Share

Ternyata Kamu yang Aku Cintai
Ternyata Kamu yang Aku Cintai
Penulis: Neng Anjar

Api Di Vila

"Sudah sampai, Pak," kata sopir taksi kepada Eddy yang saat ini sedang duduk melorot dan terkantuk-kantuk di kursi belakang.

Taksi ini ditumpangi Eddy sejak dia keluar dari bandara, karena dia merasa terlalu lelah dan malas untuk naik angkutan umum menuju vila warisan orangtuanya.

"Benarkah?" tanya Eddy sambil berusaha kembali menegakan tubuhnya.

"Iya, Pak, ini sesuai dengan alamat yang bapak kasih tadi," kata sopir taksi itu yakin.

"Baik, ini uangnya," kata Eddy sambil membayar sopir taksi sesuai perjanjian ketika mereka di bandara.

"Terima kasih, Pak," kata sopir taksi itu senang, karena mendapat bayaran yang lebih besar dari biasanya.

"Sama-sama," kata Eddy sambil keluar dari taksi dengan membawa kopernya.

Eddy memandang vila itu dengan perasaan aneh dan campur aduk. Dia lalu membuka kunci pintu gerbang yang mulai berkarat itu dengan sedikit tenaga ekstra.

Klik.

Eddy menghela nafas lega ketika gembok pintu gerbang itu sudah terbuka. Dengan tergesa dia memasuki vila karena hari sudah beranjak malam.

Cetak!

Eddy memencet saklar lampu vila perlahan tanpa terburu-buru. Dia memperhatikan sekeliling vila yang kini sudah terang benderang. 

Semua masih terlihat sama seperti bayangan rumah yang diingatnya ketika masih kecil, hanya saja sekarang ada sarang laba-laba di beberapa sudut namun, itu tidak mengurangi kehangatan yang mengalir di dalam hatinya 

Berbagai ingatan masa kecil yang tertinggal di vila itu mulai melintas seperti putaran film di dalam benaknya.

Kriieet!

Terdengar suara pintu yang sudah lama tidak terlumasi dengan baik ketika dia membuka pintu kamar yang dia ingat sebagai kamarnya di masa lalu.

Dia mengamati ruang kamar itu dengan perasaan tak menentu, ada banyak perubahan di kamarnya yang jauh sekali dari bayangannya selama ini.

Kamar itu rupanya telah diubah dan disesuaikan untuk orang dewasa. 

'Apakah mereka mengubahnya setelah mereka menemukan panti asuhan tempat Aku dibesarkan?' tanya Eddy dalam hati.

Bruk!

Eddy menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk yang kelihatannya masih baru dan belum pernah ditiduri itu.

"Tidak buruk!" gumam Eddy ketika tubuhnya merasakan kenyamanan dari kasur yang ditidurinya tersebut.

Tadinya Eddy berencana untuk menginap di rumah penginapan terdekat, karena khawatir vila itu tidak layak huni setelah sekian lama tidak ditinggali. 

Namun, setelah memperhatikan, semuanya baik-baik saja untuk ditinggali dan hanya butuh sedikit waktu untuk membersihkannya. 

Akhirnya Eddy pun memutuskan untuk bermalam di vila.

Eddy sibuk membersihkan vila sambil memeriksa semua ruangan di dalam vila. 

Sebelumnya dia pernah datang beberapa kali ke vila warisan orangtuanya ini bersama Guntur tapi dia masuk hanya sampai di ruang tamu saja, bahkan untuk tidur pun dia lebih memilih di ruang tamu. 

Entah mengapa Eddy merasa canggung sendiri ketika berada di vila milik orangtuanya yang juga merupakan rumah tempat tinggalnya sebelum tersesat dan terpisah dari kedua orangtuanya.

Sekarang Eddy mencoba untuk membiasakan diri tidur di kamarnya di vila karena Eddy yakin renovasi vila itu pasti akan memakan waktu yang tidak sebentar. 

Jadi, dari pada menyewa tempat tinggal sementara, tidur di dalam kamarnya di vila jauh lebih menghemat biaya dan waktu.

Setelah semuanya bersih, Eddy merasa sangat lelah sekali.

Dia membaringkan tubuhnya di kasur dengan harapan bisa secepatnya tertidur lelap.

Namun, sampai tengah malam dia tidak juga bisa tidur dengan nyenyak.

"Akh!" 

Eddy mengacak acak rambutnya sendiri dengan perasaan kesal, dipikirnya jika capek dia akan dapat tertidur pulas namun, yang terjadi malah sebaliknya. 

Walau tubuhnya merasa lelah, Eddy merasa matanya segar dan sama sekali tidak mengantuk.

Eddy akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sambil menunggu datangnya rasa kantuk. Dia keluar dari kamarnya dan mulai menyusuri kamar orangtua dan adiknya. 

Eddy menarik nafas untuk menenangkan jantung dan pikirannya, entah mengapa dia seperti masih merasakan kehadiran kedua orangtuanya di vila. 

Bahkan Shasha yang dulu masih bayi pun ada dalam bayangannya menjelma menjadi seorang gadis cantik seperti yang terpajang di foto dinding kamar adiknya tersebut.

Tanpa disadari oleh Eddy, dia sudah berada di luar vila dan sedang menyusuri taman. 

Walaupun malam hari, Eddy dapat melihat rumput yang mulai tumbuh tinggi mengitari tanaman bunga mawar yang diingatnya sebagai bunga kesukaan mendiang ibunya.

Tiba-tiba Eddy menghentikan langkahnya dan mengerutkan alis. 

Dia melihat ada pendaran sinar yang kuat  berwarna kuning keemasan dari si jago merah. 

Sinar itu menyeruak di antara pepohonan dan di antara celah dedaunan.

'Apakah itu kebakaran? tapi siapa yang sengaja menyalakan api di dalam vila kosong ini?' pikir Eddy merasa aneh.

Eddy memutuskan untuk mendekat ke arah cahaya api dengan penuh rasa ingin tahu.

Dia khawatir api tersebut menjadi tak terkendali jika dibiarkan menyala di antara semak belukar.

Bukankah itu yang sering diberitakan di televisi sebagai biang keladi alasan penyebab terjadinya kebakaran lahan yang  biasa terjadi selama ini?

Srek! 

Eddy menyibak semak-semak yang menjadi penghalang di depannya. 

Dia membelalakkan mata dan menghentikan langkahnya ketika melihat sebuah pondok kecil di balik semak belukar.

Di luar pondok Eddy melihat tumpukan sampah yang menggunung sedang dibakar. 

'Aneh, siapa yang tinggal di pondok kecil ini?' tanya Eddy dalam hati. 

Dia lalu mendekati pondok tersebut dengan hati-hati dan waspada.

Jelas Eddy merasa harus waspada karena bagaimanapun tidak ada yang tahu siapa yang telah sembarangan memasuki kawasan vila warisan orangtuanya tanpa izin, bisa saja itu penjahat yang sedang melarikan diri dari tahanan.

'Aku ingat, dalam denah vila memang ada sebuah pondokan kecil tempat tinggal sopir pribadi papah, tapi sopir itu juga sudah meninggal saat terjadinya kecelakaan beruntun, lalu … siapa orang yang menghuni pondok itu sekarang?' pikir Eddy dengan perasaan was-was.

Satu hal yang saat ini ada dalam pikiran Eddy, orang yang menghuni pondok itu sekarang kalau bukan penjahat pasti seorang tuna wisma yang tidak punya tempat tinggal tetap.

'Mungkin karena melihat vila ini kosong, dia berpikir bisa tinggal dengan seenaknya tanpa izin,' cibir Eddy sinis.

Dengan hati-hati dia melangkahkan kaki mendekati pintu pondok yang saat ini seharusnya sepi dan gelap karena sudah lama di tinggalkan oleh pemiliknya.

Eddy melihat cahaya keemasan berpendar sangat lemah dan berkedip beberapa kali dari sela pintu pondok.

'Sepertinya itu adalah cahaya lilin,' tebak Eddy dalam hati sambil berdiri di depan pintu pondok dan menatapnya rumit.

'Tidak salah lagi, di dalam pondok ini pasti ada orangnya,' pikir Eddy dengan sikap waspada.

Dia merasa dilema apakah harus memanggil pihak yang berwajib atau menangani si penyusup gelap di pondok kecil itu sendiri.

'Apakah Aku dobrak saja pintunya sekarang? Tapi bagaimana kalau ternyata yang ada di dalam pondok ini adalah komplotan penjahat yang sedang melarikan diri dari tahanan?' pikir Eddy cemas

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status