Share

4 Sky Yuan

Sky sudah bangun dari tadi, merasakan ngilu di luka perut dan dadanya. Tidak ada siapapun di kamar. Sky melihat ke sekeliling, ini adalah kamarnya.

Sky beringsut bangun, berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi.

Setelah mencuci muka dan menyikat giginya, pintu kamar Sky di buka dari luar saat pria itu sedang menuntaskan panggilan alam di tubuhnya.

"Tuan muda ...apakah Anda di kamar mandi?"

Terdengar suara nyaring Zia yang bertanya. Sky keluar dari kamar mandi, melihat gadis remaja yang ranum di hadapannya sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Alex membuatkan soup ayam, makanlah," ujar Zia sambil meletakkan mangkok soup dan sarapan untuk Sky di atas meja.

Alex adalah kepala koki di kediaman Sky.

"Kamu mau sekolah?"

"Iya, tapi saya di minta Alex mengantarkan ini untuk Tuan Muda. Nyonya Janette baru saja kembali ke kamarnya, beliau semalaman berjaga di sini. Dokter sedang dalam perjalanan ke sini. Tapi sepertinya Tuan Muda sudah membaik ya?" ceplos Zia tanpa sungkan sama sekali pada bos mudanya dan Sky menyukai sikap Zia yang seperti itu. Zia sudah seperti adik perempuan baginya.

"Terima kasih Zia. Aku baik-baik aja. Kamu lihat aku baru saja dari kamar mandi, pipis sendiri," goda Sky sambil merentangkan tangannya dan menaikkan kedua alis indahnya menatap Zia yang langsung menutup mulutnya sendiri karena tanpa sadar gadis itu malah menatap ke arah resleting celana Sky yang belum sepenuhnya tertutup sempurna.

Sky tertawa cengengesan membetulkan resleting celananya tanpa malu-malu masih menghadap Zia.

"Och aku menyesal datang sepagi ini ke sini! Bagaimana mungkin Tuan Muda yang mesum bisa sakit dan menderita. Nyonya Janette terlalu berlebihan! Sekarang aku sangat kasihan padanya, mungkin matanya sekarang seperti mata panda dan kening mulusnya berkerut memikirkan hal yang tidak penting," sarkas Zia yang kemudian dia terkekeh dan Sky juga ikut tertawa.

Di rumah ini hanya Zia yang berani berkata seperti itu padanya juga hanya Zia yang bisa membuat suasana hatinya membaik, Sky bahkan bisa tertawa geli, hal yang sangat langka terjadi dia lakukan saat bersama para wanitanya.

"Pergilah sekolah! Mr. Philippe pasti sudah menunggumu di ruang tengah, jangan sampai dia berpikir kamu menerkamku di sini," kekeh Sky sambil duduk di kursi dengan sarapan di hadapannya.

"Whattt? Aku menerkam Tuan Muda? Itu sangat konyol!!" gerutu Zia sambil meletakkan sendok ke tangan Sky agar dia mencicipi soup ayam terlebih dahulu.

"Kenapa itu sangat konyol? Banyak loh kejadian orang yang bekerja di rumah menerkam majikannya. Kamu bebas dan aku juga tidak terikat, bukankah itu hal yang wajar terjadi?" pancing Sky seraya menahan tawa di sudut bibirnya.

"Anda sudah tua, Tuan Muda Sky!! Hidupku baru saja di mulai, aku menyukai pria muda yang enerjik bukan seperti Anda yang sibuk dan tidak punya waktu bahkan untuk liburan menikmati hidup. Och alangkah malangnya wanita yang bersamamu," cetus Zia sambil berjalan keluar dan meninggalkan Sky yang melongo di sebut sudah tua oleh gadis muda yang berani itu.

Sepeninggal Zia, Daffa masuk ke kamar Sky sambil menggosok hidungnya. Tadi dia mendengar pembicaraan Zia dengan Sky dan tidak bisa menahan tawanya apalagi setelah dia melihat wajah kusam Sky sekarang.

"Tertawalah ...aku pria tua! Apakah kamu mendengarnya? Dan kamu juga pria tua, Daffa!" ketus Sky sambil melanjutkan sarapannya.

"Gadis itu mengejekmu bukan aku! kenapa aku bisa di sebut tua juga. Bagaimana keadaanmu?"

Sky mendengus kesal tapi dia menghabiskan sarapan yang di bawakan Zia.

"Aku terlalu memanjakannya sampai lidahnya pun tumbuh menjadi sangat pedas!"

Sky masih belum terima dirinya di sebut pria tua oleh Zia. Tubuhnya sempurna dengan otot yang menakjubkan, tidak tua sama sekali hanya boleh disebut pria matang karena sudah banyak mencicipi tubuh wanita.

"Kehadirannya bisa memberikan warna cerah di rumah ini. Percayalah ...kamu sangat menyayanginya seperti adik perempuanmu. Dan aku tahu gadis itu juga sangat menyayangimu! Semalaman dia menjagamu bersama Janette di sini,"

"Dia?"

"Sepertinya Zia benar. Kamu pria tua, kamu bahkan tidak memperhatikan mata panda di wajah gadis itu," kekeh Daffa sambil berdiri di depan jendela, melihat mobil keluarga Sky baru saja keluar dari pintu gerbang mengantarkan Zia ke sekolah.

Janette memang mengatur sopir dan mobil untuk antar jemput Zia ke sekolah, membuat gadis itu seperti gadis anak orang kaya. Namun Zia tetaplah gadis polos yang baik hati juga tidak sombong. Daffa mengagumi Zia yang sangat tahu diri.

"Orang yang menembakmu bunuh diri saat pengawal mendapatinya. Nicholas masih akan menyelidiki. Janette siang ini akan ke Jakarta, proyek di Jawa Barat dihentikan untuk selamanya. Besok dia akan ke Vegas membicarakan kerja sama dengan Robert Yang," Daffa berkata serius.

"Hmm ...ikuti saja perkataan ibuku. Sekarang katakan bagaimana ini ada padaku, siapa dia?" Sky mengeluarkan kartu identitas donor darah milik Alin dari kantong celananya.

Daffa tidak ingat bagaimana kartu itu bisa ada pada Sky. Seingatnya dia sudah memberikannya pada Alin atau memang dia tidak memberikannya, malah menyimpannya ke dalam kantong celana Sky sewaktu dia membawanya ke jet tadi malam.

"Itu milik wanita yang mendonorkan darahnya padamu. Kamu kehilangan banyak darah, stok darah di rumah sakit sedang kosong dan aku bertemu wanita ini, Alin di gerai PMI. Dia sedang ingin berdonor darah,"

Sky menimbang dan memperhatikan kartu yang hanya ada tulisan nama, data, nomor telp dan golongan darah Alin.

"Och begitu! Apakah dia cantik?" tanya Sky cuek.

"Kamu akan terkejut jika melihatnya. Dia tidak bisa di sebut cantik, tapi sangat menarik!" kekeh Daffa sambil mengingat wajah dan senyuman Alin.

Alin yang berwajah manis dengan netra berwana coklat hazel yang sendu.

Sky berjalan ke ruang kerjanya diikuti Daffa.

"Aku akan mempelajari kerjasama dengan Robert Yang, berikan berkasnya padaku!" Sky sudah duduk di kursi kebesarannya, menghidupkan komputer canggih di atas meja.

Sky mengetik nama dan nomor telp Alin Musthofa dan betapa kagetnya dia melihat hasilnya.

Daffa benar, Alin sangat menarik. Tidak bisa hanya di katakan cantik saja. Bola matanya berwarna coklat hazel, ada lesung pipi di sebelah kiri. bibirnya mungil dan senyumannya sangat manis, terlihat manja menggemaskan dan alami.

Komputer Sky adalah komputer hacker, dia bisa melacak segala sesuatunya seperti profile orang yang di inginkan dengan hanya memasukkan nama dan nomor telepon.  Sky juga bisa melihat jejak sosial media Alin, kenalannya di sosial media yang mempunyai photo dan data Alin. Sky juga mengetahui jika Alin sedang terlilit hutang pinjaman online puluhan juta. Semuanya dia bisa lihat dan membacanya.

Daffa datang membawa berkas yang di minta Sky yang dia ambil di kamarnya dan meletakkannya pada atas meja di hadapan Sky.

"Janette berkata dia yang akan ke Vegas?"

"Benar. Ada apa?"

"Tidak. Apakah dia akan pergi dengan Nicholas?"

"Sepertinya begitu. Apakah kamu merasa kuatir?" tanya Daffa yang juga duduk di kursi meja kerjanya di depan Sky.

"Lebih baik Nicholas menemaninya! Zia mengatakan aku gila kerja tidak pernah liburan menikmati hidup. Mungkin sekarang aku bisa mengambil liburan,"

"Apakah kamu akan menyusul Merlin yang berlibur ke New Zealand?"

Daffa menyerahkan laporan tagihan biaya liburan Merlin di New Zealand ke Sky.

"Hmm ...dia benar - benar melakukannya! Dasar wanita tidak tau diri. Berikan apa yang dia inginkan dan jangan biarkan dia kembali lagi ke sini. Biarkan dia bekerja untuk cabang perusahaan kita di Australia!" sarkas Sky saat melihat tagihan liburan dengan fasilitas mewah Merlin.

"Oke. Trus kamu mau liburan kemana?"

"Ke Jakarta. Aku ingin bertemu dengan pendonor darahku!"

Daffa melotot kaget menatap Sky yang cuek. Daffa sudah sangat mengenal Sky dan sekarang bos mata keranjangnya itu terlihat seperti ingin mengejar wanita. Jangan bilang jika Sky sudah mengetahui Alin dan juga jatuh cinta padanya.

Sky seperti bisa membaca pikiran Daffa, memperlihatkan data Alin Musthofa padanya.

"Kamu benar, dia wanita yang sangat menarik! Pernah menikah dengan orang Jepang tapi sudah berpisah. Memiliki satu anak laki-laki berusia 12 tahun. Dia juga terlibat hutang pinjaman online dengan beberapa aplikasi pinjaman online. Sangat Menarik! Aku ingin bertemu dan mengenalnya lebih dekat. Darahnya mengalir di tubuhku," Sky meraba jantungnya yang berdegup kencang.

"Ku rasa dia bukan type mu! Kamu menyukai gadis suci yang masih polos ..." sarkas Daffa menatap Sky yang sedang meraba jantungnya.

"Mungkin dia pengecualian! Ibuku ingin cucu, aku akan memberikannya,"

"Jangan bilang kamu ...dia wanita baik-baik, Sky!!!" teriak Daffa mengingatkan Sky.

"Benar sekali! Aku akan menawarkan pernikahan padanya," jawab Sky santai namun Daffa baru saja menautkan gigi gerahamnya, terdiam mendengar jawaban enteng Sky.

"Kamu harus membantuku, Daf!"

"Tentu!"

Daffa merasakan telapak tangannya sudah basah sekarang. Tidak ada yang bisa menahan Sky jika sudah memutuskan sesuatu. Jika Daffa keberatan untuk membantunya, Sky akan menemukan banyak orang lain yang bisa membantunya.

Lebih baik Daffa yang membantu, selain bisa melindungi Alin juga menghindari Sky dari cara ekstrem yang mungkin dia lakukan jika Daffa tidak membantunya.

"Aku akan berusaha melindungimu, Nona Alin," bathin Daffa lirih. Wanita yang pertama kali dia sukai akan di rebut oleh bos nya.

Bagaimana bisa Daffa membiarkan Nona Alin-nya itu menderita jika wanita-wanita yang pernah berhubungan intim dengan bos tampannya itu mengalami trauma.

Daffa berharap Alin bisa menolak Sky, tapi selama ini tidak ada yang berani menolaknya. Sky bisa berubah menjadi sangat licik dan kejam jika apa yang dia inginkan tidak berjalan lancar.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mah_ai
ngakak astagfirullah, sabar Daffa biarkan si pria tua itu mengejar cintanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status