen yaa, masukan untuk aku agar bisa menulis lebih baik lagi ke depannya dan teman-teman sukai. Love you!
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer