"Nona ... Ku mohon, makanlah sedikit" pinta Zia sambil meletakkan baki berisi makanan di meja samping sofa tempat Alin sedang duduk. Baki berisi sarapan dan makanan sebelumnya tidak ada Alin yang sentuh kecuali susu dan jus."Aku tidak punya tenaga untuk mengunyah makanan, Zia. Juga tidak bernafsu sama sekali. Katakan pada Alex, aku mungkin bisa minum jus buatannya. Maafkan aku, Zia. Bawa kembali makanannya" ucap Alin lirih.Alin menatap jauh ke luar jendela kamarnya. Infus masih menancap di atas tangannya. Rambutnya masih basah, Zia tadi sudah membantunya mandi. Alin seperti manusia tidak bernyawa, tidak ada ekspresi lain di wajahnya selain penyesalan dan kesedihan yang mendalam.Janette rutin memeriksa keadaan Alin, meminta Dokter memberikan cairan infus nutrisi untuk Alin dan janinnya. Janette sebenarnya sangat kuatir namun di depan Alin dia berusaha bersikap tegar untuk menguatkan menantunya itu. "Aku akan membantunya" bisik Seiji pada Janette sambil melangkah masuk ke kamar Alin
Alin sedang tidur siang di kamarnya, ketika mendengar suara ribut di lantai bawah kediaman Yuan. Sejak Alin pergi ke asrama Sean dan pulang kembali ke kediaman Yuan, memaksakan diri menghabiskan makanannya, Alin sudah tidak di infus lagi. Zia sudah mulai aktif pergi ke sekolah, karena beberapa hari tidak pergi ke sekolah, menemani dan merawat Alin di kediaman. Saat Alin mau berjalan ke arah lift, Brook segera menghentikan Alin. "Nyonya Yuan, silakan kembali. Nyonya masih harus istirahat" ujar Brook sopan mempersilakan Alin agar kembali ke kamarnya. Akan tetapi Alin tidak kembali ke kamarnya, malah pergi ke perpustakaan dimana Alin bisa melihat siapa yang sudah datang ke kediaman Yuan dan menciptakan sedikit kehebohan. Terdengar suara Mr. Philippe yang menolak tegas dan meminta orang yang datang agar segera kembali meninggalkan kediaman Yuan. Akan tetapi petugas polisi yang datang ingin bertemu dengan Alin dan mengajukan beberapa pertanyaan pada Alin. "Kami akan segera pergi se
Alin memanggil Mr. Philippe ke ruang kerja Sky. Mr. Philippe akhirnya menceritakan seperti apa hubungan Mister Thomas Yuan, Papanya Sky, Mertua Alin yang awalnya bersahabat dengan Henry, Robert dan Wesley. Akan tetapi setelah kematian Mister Thomas Yuan, kedua sahabatnya yaitu Robert dan Wesley seakan berlomba-lomba ingin mendapatkan warisan Thomas Yuan yang memang jauh sangat kaya raya ketimbang mereka bertiga. "Jadi Henry, Robert dan Wesley bersahabat dengan Papa mertuaku dan untuk mempererat hubungan persahabatan mereka, mereka saling menanam saham sebesar 10 persen di perusahaan masing-masing? Begitu Mr. Philippe?" tanya Alin to the poin dengan sikap dan suara yang sangat tegas, jauh berbeda dengan sikap Alin yang biasanya yang cuek, santai dan terkadang manja serta sangat iseng pada Sky Yuan. Mr. Philippe sesaat terpana dan matanya berbinar menatap mata Alin yang juga ada senyum di tatapan matanya menatap Mr. Philippe. "Benar begitu Nona. Selama ini Tuan Muda selalu mengeluar
"Mom. kenalkan ini Irine. Temanku dulu sewaktu di Jakarta. Irine melanjutkan study nya bidang hukum ke Amerika dan sejak itu kami jarang komunikasi karena dia sangat sibuk. Irine, ini Ibu mertuaku, Janette" Alin memperkenalkan Janette ke Irine dan Irine ke Janette. Janette mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Irine yang di panggil 'Love' oleh Alin tersebut dengan hangat dan tersenyum ramah. "Halo Nyonya Janette" sapa Irine sopan. "Senang berkenalan denganmu, Irine. Mari kita bicara di meja makan" sambut Janette. Janette mengerling ke arah Alin dan menggedikkan sebelah alisnya naik yang di sambut Alin dengan kuluman senyumnya. Alin, Janette dan Irine menikmati makan malam sambil berbincang dan Alin bersama Irine masih melanjutkan mengobrol di ruang tamu. Nyonya Janette ijin ke kamarnya karena ada pekerjaan pribadinya yang harus dia selesaikan. "Rin, aku butuh bantuanmu" ucap Alin setelah berbincang lama dan berbasa basi ini itu, mengungkapkan tujuannya menghubungi sahab
"Keita, bawa aku ke tempat penjara Riri di tahan. Ada yang mau aku konfirm secara pribadi padanya" tutur Irine setelah berada di dalam mobil yang di kemudikan oleh Keita. "Hm" Keita menjawab singkat dengan deheman. Mobil yang dikemudikan Keita berhenti di depan kantor polisi, Irene langsung turun menuju polisi jaga di Ikuti Keita yang memakai topi untuk menutupi wajahnya karena sejak Keita di jadikan tersangka, dia tidak di ijinkan keluar dari kediaman Yuan seperti jaminan Janette kepada pihak kepolisian. Irine memperlihatkan kartu pengenalnya kepada polisi jaga, lalu salah satu polisi membawa Irine suatu ruangan di ikuti Keita yang tetap diam di belakang Irine. Keita bersandar di tiang jendela di bagian pojok yang minim penerangan. Sedangkan Irine duduk di kursi membelakangi arah pintu masuk. Tidak lama Riri masuk ke dalam ruangan di antarkan petugas polisi yang kemudian petugas tersebut berjaga di pintu. "Irine!?" pekik Riri senang saat mengetahui siapa yang menemuinya malam-m
Alin berada di dalam helikoper pergi mencari Sky dan Nicholas ke laut. Matanya nanar melihat ke arah laut di bawahnya, helikopter terbang sangat rendah dan dekat dengan permukaan laut. "Sky! Och itu Sky dan Nicholas! Tolong ... cepat angkat mereka!" Alin berteriak kencang akan tetapi suaranya seperti ada yang meredam, tidak bisa keluar. Alin melihat kesal ke sekeliling, tim SAR banyak yang menyebar menggunakan sekoci dan kapal mengelilingi permukaan laut namun tidak satupun yang mendengar teriakan Alin begitu juga pilot helikopter. "Tidak, tidak!! Sky ... Nic! Please ..." rintih Alin histeris saat melihat tubuh Sky ada di atas sepotong papan kayu sampan rusak dimana Nicholas terus memegang papan sampan kayu tersebut dan tubuhnya seluruhnya berada di dalam air, keduanya terombang ambing oleh ombak. Alin berniat terjun menggunakan tali untuk membantu menyelamatkan suaminya yang memejamkan mata dan Nicholas yang juga terlihat tidak sadarkan diri, dia sama sekali tidak peduli jika
Alin sedang membaca dokumen yang berkaitan dengan Riri di ruang kerja Sky ketika Seiji datang menyusulnya yang juga membawa dokumen di tangannya dan di letakkan di depan Alin. "Kata Mr. Philippe, kamu mau bertemu Riri? Kamu pasti membutuhkan ini" ucap Seiji lalu melangkah ke samping Alin yang duduk di kursi, ikut melihat membaca dan memperhatikan dokumen yang di lihat oleh wanita itu. Brook terus memperhatikan gerak-gerik Seiji di sekitar Alin, meskipun Nicholas belum di temukan dan tidak tahu kabar beritanya tapi Brook akan tetap memenuhi kewajibannya dalam menjaga dan melindungi Alin seperti perintah Nicholas padanya. "Kamu memata-mataiku!" sungut Alin menoleh ke arah Seiji saat dia melihat dokumen yang di berikan oleh Seiji padanya. "Ya, dulu aku memata-mataimu" Seiji duduk di kursi di depan meja Alin dan menumpukkan paha kanan di atas paha kirinya sebelum dia berbicara lebih lanjut. "Brook, katakan pada Alex untuk menyiapkan hidangan untuk malam ini. Aku berniat mengundang
Nicholas sampai di hadapan Sky Yuan yang sedang duduk di atas dipan kayu. Mata biru Sky menatap Nicholas namun mulutnya diam tidak berbicara. Sky memperhatikan keadaan di dalam ruangan berdindingkan bambu yang di rakit seperti sulaman. Ada meja, dua dipan dimana yang satunya sedang dia duduki. Sky kembali menatap ke arah Nicholas yang terpaku tidak berkedip memperhatikannya. "Kamu siapa? Apakah kamu yang membawaku ke sini? Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Sky kepada Nicholas. Nicholas berjalan perlahan ke arah Sky, di pintu masuk Bapak Tua yang bernama Benz membawa teh hangat di tangannya dan meletakkannya di atas meja. Benz juga memperhatikan Sky lalu berpandangan dengan Nicholas. "Benz yang menyelamatkan kamu dan juga aku. Aku adalah saudara kembarmu, Nicholas. Apakah kamu tidak ingat apa yang terjadi?" ucap Nicholas sambil menarik kursi di dekat meja ke depan Sky Yuan. "Kembar? Siapa namaku? Apa yang sudah terjadi?" tanya Sky dengan kening berkerut menatap Nicholas. "Ya. k