POV (3)Aldi terkesima melihat wanita yang dulu sempat ia kagumi, dari perkenalan singkat mereka." Najwa?" gumam Aldi. Najwa tampak anggun dengan penampilan nya. Dengan makeup yang tipis semakin membuat nya cantik.Aldi sempat bertemu dengan wanita itu, mereka berkenalan dari sosial media hingga bertemu satu bulan setelah perkenalan.Tapi setelah bertemu sekali. Najwa tidak pernah lagi menghubunginya, bahkan akun media sosialnya tidak aktif lagi.Beberapa kali Aldi mencoba mengirim pesan tapi nihil tak ada balasan. Bahkan di WhatsApp dia diblokir oleh Najwa.Kini mereka berpapasan dan saling pandang. Aldi sangat ingin menanyakan pada Najwa kenapa dulu ia seperti tiba-tiba menghilang.Akan tetapi Aldi merasa tidak etis menanyakan hal ini. Karena Najwa hanya masa lalu dan sekarang pun dia sudah menikah.Najwa juga tampak menghindari Aldi. Dan buru-buru berjalan masuk ke dalam kantor." Hei kenapa sih mandanginnya gitu banget, ingat istri di rumah!" kelakar Alfian dan menyenggol bahu A
PoV AldiDokter mulai mengoleskan seperti gel pada perut Silvi. Dan mulai memeriksa kandungannya menggunakan alat usg. Entah apa namanya aku tidak tahu.Sebagai suami aku di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan. Dokter menjelaskan jika kandungan Silvi sudah masuk 5 minggu. Raut wajah Silvi tampak bahagia dan tersenyum mendengar penjelasan Dokter obygin itu. Sedangkan perasaanku kacau, mai bahagia tapi aku ragu dengan siapa Ayah biologis dari janin yang ia kandung. Jelas aku mengetahui kecurangan Silvi yang tidur dengan mantannya di hotel. Tapi mereka melakukan hubungan beberapa hari yang lalu, lantas bisa langsung hamil?Apa itu benar anakku, atau Silvi pernah berhubungan dengan mantannya yang tidak aku ketahui. Pertanyaan beragam berkecamuk di pikiranku.***"Lihat Mas, calon anak kita!" ujar Silvi sambil terus memegang foto hasil usg tadi. Dia sangat excited. Aku tahu dia sangat senang karena berhasil membuatku susah lepas darinya, setelah ini aku akan sulit menceraikan Silvi
PoV (3)"Aku istrimu Mas. Bukan pencuri!" ujar Silvi yang tidak terima dengan sindiran suaminya. Aldi mengatakan pencuri itu bertujuan pasti untuk ia dan keluarganya."Mas, tolong pikirkan lagi. Aku sedang mengandung anakmu! Harusnya kamu mengutamakan aku, bukannya Mbak Rania!" "Aldi bersikap lah yang adil pada kami. Kamu itu suaminya Silvi, tidak selayaknya kamu memperlakukan istri dan keluarga istrimu seperti ini. Lupakan dan maafkanlah kejadian yang telah lalu, sekarang kamu harus fokus pada rumah tanggamu," ujar Irma pada menantunya, meminta Aldi agar bijaksana dan bersikap adil."Keputusanku sudah bukat, tidak ada biaya yang akan aku berikan pada pernikahan untuk Nadia. Jika dia ingin menikah, persiapkanlah dana sendiri!" Aldi kemudian bangkit dan meninggalkan mereka."Ingin Mama tampar suamimu itu, apa dia sudah tak punya rasa sungkan pada mertua. Sehingga tidak bisa menghormati Mama!" geram Irma."Sil, Mama tidak terima dengan keputusan Aldi. Kamu harus bisa membujuknya. Kasi
PoV (3)Najwa mengulas senyum ketika saksi berkata sah setelah Aldi mengucapkan ijab kabul. Bu Laras dan Rania tersenyum bahagia."Akhirnya kamu sah menjadi istri, Aldi!" ucap Ella pada adiknya.Najwa tersipu malu dan mencium punggung tangan pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. "Mas..! Aku tak menyetujui pernikahan kalian. Baru 1 tahun yang lalu kita berpisah, dan kamu secepat ini menikah lagi!" teriak Silvi.Ia berdiri di tengah-tengah keramaian, dan menjadi pusat perhatian para tamu undangan yang hadir di acara pernikahan mantan suaminya. "Kamu dan Aldi sudah resmi bercerai. mau dia cepat atau lambat menikah lagi, itu bukan urusanmu. Kalian tidak ada hubungan apapun!" ujar Ella. "Dasar licik, kamu kan mbak yang menjodohkan adikmu dengan Mas Aldi. Dari aku masih menjadi istri mas Aldi. Kamu yang sudah membuat mereka dekat, hingga Mas Aldi menceraikan aku!" tunjuk Silvi pada Ella."Mas Hanan, kamu kenapa tidak mencegah ini terjadi!" cecar Silvi pada Kakaknya. Namun Hanan ta
PoV (3)Perut Silvi sangat sakit dan terasa keram. Silvi merasa sangat takut.'Jangan sampai hal buruk terjadi pada kandunganku.' batinnya dan mengiggit bibir bawah menahan sakit yang hilang timbul dan semakin intens."Mama! Cepatlah cari pertolongan," Silvi merintih karena Irma masih sibuk memesan taksi online. Karena nomor Aldi tidak aktif. Mamanya sangat panik, dan kacau.Bu Laras dan Rania mendekat, mungkin ia juga mendengar rintihan Silvi yang menjerit kesakitan sedari tadi."Kenapa Sil?" tanya Rania ikut khawatir.'Ia ikut bertanya tentang kondisiku, dasar munafik. Padahal dia juga membenciku!' Silvi hanya bisa membatin dan memandang mereka sinis.Sakit tak tertahan lagi, perut Silvi amat terasa keram. Sepuluh kali lipat melebihi sakit menstruasi."Gimana Bu Irma, Aldi bisa di hubungi?" Bu Laras ikut bertanya."Aldi nomornya tidak aktif, sebentar lagi taksi online akan datang menjemput!" sahut Irma.**"Kami ikut!" pinta Rania. Ketika Silvi akan ke rumah sakit dengan sang Mama.
POV SilviDi saat aku sedang berbicara dengan Mama di kamarnya, kami mendengar suara deringan ponsel. Kurang ajar, ada yang berani menguping di kamar ini. "Untuk apa pisau?" bisikku."Kita habisi dia yang berani menguping!" jawab Mama."Mama jangan berbuat kriminal, aku gak berani!" aku bergidik ngeri mendengar rencana Mama. "Kamu jadi orang jangan pengecut! Kita harus tega dengan musuh!" ucap Mama padaku dengan suara yang penuh penekanan. Mama sendiri yang mengambil pisau itu di dalam tasnya. Aku tidak tahu jika mama selalu membawa pisau di tasnya. 'Mama seperti psikopat!' batinku.Pintu kamar mandi di buka Mama. Ternyata di dalam ada Mbak Rania yang sedang menguping pembicaraan kami. Mau apa dia, atau dia sudah curiga dengan kami. Cerdik juga dia, pasti mbak Rania sudah mendengar tentang keguguran yang sudah kualami kemarin. "O..Ow.. Ketahuan! Sedang apa kamu di sini Rania?" tanya Mama dengan suara penuh penekanan. Menakutkan, pasti mbak Rania sudah ketakutan dan gemetar sekaran
PoV AldiSudah habis kesabaranku. Kembali Silvi membuat berang, aku juga sudah curiga dengan kejadian kemarin. Ketika Silvi tak mau aku susul ke rumah sakit."Mbak Curiga dengan Silvi Kenapa dia tidak mau sama susul ke rumah sakit. Pasti ada yang ia sembunyikan darimu!" ujar Mbak Rania padaku, ketika Mama tidak lagi menghubungiku dan lebih memilih pulang sendiri.Padahal mereka kan selalu cari perhatian padaku, dan setelah pagi itu Mbak Rania sendiri yang menyelidiki tentang fakta yang disembunyikan oleh mereka. Benar saja Silvi sudah mengalami keguguran, janin yang ia kandung tidak terselamatkan. Sebenarnya aku juga cukup sedih dengan berita ini, jika memang benar janin itu adalah darah dagingku. Maka betapa kasihannya dia keluar sebelum waktunya. Tapi bagaimana lagi ini sudah sebuah takdir, yang tidak bisa kami elak.Mbak Rania mengirimkan rekaman video yang dengan suara Silvi dan Mamanya. Walaupun video itu tidak menyorot mereka dengan jelas, tetapi suara itu bisa cukup jelas aku
PoV SilviMobil Mas Aldi semakin menjauh dari pandanganku. Ia sudah menalakku dan proses perceraian sedang terjadi, hanya menjalani beberapa persidangan saja, aku akan resmi menjadi janda. Sungguh menyedihkan nasibku bukan? Kekayaan, hidup tanpa perlu kerja keras yang kuinginkan lenyap sudah, semua menguap begitu saja. Andai saja aku bisa bermain cerdik dan tidak ketahuan. Mungkin posisi ini yang akan di alami Mas Aldi beserta keluarganya.Aku memasuki rumah minimalis yang di sewakan oleh mas Aldi. Rumah yang tidak aku inginkan, sedangkan rumah orangtuaku saja sebelum di jual ada rumah yang cukup mewah. Tidak pernah aku tinggal di rumah yang kecil, hanya ada 2 kamar. "Nadia, itu kamar Mbak!" hardikku pada Nadia yang sedang menatap pakaiannya pada lemari yang sudah tersedia.Nadia menoleh, wajahnya berubah masam."Aku di kamar mana dong, Mbak? Kan cuma ada dua kamar, satu untuk mama!" ujarnya mendengkus kesal dan menghentikan aktivitas nya barusan."Kamu bisa tidur bersama mama, ka