Sky sudah bangun dari tadi, merasakan ngilu di luka perut dan dadanya. Tidak ada siapapun di kamar. Sky melihat ke sekeliling, ini adalah kamarnya.
Sky beringsut bangun, berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelah mencuci muka dan menyikat giginya, pintu kamar Sky di buka dari luar saat pria itu sedang menuntaskan panggilan alam di tubuhnya. "Tuan muda ...apakah Anda di kamar mandi?"Terdengar suara nyaring Zia yang bertanya. Sky keluar dari kamar mandi, melihat gadis remaja yang ranum di hadapannya sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Alex membuatkan soup ayam, makanlah," ujar Zia sambil meletakkan mangkok soup dan sarapan untuk Sky di atas meja.Alex adalah kepala koki di kediaman Sky.
"Kamu mau sekolah?" "Iya, tapi saya di minta Alex mengantarkan ini untuk Tuan Muda. Nyonya Janette baru saja kembali ke kamarnya, beliau semalaman berjaga di sini. Dokter sedang dalam perjalanan ke sini. Tapi sepertinya Tuan Muda sudah membaik ya?" ceplos Zia tanpa sungkan sama sekali pada bos mudanya dan Sky menyukai sikap Zia yang seperti itu. Zia sudah seperti adik perempuan baginya. "Terima kasih Zia. Aku baik-baik aja. Kamu lihat aku baru saja dari kamar mandi, pipis sendiri," goda Sky sambil merentangkan tangannya dan menaikkan kedua alis indahnya menatap Zia yang langsung menutup mulutnya sendiri karena tanpa sadar gadis itu malah menatap ke arah resleting celana Sky yang belum sepenuhnya tertutup sempurna.Sky tertawa cengengesan membetulkan resleting celananya tanpa malu-malu masih menghadap Zia.
"Och aku menyesal datang sepagi ini ke sini! Bagaimana mungkin Tuan Muda yang mesum bisa sakit dan menderita. Nyonya Janette terlalu berlebihan! Sekarang aku sangat kasihan padanya, mungkin matanya sekarang seperti mata panda dan kening mulusnya berkerut memikirkan hal yang tidak penting," sarkas Zia yang kemudian dia terkekeh dan Sky juga ikut tertawa. Di rumah ini hanya Zia yang berani berkata seperti itu padanya juga hanya Zia yang bisa membuat suasana hatinya membaik, Sky bahkan bisa tertawa geli, hal yang sangat langka terjadi dia lakukan saat bersama para wanitanya. "Pergilah sekolah! Mr. Philippe pasti sudah menunggumu di ruang tengah, jangan sampai dia berpikir kamu menerkamku di sini," kekeh Sky sambil duduk di kursi dengan sarapan di hadapannya. "Whattt? Aku menerkam Tuan Muda? Itu sangat konyol!!" gerutu Zia sambil meletakkan sendok ke tangan Sky agar dia mencicipi soup ayam terlebih dahulu. "Kenapa itu sangat konyol? Banyak loh kejadian orang yang bekerja di rumah menerkam majikannya. Kamu bebas dan aku juga tidak terikat, bukankah itu hal yang wajar terjadi?" pancing Sky seraya menahan tawa di sudut bibirnya. "Anda sudah tua, Tuan Muda Sky!! Hidupku baru saja di mulai, aku menyukai pria muda yang enerjik bukan seperti Anda yang sibuk dan tidak punya waktu bahkan untuk liburan menikmati hidup. Och alangkah malangnya wanita yang bersamamu," cetus Zia sambil berjalan keluar dan meninggalkan Sky yang melongo di sebut sudah tua oleh gadis muda yang berani itu. Sepeninggal Zia, Daffa masuk ke kamar Sky sambil menggosok hidungnya. Tadi dia mendengar pembicaraan Zia dengan Sky dan tidak bisa menahan tawanya apalagi setelah dia melihat wajah kusam Sky sekarang. "Tertawalah ...aku pria tua! Apakah kamu mendengarnya? Dan kamu juga pria tua, Daffa!" ketus Sky sambil melanjutkan sarapannya. "Gadis itu mengejekmu bukan aku! kenapa aku bisa di sebut tua juga. Bagaimana keadaanmu?" Sky mendengus kesal tapi dia menghabiskan sarapan yang di bawakan Zia. "Aku terlalu memanjakannya sampai lidahnya pun tumbuh menjadi sangat pedas!"Sky masih belum terima dirinya di sebut pria tua oleh Zia. Tubuhnya sempurna dengan otot yang menakjubkan, tidak tua sama sekali hanya boleh disebut pria matang karena sudah banyak mencicipi tubuh wanita.
"Kehadirannya bisa memberikan warna cerah di rumah ini. Percayalah ...kamu sangat menyayanginya seperti adik perempuanmu. Dan aku tahu gadis itu juga sangat menyayangimu! Semalaman dia menjagamu bersama Janette di sini," "Dia?" "Sepertinya Zia benar. Kamu pria tua, kamu bahkan tidak memperhatikan mata panda di wajah gadis itu," kekeh Daffa sambil berdiri di depan jendela, melihat mobil keluarga Sky baru saja keluar dari pintu gerbang mengantarkan Zia ke sekolah.Janette memang mengatur sopir dan mobil untuk antar jemput Zia ke sekolah, membuat gadis itu seperti gadis anak orang kaya. Namun Zia tetaplah gadis polos yang baik hati juga tidak sombong. Daffa mengagumi Zia yang sangat tahu diri.
"Orang yang menembakmu bunuh diri saat pengawal mendapatinya. Nicholas masih akan menyelidiki. Janette siang ini akan ke Jakarta, proyek di Jawa Barat dihentikan untuk selamanya. Besok dia akan ke Vegas membicarakan kerja sama dengan Robert Yang," Daffa berkata serius. "Hmm ...ikuti saja perkataan ibuku. Sekarang katakan bagaimana ini ada padaku, siapa dia?" Sky mengeluarkan kartu identitas donor darah milik Alin dari kantong celananya. Daffa tidak ingat bagaimana kartu itu bisa ada pada Sky. Seingatnya dia sudah memberikannya pada Alin atau memang dia tidak memberikannya, malah menyimpannya ke dalam kantong celana Sky sewaktu dia membawanya ke jet tadi malam. "Itu milik wanita yang mendonorkan darahnya padamu. Kamu kehilangan banyak darah, stok darah di rumah sakit sedang kosong dan aku bertemu wanita ini, Alin di gerai PMI. Dia sedang ingin berdonor darah," Sky menimbang dan memperhatikan kartu yang hanya ada tulisan nama, data, nomor telp dan golongan darah Alin. "Och begitu! Apakah dia cantik?" tanya Sky cuek. "Kamu akan terkejut jika melihatnya. Dia tidak bisa di sebut cantik, tapi sangat menarik!" kekeh Daffa sambil mengingat wajah dan senyuman Alin.Alin yang berwajah manis dengan netra berwana coklat hazel yang sendu.
Sky berjalan ke ruang kerjanya diikuti Daffa. "Aku akan mempelajari kerjasama dengan Robert Yang, berikan berkasnya padaku!" Sky sudah duduk di kursi kebesarannya, menghidupkan komputer canggih di atas meja. Sky mengetik nama dan nomor telp Alin Musthofa dan betapa kagetnya dia melihat hasilnya. Daffa benar, Alin sangat menarik. Tidak bisa hanya di katakan cantik saja. Bola matanya berwarna coklat hazel, ada lesung pipi di sebelah kiri. bibirnya mungil dan senyumannya sangat manis, terlihat manja menggemaskan dan alami. Komputer Sky adalah komputer hacker, dia bisa melacak segala sesuatunya seperti profile orang yang di inginkan dengan hanya memasukkan nama dan nomor telepon. Sky juga bisa melihat jejak sosial media Alin, kenalannya di sosial media yang mempunyai photo dan data Alin. Sky juga mengetahui jika Alin sedang terlilit hutang pinjaman online puluhan juta. Semuanya dia bisa lihat dan membacanya. Daffa datang membawa berkas yang di minta Sky yang dia ambil di kamarnya dan meletakkannya pada atas meja di hadapan Sky. "Janette berkata dia yang akan ke Vegas?" "Benar. Ada apa?" "Tidak. Apakah dia akan pergi dengan Nicholas?" "Sepertinya begitu. Apakah kamu merasa kuatir?" tanya Daffa yang juga duduk di kursi meja kerjanya di depan Sky. "Lebih baik Nicholas menemaninya! Zia mengatakan aku gila kerja tidak pernah liburan menikmati hidup. Mungkin sekarang aku bisa mengambil liburan," "Apakah kamu akan menyusul Merlin yang berlibur ke New Zealand?"Daffa menyerahkan laporan tagihan biaya liburan Merlin di New Zealand ke Sky.
"Hmm ...dia benar - benar melakukannya! Dasar wanita tidak tau diri. Berikan apa yang dia inginkan dan jangan biarkan dia kembali lagi ke sini. Biarkan dia bekerja untuk cabang perusahaan kita di Australia!" sarkas Sky saat melihat tagihan liburan dengan fasilitas mewah Merlin. "Oke. Trus kamu mau liburan kemana?" "Ke Jakarta. Aku ingin bertemu dengan pendonor darahku!" Daffa melotot kaget menatap Sky yang cuek. Daffa sudah sangat mengenal Sky dan sekarang bos mata keranjangnya itu terlihat seperti ingin mengejar wanita. Jangan bilang jika Sky sudah mengetahui Alin dan juga jatuh cinta padanya. Sky seperti bisa membaca pikiran Daffa, memperlihatkan data Alin Musthofa padanya. "Kamu benar, dia wanita yang sangat menarik! Pernah menikah dengan orang Jepang tapi sudah berpisah. Memiliki satu anak laki-laki berusia 12 tahun. Dia juga terlibat hutang pinjaman online dengan beberapa aplikasi pinjaman online. Sangat Menarik! Aku ingin bertemu dan mengenalnya lebih dekat. Darahnya mengalir di tubuhku," Sky meraba jantungnya yang berdegup kencang. "Ku rasa dia bukan type mu! Kamu menyukai gadis suci yang masih polos ..." sarkas Daffa menatap Sky yang sedang meraba jantungnya. "Mungkin dia pengecualian! Ibuku ingin cucu, aku akan memberikannya," "Jangan bilang kamu ...dia wanita baik-baik, Sky!!!" teriak Daffa mengingatkan Sky. "Benar sekali! Aku akan menawarkan pernikahan padanya," jawab Sky santai namun Daffa baru saja menautkan gigi gerahamnya, terdiam mendengar jawaban enteng Sky. "Kamu harus membantuku, Daf!" "Tentu!"Daffa merasakan telapak tangannya sudah basah sekarang. Tidak ada yang bisa menahan Sky jika sudah memutuskan sesuatu. Jika Daffa keberatan untuk membantunya, Sky akan menemukan banyak orang lain yang bisa membantunya.
Lebih baik Daffa yang membantu, selain bisa melindungi Alin juga menghindari Sky dari cara ekstrem yang mungkin dia lakukan jika Daffa tidak membantunya. "Aku akan berusaha melindungimu, Nona Alin," bathin Daffa lirih. Wanita yang pertama kali dia sukai akan di rebut oleh bos nya.Bagaimana bisa Daffa membiarkan Nona Alin-nya itu menderita jika wanita-wanita yang pernah berhubungan intim dengan bos tampannya itu mengalami trauma.
Daffa berharap Alin bisa menolak Sky, tapi selama ini tidak ada yang berani menolaknya. Sky bisa berubah menjadi sangat licik dan kejam jika apa yang dia inginkan tidak berjalan lancar.
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer