Share

5. Kesedihan Paman

Author: Lucy
last update Last Updated: 2022-03-09 13:50:25

Alin baru saja selesai membuka toko jualan snack-nya. Telpnya berdering dari debt collector yang mengingatkan tanggal jatuh tempo pembayaran pinjamannya. Debt collector ini menelpon tidak kenal waktu dan sehari bisa sampai sepuluh kali telpon masuk dari nomor yang berbeda. Jika di jawab selalu suara operator yang berbicara.

"Siapa Lin? Kok ga di jawab?" tanya pak Rustam, Paman Alin yang baru saja datang ke toko Alin ingin minum kopi herbal yang dititipin Aisyah untuk di jual di toko Alin.

"Uhm, salah sambung," jawab Alin sekenanya.

Hp Alin kembali berdering dari nomor yang berbeda dan layar ponselnya terlihat merah yang berarti itu adalah telpon dari nomor debt collector lagi. Alin segera mematikan namun terlambat, pak Rustam sudah terlanjur melihatnya.

"Telp debt collector ya? Kamu minjam online?" cecar pak Rustam menatap Alin lekat-lekat.

"Enggak. Pinjaman yang sebelumnya sudah mau jatuh tempo dua hari lagi. Jadi tiga hari sebelum jatuh tempo, akan ada telpon pengingat seperti tadi. Sehari bisa beberapa kali dari nomor yang berbeda," jelas Alin pada akhirnya.

Alin memang tidak pernah menceritakan pada pamannya soal kondisi keuangannya, semuanya dia putuskan sendiri. Jadi dia juga yang akan mempertanggungjawabkannya sendiri.

"Itu karena kamu ga jawab kali! Cobalah jawab dan jelaskan keadaan kamu pada mereka,"

"Pernah di jawab tapi operator yang berbicara. Kita tidak bisa menjelaskan keadaan kita sama sekali. Kita hanya bisa mendengar tidak bisa berbicara,"

Alin sebenarnya tidak ingin membahas mengenai ini dengan Pamannya karena hanya akan menambah keruwetan paginya. Berpura-pura semuanya baik-baik saja adalah yang selalu Alin lakukan agar hatinya tidak terlalu sedih dan emosinya naik.

"Astaghfirullah ...Alin!" hanya itu yang bisa terlontar dari mulut pak Rustam.

"Maaf ..."

Inilah yang sebenarnya Alin tidak ingin Pamannya tahu kalau dia melakukan pinjaman online. Pamannya pasti marah dan sedih. Alin hanya bisa menunduk, menyembunyikan airmatanya yang berlinang. Alin tidak sanggup betapa murkanya Pamannya saat ini meskipun tidak ada kata-kata makian ataupun cacian yang keluar dari mulutnya.

Sungguh Alin merasa tidak punya pilihan dari kesalahan yang coba-coba dia lakukan.

Alin tahu, sangat tahu jika pinjaman online bukan solusi yang tepat untuk membantu keuangannya. Pinjaman online dengan bunga tinggi yang sangat mencekik bahkan bisa membuat orang yang terkena jeratannya melakukan bunuh diri. Belum lagi teror ketakutan dari debt colletor. 

Alin sangat tahu hal itu karena beberapa tahun sebelumnya Alin bahkan tergabung dalam group donasi yang khusus memberikan bantuan untuk para korban pinjaman online. Mirisnya sekarang Alin sendiri yang menjadi korban.

"Berapa total pinjaman onlinemu? Itu riba Alin! Kamu tau 'kan larangan keras untuk riba dalam agama kita?" tanya pak Rustam kemudian setelah beberapa menit terdiam.

Alin mengatakan jumlah total dari beberapa aplikasi yang dia pakai untuk pinjaman online.

"Astaghfirullah ..."

Berulang kali terdengar dari mulut Paman Alin yang tidak habis pikir akan keponakannya yang kok bisa-bisanya dia melakukan pinjaman online.

"Seiji ada kabarnya? Ga bisa kamu telpon dia? Minta uang padanya, kalian ada Sean. Setidaknya dia bisa mengirimkan uang untuk biaya sekolah Sean,"

"Ga ada kabarnya. Telponnya tidak tersambung,"

"Kamu melakukan kesalahan?" Paman Alin tahu betapa sayangnya Matsuyama Seiji pada Alin dan dia juga pria yang bertanggung jawab meskipun Alin dijadikan istri kedua olehnya tapi tidak mengurangi perhatiannya pada keponakannya itu.

Orangtua Alin sudah meninggal sejak dia bayi. Pak Rustam, satu-satunya paman Alin, membawanya datang ke Jakarta setelah Alin selesai menamatkan Pendidikan Menengah Atasnya di kampung.

Jika bukan karena Alin yang melakukan kesalahan, rasanya tidak mungkin seorang Matsuyama Seiji akan sampai menelantarkan Alin dan anaknya di Jakarta.

"Uhm!" Alin hanya ber 'uhm' menjawab pertanyaan pamannya.

"Uhm? Bener kamu membuat kesalahan?" Paman Alin semakin tidak habis pikir dengan Alin.

"Seiji dari dulu suka menyuruhku cari pacar atau pria lain biar aku ga jadi istri kedua katanya. Entah puluhan kali ngomongnya ga jauh-jauh dari situ. Bosan dengarnya dan aku juga ga mikir yang aneh-aneh juga dulu,"

"Trus ...masalahnya apa?"

"Pas Alin dekat dengan Buyung, Alin bilang kalau Alin sudah punya pacar,"

"Astagfirullah Alin ...kamu tuh bodoh ya? Bisa aja kan itu Seiji nguji kamu secara kalian jarang ketemu dan dia jarang pulang juga ke sini," Paman Alin istighfar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Alin kan bosan, ga becanda atau serius ...Seiji nyuruh Alin cari pacar. Ya udah deh sekalian Alin kasih tau dan kirim photo berdua Buyung ke dia, biar dia puas!"

"Iyah, saking puasnya dia jadi nelantarin kalian! Mana tuh Buyung, dia juga nikah sama cewe lain kan? Tinggalin kamu. Alin ...Alin! Kirain pintar, ternyata ...ach sudahlah ..."

"Biarinlah, emang udah jalanNYA kali kaya gini," Alin berusaha cuek, airmata yang tadi sempat mengenang. Kering kembali karena membahas pria yang sudah membuatnya menjadi wanita bodoh.

"Sekarang gimana rencanamu?

"Lunasin hutang pinjaman online ini. Berisik banget tiap hari ganggu ingetin bayar cicilannya,"

"Ya iyalah! Pinjaman online itu kan ganas-ganas loh debt collectornya. Udahlah, kamu udah makan?"

"Udah," jawab Alin singkat. Airmatanya kembali menggenang hanya dengan pertanyaan kecil bentuk perhatian pamannya itu.

"Makan apa?" duh pake nanya itu lagi, dada Alin benar-benar terasa sesak mau menjawab apa pada Pamannya itu.

"Makan gorengan ama minum teh," sahut Alin sambil tertawa yang tidak lucu sama sekali.

"Kontrak rumah sama toko udah bayar?"

"Blom ada duitnya,"

"Ya dah, ntar klo Paman dapat arisan, kasih kamu! Kamu bantu promosiin toko Paman yang kosong itu, ntar 20 persen dari harga jual buat kamu. Nanti malam suruh Sean ke toko Paman, beli beras dan buat masak kalian. Paman ke toko dulu,"

Alin tahu keadaan toko juga sangat sepi sekarang bukan hanya toko Pamannya saja tapi merata ke yang lainnya juga. Pembeli hanya sedikit yang datang ke pertokoan.

"Halo Nona Alin ..." sapa seorang pria yang sudah pernah bertemu dengan Alin sebelumnya.

"Och, hai mas Daffa ...apa kabar mas?" jawab Alin dengan wajah ceria.

"Alhamdulillah kabar baik. Nona Alin bagaimana keadaannya? Masih lemas?"

"Alhamdulillah sudah baikan. Sudah biasa kaya gitu juga sih mas, jadi ga papa! Bagaimana kabar teman mas Daffa?"

Sebulan telah berlalu sejak Alin mendonorkan darahnya ke Sky Yuan waktu itu.

"Dia juga sudah baikan! Teman saya ingin bertemu dengan Nona Alin, apakah Nona ada waktu?" Daffa merasa sangat nyaman melihat wajah ceria Alin dan senyumnya yang manis dan tulus tidak di buat-buat.

"Kapan mas?" Alin mempersilakan Daffa untuk masuk dan duduk di dalam toko kecilnya.

"Sekarang! Bisakah?" Daffa memperhatikan Alin sibuk melayani pembeli yang membeli snack di tokonya.

"Apa mas, sekarang?" bola mata Alin membulat menatap Daffa yang seakan tenggelam dalam danau coklat hazel netra Alin.

"Ehm ...iya, sekarang,"

Daffa berdehem menyadarkan dirinya agar tidak bersaing dengan Sky Yuan karena Daffa sangat yakin bos nya itu pasti sudah jatuh cinta pada Alin meskipun belum bertemu langsung. Kalau tidak, untuk apa seorang Sky Yuan mau repot-repot untuk bertemu Alin dengan menyamar ke jakarta kembali setelah penembakan yang dia alami. 

Meskipun begitu, jantung Daffa sudah menari-nari seakan mau loncat ke luar dadanya hanya dengan berdua bersama Alin seperti ini.

"Baiklah. Aku tutup dulu tokonya sebentar. Ga lama kan mas?"

"Beliau mengatakan ingin berterima kasih pada Nona Alin secara pribadi. Ku rasa tidak akan lama,"

"Kan waktu itu mas Daffa sudah kasih aku bayaran. Banyak loh! Apa ga usah aja ya mas? Aku kan ga jual darah. Sudah biasa juga kalau donor darah sekali tiga bulan. Ga usah ya aja mas Daf, ga usah ketemu teman mas Daffa,"

Alin merasa tidak enak hati karena dia membantu tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Cukup berharap pada Tuhan saja untuk mempermudah segala urusannya.

"Lebih baik ketemu aja! Sapa tau nanti berpapasan di jalan, 'kan bisa tegur sapa kalau sudah kenal. Yuk, aku bantu tutup tokonya,"

Alin pun akhirnya mengangguk menuruti namun Daffa bukannya senang malah merasa kuatir di hatinya yang dia tutupi dengan senyuman.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
senja_awan
udah Daffa jgn bersaing...
goodnovel comment avatar
Ulyana
wkwkwwk hahaha
goodnovel comment avatar
Mah_ai
Bambang Daffa sama aku aja mau gak? aku anak satu juga wkwkkwk tapi punya suami.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terlilit Hutang : Dinikahi Pewaris Kejam Nan Tampan    126. Happy Ending

    Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di

  • Terlilit Hutang : Dinikahi Pewaris Kejam Nan Tampan    125. Cemburu

    Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali

  • Terlilit Hutang : Dinikahi Pewaris Kejam Nan Tampan    124. Hidangan Lezat

    Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang

  • Terlilit Hutang : Dinikahi Pewaris Kejam Nan Tampan    123. Penawar Racun

    Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk

  • Terlilit Hutang : Dinikahi Pewaris Kejam Nan Tampan    122. Racun langka pada hidangan pesta

    Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet

  • Terlilit Hutang : Dinikahi Pewaris Kejam Nan Tampan    121. Ancaman Nicholas

    Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status