Share

Ternyata Aku Istri Kedua
Ternyata Aku Istri Kedua
Author: Jannah Zein

Istri Kedua

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2024-08-05 18:40:43

Bab 1

Istri Kedua 

"Duh, airnya habis," keluh Hanina saat menemukan kardus berisi air mineral yang ternyata telah kosong. Dia lupa menyuruh suaminya membawakan kardus berisi air mineral yang baru ke kamar ini. 

Sebagai ibu menyusui, tentu Hanina begitu mudah haus, apalagi sekarang ia baru saja selesai menyusui Aqila, bayinya yang baru berusia sebulan.

"Ya sudah, sebaiknya aku ambil minum di dapur saja, sekalian menemui Mas Akmal. Pasti dia sedang berada di ruang tengah. Dia harus tahu jika air minum di kamar sudah habis." Hanina memutuskan. Dia merasa sangat yakin, pasalnya Akmal memang seringkali bekerja di tengah malam, menghabiskan waktu sampai subuh di belakang meja kerjanya di ruang tengah.

Wanita muda itu menguap beberapa kali, lalu berjalan perlahan menuju pintu. Sebelum menutup pintu kamar, Hanina menoleh ke arah box bayi dan terlihat bayi kecilnya aman di tempat tidurnya. 

Aqila kembali terlelap setelah kenyang minum ASI dari ibunya.

Perlahan kaki Hanina menapaki anak-anak tangga untuk turun ke lantai dasar menuju dapur. Kamar pribadi ini memang terletak di lantai dua rumah ini. Cukup merepotkan sebenarnya jika setiap malam harus ambil air minum di dapur. Itulah kenapa Hanina meminta Akmal untuk menyediakan air mineral kemasan di kamar pribadi mereka.

Kini Hanina sudah selesai menuruni anak-anak tangga dan tiba di ruang tengah. 

Namun dia tidak mendapati Akmal berada di tempat itu. Meja kerjanya kosong dan tidak ada laptop yang menyala. Namun Hanina memilih untuk tidak ambil pusing. Rasa haus yang mendera tenggorokan membuatnya kian mempercepat langkah menuju dapur.

Suasana rumah ini agak remang, karena lampu-lampu utama sudah dimatikan. Tidak ada pembantu yang menginap, kecuali baby sister. Itu pun baby sister yang hanya ia izinkan untuk mengurus Aqila pada siang hari saja, karena kasihan juga jika malam hari dia harus turut mengurus Aqila yang sering sekali terbangun malam.

"Suara-suara apa itu?" Bulu kuduk Hanina seketika meremang. Spontan ia merapat ke sisi dinding yang menghubungkan antara dapur dengan kamar baby sister yang bernama Risty itu. Suara-suara itu semakin dekat dan jelas terdengar.

"Risty?" gumam perempuan itu lirih. 

Apa yang sedang Risty lakukan di kamarnya? 

Bukankah itu seperti suara orang yang sedang bercinta? 

Bukankah status Risty adalah single dan dia seorang diri saat Hanina menerimanya bekerja di rumah ini seminggu yang lalu?

Tanpa sadar Hanina meninggikan alisnya. Dia keheranan.

Namun suara yang terdengar ternyata bukan cuma suara Risty, tetapi ada suara lainnya juga. Suara seorang lelaki, seperti suara Akmal, suaminya. Telinga Hanina tegak, dan dia makin merapatkan tubuhnya ke dinding. Suara-suara itu kian nyata terdengar, karena kamar Risty memang tidak dilengkapi dengan alat peredam suara dan tentu saja suara-suara itu bisa terdengar sampai keluar.

Seketika tubuh Hanina menjadi gemetar. Tanpa pikir panjang lagi, ia segera mengetuk kamar itu. Ketukan yang berubah menjadi gedoran. Suara-suara itu pun berhenti dan menghilang untuk sesaat, lalu sesosok tubuh muncul di depan pintu. Sosok pria yang hanya mengenakan celana boxer.

"Mas Akmal!" Hanina memekik. Nyaris tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Otaknya segera mencerna hasil tangkapan matanya yang sepersekian detik. Mana ada seorang pria yang berpenampilan nyaris polos, jika sebelumnya tidak melakukan apa-apa di kamar ini dengan sang penghuni kamar?

Hanina menerobos masuk tanpa memperdulikan tangan sang pria yang menahannya. Sekuat tenaga Hanina menyingkirkan tangan pria itu dan dia berhasil masuk ke dalam kamar. Matanya membulat menatap Risty yang berbaring terlentang di tempat tidur dengan selembar selimut yang menutupi tubuhnya. Hanina berani taruhan jika Risty tidak mengenakan apapun di balik selimut itu.

Fix.

Ternyata suara-suara itu....

"Dasar perempuan jalang! Kamu baru seminggu bekerja di rumah ini, itupun atas rekomendasi suami saya, dan sekarang kamu tega melakukan ini?!" Hanina melangkah mendekat ke tempat tidur, tetapi lagi-lagi Akmal menahan langkahnya, hingga akhirnya langkah Hanina terhenti. 

Tubuh perempuan itu seketika gemetar.

"Dan kamu, Mas! Kamu sama saja! Kenapa sampai tergoda? Kurangnya aku selama ini apa? Aku sudah memberikan segalanya sama kamu, tapi kenapa kamu mengkhianatiku?!"

"Aku tidak pernah mengkhianatimu, Hanina. Tidak pernah. Kamu salah paham." Akmal menangkap tubuh perempuan itu, mengungkungnya kuat sehingga Hanina bahkan sedikit kesulitan untuk bernafas.

Hanina meronta-ronta. Dia berteriak tanpa peduli ini sudah tengah malam.

Rumah ini sangat sepi dan hanya mereka bertiga yang berada di dalamnya, di tambah seorang bayi.

"Apa yang tidak aku pahami dari kamu? Dari mana kamu mengenal perempuan ini? Kenapa kamu malah bercinta dengannya? Kenapa kamu malah selingkuh? Apa kamu sudah tidak menyukai aku lagi, lantaran aku sudah melahirkan, lantaran bentuk tubuhku tidak lagi bagus seperti dulu?!" Hanina memekik. Dia terus memukuli dada suaminya supaya bisa lepas dari kungkungan sang suami. Namun pemilik dada bidang itu sepertinya tidak merasakan pukulan Hanina bahkan mungkin pukulan itu mirip seperti elusan saja.

"Aku tahu, aku masih dalam masa nifas, tapi bukan berarti itu menjadi alasan bagi kamu untuk selingkuh. Mas, puasalah sebentar. Dan setelah selesai masa nifas, aku akan segera kembali melayanimu seperti biasa. Kenapa kamu nggak sabar sih, Mas?" Air matanya kembali berderai. 

Dia terus berontak dan kali ini Hanina berhasil melepaskan diri dari kungkungan suaminya setelah menggigit lengan sang suami. Hanina mencapai bibir ranjang dengan tubuh sedikit membungkuk. Namun, sebuah tendangan mendarat di bahunya, sehingga membuat wanita muda itu terjengkang. Kepalanya jatuh ke lantai. Hanina terkejut. Seketika ia merasakan pusing yang teramat sangat.

Rasanya tak percaya jika Akmal tega melakukan ini kepadanya, padahal sebelumnya Akmal tidak pernah bersikap kasar, bahkan cenderung romantis. Apa karena dia tidak mendapatkan hak biologisnya sebagai pria dewasa, lalu pria itu malah jadi semena-mena? Mengapa Akmal tidak bisa mengerti jika dia masih dalam masa nifas dan pemulihan pasca melahirkan?

Setidaknya itu yang ada di benak Hanina saat ini. 

Hanina memegangi kepalanya. Sakit sekali. Benturan yang cukup keras. Kepalanya serasa ingin pecah, karena lantai kamar ini yang terbuat dari keramik. Pandangannya berkunang-kunang. Dia berusaha mengerjapkan matanya berkali-kali, tetapi pandangannya tetap saja buram. Rasanya dia ingin pingsan saja.

Akmal memang bak kuda liar jika sedang bersamanya di tempat tidur, tetapi itu seharusnya bukan menjadi alasan. Bukankah keinginan memiliki buah hati adalah keputusan bersama, bahkan suaminya lah yang terlihat sangat antusias agar mereka segera memiliki anak. Jadi seharusnya Akmal paham, jika buah hati mereka telah lahir, maka dia harus rehat dulu dari kegiatan seksual untuk sementara waktu.

"Aku sudah bilang, kamu itu salah paham! Risty itu bukan selingkuhanku. Aku lebih lama mengenal Risty daripada kamu," geram Akmal seraya kembali mencekal tangan Hanina yang sudah siap terangkat.

"Jangan coba-coba kamu sentuh Risty, atau kamu akan tahu akibatnya!" Lagi-lagi pria itu mengancam.

"Betul sekali, Hanina." Suara Risty terdengar. Wanita itu kini beringsut dan duduk sembari mengapit kain selimut di kedua ketiaknya, supaya kain penutup tubuh itu tidak melorot ke bawah.

"Kalau bukan selingkuhan Mas Akmal, lalu kamu itu siapa?! Istri muda?" Tawa sumbang Hanina terdengar. Hanina berusaha bangkit, meski kepalanya masih sangat pusing. Efek benturan  di kepalanya mungkin akan terasa selama beberapa jam ke depan. Tendangan Akmal cukup keras, walaupun mungkin dia melakukannya lantaran tak sengaja karena tidak ingin Hanina menyentuh Risty.

Kenapa Akmal terlihat begitu melindungi Risty? Sementara dia malah tega mendorong tubuh istrinya sendiri sampai terjatuh? Dada Hanina seketika bergemuruh. Sesak sekali.

Hanina benar-benar tak habis pikir.

"Istri muda?" Risty tertawa sumbang. Matanya menatap Hanina dengan tajam, sorot mata yang memancarkan kebencian yang baru sekarang Hanina sadari.

"Justru yang jadi istri muda itu kamu, Hanina. Kamu itu istri kedua, sedangkan aku adalah istri pertama Mas Akmal. Kamu sudah salah paham!" Risty menyeringai penuh kemenangan.

"Istri kedua?" Spontan Hanina menatap tajam sang suami. Namun pria itu tak terlihat menggeleng seperti yang ia harapkan.

"Benar, Hanina. Risty adalah istri pertamaku dan aku sengaja mengajaknya tinggal di rumah ini agar ia bisa merawat Aqila...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei njing, istri masih dlm masa nifas fitendang bahunua? suami anjing!!! masih juga kau mau pertahankan laki2 bajingan itu atas nama cinya? mati ajalah kau bodoh!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Love You, Istriku

    Bab 149"Selamat datang di rumah kita, istriku," bisik Akmal. "Terima kasih, Mas." Mata perempuan itu berkaca-kaca. Tanpa sadar ia menggenggam tangan prianya. Hanina merasa sangat terharu, tak menyangka jika dia masih diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di rumah yang pernah dijualnya ini.Hanina terpaksa menjual rumah ini karena kesulitan keuangan setelah perusahaan mereka bangkrut. Dia perlu modal untuk membangun usaha dan tempat tinggal baru, sementara hampir semua aset mereka sudah habis untuk membayar hutang. Masih untung papanya tidak masuk penjara, karena terlilit hutang. Mereka masih mampu memenuhi kewajibannya, meskipun harus menghabiskan hampir semua aset."Sama-sama, Sayang. Aku juga sangat bersyukur karena akhirnya kita bisa kembali menempati rumah ini. Beruntung orang yang memiliki rumah ini sebelumnya mau mengerti dan bersedia menjual kembali rumah ini kepada kita.""Ya. Kamu sudah berkali-kali cerita soal itu." Perempuan itu akhirnya sampai di sofa dan mendudukka

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Kembali Ke Rumah Lama

    Bab 148Dua bulan kemudian.Akmal berjalan mondar-mandir di area depan Hanina Hotel. Dia memastikan semuanya bisa rampung tepat waktu, karena mulai besok hotel ini akan resmi beroperasi. Dengan letak cukup strategis yang sangat dekat dengan tempat wisata religi, menjadi jaminan jika Hanina Hotel akan segera kebanjiran tamu pengunjung.Pria itu tahu apa yang harus ia lakukan setelah memutuskan keluar dari grup Aston. Meski terasa berat, karena bagaimanapun Aston adalah tempatnya bernaung pertama kali, tapi Akmal memutuskan untuk mandiri. Dia ingin merasakan menjadi seorang pengusaha dalam artian yang sebenarnya, bukan hanya sekedar karyawan, meskipun posisi terakhirnya adalah karyawan nomor satu. Namun karyawan tetaplah karyawan.Setelah merasa cukup, Akmal dengan didampingi om Danu segera masuk kembali ke bangunan yang megah itu. Sembari berjalan menuju ruang pertemuan, dia terus menikmati pemandangan yang memanjakan matanya. Area dalam hotel ini sudah benar-benar selesai, dan interi

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Berdamai

    Bab 147Dia dan Akmal memang sudah punya cerita masing-masing dan tidak saling mencampuri urusan satu sama lain. Sungguh, Risty hanya sekedar menanyakan. Entah bagaimana penampakan pria itu sekarang. Tentunya lebih keren dibandingkan saat bersamanya dulu. Bersama dengan Hanina, Akmal memperoleh banyak pencapaian dalam hidup dan finansial. Perempuan itu memejamkan mata, lalu segera membuka matanya kembali saat merasakan tepukan lembut di bahunya."Ini bukan saat yang tepat untuk bernostalgia. Kita ke sini datang sebagai tamu, bukan sebagai mantan." Rio mengucapkan dengan cara berbisik, lantaran tak ingin Aqila mendengar ucapannya.Risty mengangguk. Akhirnya dia memilih untuk menggendong Aqila dan membawa balita cantik itu ke halaman rumah.Di halaman ada bangku dan ayunan. Risty membawa Aqila duduk di ayunan yang berbahan besi kuat itu."Aqila mau adik apa? Cowok atau cewek?" tanya Risty sembari menggerakkan batang besi penyangga ayunan, sehingga tempat duduknya sekarang bergerak-ger

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Dilarang Mencari Keberadaan Mantan

    Bab 146Rio berusaha mengabaikan pertanyaan sang istri dan memilih untuk berdiri. Dia mengajak Risty menuju ruang makan, meski sebenarnya dia tidak sedang mood. Ternyata semua makanan sudah terhidang rapi di meja makan. Pria itu tersenyum tipis, lalu menarik kursi dan duduk."Mari kita makan, Ris. Terima kasih sudah memasak.""Bukan aku, tapi si Bibik," balas Risty seraya mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk, lalu menyerahkannya kepada Rio."Tapi kamu hebat, bisa belajar dalam waktu singkat. Aku senang melihat perubahan kamu. Kamu terlihat bersungguh-sungguh untuk membuat diri kamu menjadi lebih baik," pujinya tulus."Tapi tetap saja aku sudah punya cacat. Masa laluku bersama dengan mas Akmal sungguh buruk. Aku bahkan pernah menjadi wanita panggilan untuk menyambung hidup." Risty mengulas senyuman, meski sebenarnya ia masih menyimpan berbagai tanya di benaknya soal sikap Rio semenjak mereka pulang dari acara pernikahannya Dira dan Reza."Setiap manusia punya cac

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Hanya Soal Waktu

    Bab 145"Nggak usah didengerin ucapan Mama. Kalau memang kamu nggak siap melakukan hubungan suami istri, aku bisa menunggu kok. Santai aja," ujar Reza menenangkan Dira yang terlihat amat gelisah saat mereka dalam perjalanan pulang dari bandara untuk mengantar rombongan ibunya."Bukan soal itu. Aku hanya kepikiran soal kita kedepannya. Aku nggak menyangka kita bisa melangkah sejauh ini," keluh gadis itu."Tidak apa-apa. Memang sudah jalannya begitu, yang penting kamu bisa menjalaninya dengan baik.""Aku nggak yakin." Tatapan Dira nampak kosong, meski di sepanjang perjalanan, nampak gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan angkuh, mengalahkan rumah-rumah petak di sekitarnya."Aku akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meyakinkan kamu. Yang penting kamu nggak menentang jalan yang sudah kita ambil. Ini hanya soal waktu, jadi kita kembalikan saja kepada waktu.""Kamu begitu yakin, Reza?""Tidak ada hal yang membuatku tidak yakin, karena kurasa yang ada dalam dirimu itu bukan cinta,

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Kamu Nggak Sendirian

    Bab 144Luka itu kembali terbuka. Dia tidak menyangka Rio dan Risty muncul, padahal gadis itu merasa tidak pernah mengundang kedua orang itu. Lalu siapa yang mengundangnya? Apakah Hanina?!"Kamu harus hadapi semuanya, Dira. Jangan menghindar terus, karena terapi yang paling baik buat kesembuhan hati kamu adalah bertemu dengan orang yang membuat hatimu sakit, walaupun mungkin di awal perih. Tapi percayalah, lukamu akan segera sembuh." Hanina berbisik, lalu dia segera undur dua langkah dan memberikan kesempatan kepada para undangan yang lain untuk bersalaman dengan Dira dan Reza.Lagi-lagi gadis itu mengangguk dan anggukan itu pula yang ia tunjukkan saat harus bersalaman dengan Rio dan Risty. Pria di samping Dira itu hanya tersenyum kecut manakala akhirnya bisa bertemu langsung dengan pria yang sangat dicintai oleh Dira.Tanpa sadar dia membandingkan antara ia dengan Rio. Dilihat dari postur tubuh, dia tidak kalah dengan Rio, sama-sama gagah dan tampan, meski tentu struktur wajah mereka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status