Eddy merasa lega ketika melihat Milla kembali fokus pada pekerjaannya bersama tukang taman di taman vila. Dia melempar alat pemukul lalat, lalu terduduk dengan lemas di kursi sofa ruang tamu yang tertutup tirai. Dia benar-benar merasa seperti orang bodoh, bahkan anak remaja pun jika jatuh cinta tidak akan sebodoh ini. Eddy merasa kesal atas kepengecutan dirinya dalam mengungkapkan isi hati. Dia selalu merasa berada di bawah bayang-bayang masa lalunya yang kelam. Perasaan ditinggalkan oleh orang-orang tersayang ketika dia menunggu dengan hati berbunga-bunga itu benar-benar sangat menyakitkan. Eddy masih ingat bagaimana dia menantikan kedatangan keluarganya yang katanya akan menjemputnya. Di depan pintu gerbang asrama yatim piatu. Saat itu dia menunggu dengan hati berdebar dan gelisah, membayangkan akan seperti apa pertemuan mereka setelah belasan tahun berpisah? Namun, hingga malam keluarganya tidak juga kunjung tiba hanya kabar mengejutkan yang sampai kepadanya bahwa mereka telah
Sudah sebulan ini Milla sibuk menyelesaikan bagian luar vila mencangkup perbaikan taman dan penataan halaman. Tidak jarang dia harus kepanasan dan terbakar matahari saat mengawasi para tukang bekerja. Sampai sejauh ini tidak ada bayangan Eddy di mana pun, seolah pria itu menghilang ditelan bumi. Milla sendiri merasa enggan untuk mencarinya di vila, entah mengapa walau dia penasaran ingin tahu dimana Eddy namun, dia merasa sungkan untuk terang-terangan mencarinya ke vila. Milla merasa Eddy seperti menghindarinya, kadang dia menepis perasaan itu dan berpikir mungkin itu hanyalah perasaannya saja. Namun, hingga sebulan waktu berlalu, gadis itu tidak lagi melihat Eddy di manapun, bahkan bayangannya juga tidak dilihatnya. Entah dimana Eddy sekarang. Apakah ada di vila atau sedang keluar, Milla benar-benar tidak tahu. "Jangan-jangan Dia benar-benar menghindari Aku," gumam Milla gelisah. Gadis itu tampak mondar mandir seperti orang linglung di taman, beruntung para tukang sedang sibuk h
Milla menengadahkan kepalanya ke atas langit untuk menahan agar air matanya tidak sampai jatuh. Dia membalikkan badannya membelakangi tukang taman dan berusaha mengembalikan emosinya agar tetap stabil seperti sedia kala. Panas sang Surya menerpa wajahnya, Milla memejamkan matanya untuk membendung air mata sekaligus menghindar dari rasa silau yang melandanya ketika dia menengadahkan wajah. "Apa yang Aku lakukan ini? Seharusnya Aku tidak boleh membiarkan perasaan yang tidak semestinya berkembang dengan subur," gumam Milla galau. Milla merasa anak sopir seperti dirinya sangat tidak layak mengharapkan cinta anak majikannya, walaupun banyak sekali dongeng dan novel yang menceritakan bagaimana seorang anak pembantu dan majikan saling jatuh cinta hingga menikah. Namun, kenyataannya tidaklah seindah itu. Seorang anak majikan tetap akan mencari calon yang sesuai untuk dirinya sendiri dengan melihat dari segi bobot, bibit, bebet nya seorang wanita. Milla benar-benar merasa sangat pesimis j
Eddy makan dengan lahap hingga kenyang. Dia benar-benar merasa kelaparan setelah sibuk memasang wallpaper. Dia melihat sekeliling dapur sambil berpikir wallpaper apa yang cocok untuk di tempel di dapur. Sebelumnya dia memikirkan kegemaran Milla akan rumput dan tanpa sadar memesan wallpaper dengan motif rumput yang menghijau. Sekarang dia jadi bingung di mana bagusnya wallpaper rumput itu dipasang? Satu-satunya tempat yang tepat adalah dapur. Kalau di pasang di ruang tamu jelas tidak akan cocok apalagi jika dipasang di dalam kamar. "Tapi kenapa juga Aku memilih wallpaper rumput hanya karena Milla menyukainya? Vila ini kan bukannya Dia yang akan menempati," gumam Eddy bingung. "Kecuali kalau Dia mau menikah denganku, mungkin saja rumah ini kami yang akan menempati dan tidak akan Aku jual, karena sepertinya Milla sangat menyukai vila ini," kata Eddy lagi sambil tersenyum mengusap dagunya. Eddy memang setengah hati dalam menawarkan vila warisan orang tuanya kepada pembeli. Sebab, e
"Apakah Aku sebaiknya menemui Eddy sekarang?" gumamnya sambil melamun. Dia duduk di kursi taman dengan berbagai macam pikiran yang tidak menentu. Satu sisi hatinya menyuruh untuk mengungkapkan saja apa yang menjadi kerisauan di hatinya kepada Eddy sedang di sisi lainnya mencegah untuk melakukan hal tersebut dengan alasan harga diri sebagai seorang wanita. Apalagi dia baru saja menceritakan pengalaman pahitnya bersama sang mantan pacar. Kalau saat ini dia mengaku jatuh cinta pada Eddy, pria itu pasti akan menganggapnya aneh dan terlalu cepat jatuh cinta. "Apa yang harus Aku lakukan?" gumam Milla sedih. Dia merasa dirinya tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian, apalagi saat melihat sikap Eddy cenderung menghindar darinya. Itu sungguh membuatnya merasa sangat tertekan daripada jika Eddy bersikap biasa saja ketika bertemu dengannya. Entah mengapa Milla jadi merasa bersalah kepada Eddy. Sementara Eddy yang kembali sibuk memasang wallpaper sedang berusaha memindahkan lemari hias y
Mereka saling pandang dan membisu, ada percikan cinta di sana, yang membuat keduanya sama-sama salah tingkah dan malu .... Milla merasa canggung ketika menyadari Eddy sedang bertelanjang dada. Baru kali ini Milla melihat Eddy dalam kondisi bertelanjang dada dan memamerkan tubuhnya yang padat berisi di tempat yang tepat dilengkapi dengan perutnya yang sixpack. Eddy sendiri seolah tidak menyadari pandangan Milla terhadap dirinya. Buatnya apa yang dia tampilkan saat ini bukanlah suatu hal yang vulgar. Bukankah di kolam renang malah lebih parah dari ini? Jadi dia sama sekali tidak menyadari dari mana datangnya rasa gugup gadis yang saat ini ada di hadapannya. "Ada apa, Milla?" tanya Eddy tanpa sadar terdengar memanjakan. "Kamu ... mengapa Kamu tidak memakai baju?" tanya Milla dengan pipi bersemu merah dan malu-malu. Milla merasa ingin menampar wajahnya sendiri, karena menanyakan hal yang seharusnya tidak dia tanyakan. Eddy pasti akan menggodanya habis-habisan gara-gara pertanyaann
Milla mengangkat wajahnya menatap ke arah belakang Eddy, melalui sudut matanya dia memindai ruangan itu kalau-kalau ada seseorang yang sedang bersembunyi di sana. Lalu dia menatap pemuda di hadapannya itu dengan ragu. Mengapa Milla merasa seperti ada yang disembunyikan oleh Eddy darinya? Mengapa kalau biasanya dia langsung dipersilakan untuk masuk ke dalam sekarang malah seperti dihalang-halangi? Kalau memang tidak ada yang disembunyikan oleh Eddy lalu apa alasannya bersikap seperti ini? Apakah karena dia telah mengetahui kalau dirinya telah jatuh cinta kepadanya? Milla memikirkan semua kemungkinan yang bisa dia pikirkan namun, tidak juga menemukan jawabannya. Kemudian gadis itu menggigit bibirnya erat sampai pada keputusan sepertinya dia memang harus mundur dari proyek ini .... Milla menghela napas berat, gadis itu meminta maaf kepada almarhumah sahabatnya karena tidak dapat membantunya mempertahankan vila ini. Tadinya dia berpikir dengan membantu merenovasi vila, pelan-p
"Oh, maaf," kata Eddy dengan cepat menggeser tubuhnya Di dalam hati dia merasa deg-degan dan takut kalau-kalau gadis di hadapannya ini akan marah dan merajuk jika melihat dia sudah memasang wallpaper duluan tanpa merundingkan terlebih dahulu dengannya. Milla merasa lega ketika melihat Eddy telah menggeser tubuhnya dan tanpa ba-bi-bu lagi dia langsung masuk ke dalam vila tersebut. Namun, apa yang dilihatnya di dalam rumah saat ini sungguh membuatnya heran dan terkejut. Milla tertegun ketika masuk ke dalam vila dan melihat bagian dalam vila yang berantakan, semua perabotan telah bergeser dari tempatnya. Dia berbalik menatap Eddy seolah bertanya, apa yang sedang terjadi di sini? Yang ditatap hanya menggaruk kepalanya malu-malu. "Maaf ini berantakan sekali," kata Eddy jadi merasa tidak enak hati. Milla kembali berbalik dan memindai semua ruang keluarga membuat Eddy yang ada di belakangnya berdebar cemas dan tidak tahu harus berbuat apa. "A-Aku bisa menjelaskan kepadamu," kata Eddy