Share

bab 4

Author: Kay
last update Last Updated: 2024-04-23 00:38:08

Hannah berdiri di depan rumah mewah yang terkunci dengan rantai. Merasa heran karena tak biasanya begitu.

"Kemana mereka?" gumam gadis itu merasa heran.

Pagi ini, setelah sarapan, Hannah langsung mendatangi rumah ayahnya. Untuk menuntut penjelasan karena keluarganya malah pergi dan meninggalkannya di pernikahan.

Ia merasa kecewa, marah, ditipu, dan dihianati, oleh orang yang paling dipercaya dan dia sayangi. Ayahnya, Haidar Arandt.

"Apa mereka sengaja pergi, untuk menghindar?" gumam Hannah menggoncang pagar besi yang kokoh dan tak bergeming itu.

"Teganya mereka."

Hannah berpikir, dimana mungkin ia bisa bertemu dengan ayahnya.

"Kantor, iya, ayah pasti ada di Arandt id."

Hannah mengayunkan kakinya, melangkah ke tujuan selanjutnya. Kantor tempat ayahnya bekerja.

Sesampainya di kantor, Hannah langsung ke resepsionis.

"Pagi," sapanya.

"Selamat pagi, selamat datang di Arandt id." Wanita berbaju formal menyapa dengan ramah.

"Saya Hannah, ingin bertemu dengan ayah, maksud saya, pak Haidar Arandt."

"Nona Hannah?"

Hannah mengangguk dengan senyuman.

"Maaf, nona Hannah, pak Haidar sedang pergi ke luar kota."

"Apa? Ke luar kota? Di saat begini?" Hannah heran karena saat ini kondisi perusahaan sedang diambang kebangkrutan.

"Ada banyak klien dan orang penting yang harus ditemui, nona." Wanita itu menjawab lugas. Namun, hanya terdengar alasan bagi Hannah.

Merasa ayahnya begitu kejam meninggalkan dirinya sendiri. "Kapan dia kembali?"

Wanita berbaju formal di depan hanya menggeleng. "Saya tak yakin."

Hannah menghembus napas kesal. Kemana lagi ia harus mencari ayahnya? Atau, mungkin mama Jeslyn.

Dengan langkah lemas, Hannah menghubungi saudara mama Jeslyn satu persatu. Bahkan keluarga dari Haidar pun tak luput darinya. Dan jawabannya? Mereka kompak menjawab tidak tau.

Ditengah kekecewaan yang sudah menggunung, Hannah hanya bisa melalui ini sendiri. Membuang keluarganya seperti yang mereka lakukan.

Saat Hannah sampai di foodtruk nya, sudah menjelang siang. Dan satu hal yang membuatnya terkejut, seorang pria sudah duduk di salah bangku kafe nya.

*_*

"Hannah, siapa yang di sana?"

June, teman Hannah terheran melihat seorang pria tampan yang mengenakan topeng di sebagian wajahnya duduk di salah satu bangku samping kiri foodtruk.

"Itu, Alby, dari keluarga Klien."

Wajah June terkejut tak percaya.

"Benarkah?"

Hannah mengangguk.

"Bukankah Tuan muda Alby tak pernah mau berinteraksi dengan orang lain? Apa topeng itu untuk menutupi luka di wajahnya?"

Hannah menoleh pada gadis cantik berambut pirang dan bergelombang itu.

"Kamu tau banyak, ya?"

"Iyalah, siapa yang tak tau keluarga Klien." June berucap dengan semangat."Tapi kenapa dia disini?" sambungnya bertanya dengan antusias.

"Dia suamiku sekarang," jawab Hannah malas.

"Apa?" Mata june membulat melebar. Mengguncang lengan Hannah."Benarkah? Kapan?"

Belum mendapat jawaban, mulut june sudah membola,"Apa kemarin saat kamu bilang mau menghadiri acara pernikahan adikmu? Jadi kamu yang menikah?"

"Pelankan suaramu, June." Hannah menarik tangannya menjauh. Merasa tak enak jika Alby mendengar pembicaraan mereka. June menutup mulutnya cepat,"sorry."

"Jadi adikmu yang licik itu menjebakmu?" tanya June berbisik, dan masih pernasaran.

Hannah menghela napas dalam, "kita bekerja, saja. Tak usah membicarakan hal ini," tukasnya berjalan menjauh. Menghampiri beberapa pengunjung yang baru datang. Dengan ramah dan penuh senyum, Hannah melayani. Tanpa ia sadari, di sudut sana, Alby memperhatikannya. Dan June melihat itu, menyipitkan sebelah matanya.

*_*

"Ini." Hannah meletakkan segelas kopi di depan meja Alby.

"Setelah lima jam lebih, aku baru dapat segelas kopi," celetuk Alby terdengar menyindir. Hannah tertawa tanpa suara.

"Tuan muda tidak memesan, jadi kupikir hanya ingin duduk-duduk saja," ucap Hannah duduk di depan Alby.

"Sepertinya, teman-teman mu merasa risih aku di sini." Alby melihat sekeliling. Beberapa pengunjung terlihat melihat ke arahnya, begitu juga dengan pekerja di foodtruk, yang lalu pura-pura mengalihkan pandangan. "Apa kamu juga?" tanyanya berganti melihat Hannah.

Hannah tersenyum tipis, menatap lelaki yang menutupi sebagian wajahnya yang terluka bekas kebakaran beberapa tahun silam. Ia juga merasa iba walau ada sedikit rasa jengkel dengan lelaki ini.

"Tidak." Hannah menggeleng, lalu melihat ke sekitar juga,"Kurasa mereka juga tidak terganggu, hanya penasaran saja."

"Penasaran?"

Hannah mengangguk seraya memandang Alby,"heemm."

"Kenapa?"

"Tidak ada seorangpun yang memakai topeng dan hanya duduk diam di sini. Jadi, mereka merasa kamu sangat misterius dan menarik."

Alby tersenyum kecut.

"Apa selama ini kamu hanya mengurung diri di rumah?"

"Kenapa?"

"Hanya bertanya, jika tak mau menjawab juga tak apa."

"Iya." Alby menjawab setelah beberapa saat terdiam.

Hannah tersenyum, "Bagaimana rasanya berada di luar sekarang?"

"Tidak buruk."

"Kenapa tidak mau ikut kakek JM?"

"Buruk."

Hannah tertawa lagi, Alby meliriknya. Rasanya aneh. Aneh, setiap kali melihat gadis ini tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Suamiku Tampan   bab 17

    Bab 16 Malam ini, Alby merasa sangat lelah. Persiapan launching projek yang dia kerjakan sangatlah menyita banyak waktu dan tenaganya. Saat pulang, ia pikir Hannah sudah tidur, bertemu dengan Morgan hanya menambah buruk suasana hatinya. "Istrimu cantik sekali malam ini." Alby meliriknya dingin. "Tadi aku mau mengajaknya minum kopi, tapi dia lebih suka mencari angin di atas sana." "Apa maksudmu?" "Lain kali tidak apa-apa, kan kalau kami sedikit mengakrabkan diri? Minum teh misalnya." "Lantas? Kau mau merayunya seperti Ivana?" sindir Alby. "Boleh?" "Dia tidak akan tergoda!" "Berarti boleh, kan?" tantang Morgan membangkitkan amarah dan cemburu di dada Alby. "Dia menolak karena kamu sudah pulang, lain kali pulanglah lebih larut agar kami bisa menikmati teh bersama..." Alby mencengkram kerah leher depan Morgan menatapnya dengan penuh amarah. "Jangan sampai aku melihatnya, Morgan!" Mata Alby yang tajam menusuk mata Morgan. Memberi peringatan pada sepupunya sendir

  • Ternyata Suamiku Tampan   bab 16

    Bab 15 "Apa yang kau lakukan?" "Ma-maaf! aku tidak. bermaksud... A-aku hanya..." Hannah menjadi gugup dan takut. Wajah Alby terlihat sangat menyeramkan. "Maaf, aku sudah..." Alby melepaskan tangan Hannah dan lekas berbalik membelakangi. Meninggalkan rasa sesak dan sesal di dada Hanah. "Alby, dia pasti marah aku sudah melewati batas privasi. Bodoh sekali, Hannah!" umpat Hanah dalam hati meruntuki diri. "Alby, maafkan aku. Aku tak bermaksud mengganggu privasimu." "Tidur!" "Aku pikir aku ini istrimu." Alby berbalik lagi, "Lalu?" Hannah gentar, merasa ciut Dengan tatapan mata Alby yang tajam. "Kau pikir kau istriku, lalu apa?" "Tidak apa-apa jika, aku melihat lukamu." Alby tersenyum, lalu menyeringai menyeramkan, membuat Hannah takut dan gentar.

  • Ternyata Suamiku Tampan   bab 15

    Hannah menatap wajah pria bertopeng di hadapan yang terlihat gelisah melihat senyumannya yang memudar. "Kamu nggak suka?" Hannah menggeleng pelan, "Ini terlalu berlebihan Alby. Apa aku pantas menerimanya? Ini terlalu indah." Alby merasa lega, ia pikir Hannah tak suka. "Akan kupakaikan untukmu," ucap Alby mengambil kotak kalung dari tangan Hannah lalu berdiri, "Ini terlihat mahal." Alby tersenyum mengeluarkan kalung dari kotak, "Ini memang mahal, jadi kamu harus memakainya," ucap Alby memutari sampai ke belakang Hannah. Hannah menyatukan rambutnya yang tergerai dan menyibak ke samping agar Alby lebih mudah memasangkan di lehernya. Rasanya jantung Hannah berdebar kencang saat Alby memasangkan kalung itu di sana. Dan tubuh Hannah menegang kala merasakan kecupan di tengkuknya. Ya Alby mendaratkan bibirnya di sana untuk sesaat. Membawa sengatan panjang di tubuh Hannah. "Alby..." ucap Hannah dengan napas yang

  • Ternyata Suamiku Tampan   bab 14

    "Tuan Alby! Awas!" seru manager perencanaan yang menyertainya kala itu menarik tubuh Alby menjauh sampai tersungkur. Beruntung papan kayu yang lepas beserta longsong besi yang jatuh tak mengenai tubuh mereka. Tepat di depan mata benda-benda berbahaya itu mendarat.Jantung Alby berdetak kencang karena merasa nyaris celaka, napasnya pun naik turun karenanya."Tuan Alby anda baik-baik saja?" tanya manager perencanaan yang tadi menyelamatkan dirinya, dengan nada khawatir."Iya aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu," angguk Alby melihat ke atas."Saya juga baik-baik saja. Syukurlah. Astaga! Bagaimana bisa ada benda berbahaya begini jatuh?" ucapnya diselingi gerutu, melihat ke atas juga."Apa kalian baik-baik saja?" Beberapa orang pekerja kuli mendekat dengan gelisah. Karena takut jika sampai kehilangan pekerjaan, lebih parah jika diminta ganti rugi."Kenapa bisa sampai ada yang jatuh? Bagaimana kalian bekerja." Manager perencanaan marah menunjuk-nunjuk pekerja yang menunduk lemas."Maaf,

  • Ternyata Suamiku Tampan   bab 13 a

    "Tapi, bisa kamu lihat, kan? Hannah sekarang baik-baik saja. Kenapa tidak lebih memperhatikan Hannah saja dari pada sibuk mencari pelaku yang tak jelas dimana!" sanggah Joana"Ah, kenapa bibi sepertinya takut jika kami menyelidiki kasus ini. Apa jangan-jangan, bibikah yang mencoba mencelakai Hannah," sindir Irene dengan senyum di wajahnya."Tutup mulutmu! Jangan menuduh tanpa bukti." Dan ini membuat Joana meradang."Akan segera kami dapatkan buktinya, bi!""Kau! Aku pasti akan menuntut mu jika kamu bahkan tidak bisa membuktikan apapun!" sergah Joana semakin marah."Sudah cukup!" Kakek JM menengahi.Menatap Joana dan Irene bergantian. "Kenapa kalian malah bertengkar di depan wajahku!"Semua diam, bahkan Morgan pun tak mengatakan apapun, juga suami Irene, Roky yang mengusap lengan istrinya yang sudah beremosi."Aku akan nyuruh orang untuk mencari tau siapa pelakunya. Selama itu, sebaiknya kalian berdamai. Aku harap ini hanyalah penyerempetan orang lain, dan tidak ada keluarga yang terli

  • Ternyata Suamiku Tampan   bab 12

    "Hannah!"Suara pekikan Amy di susul suara keras, dan mobil yang berlari begitu saja meninggalkan Hannah yang tergeletak di atas aspal jalan."Hannah!"Alby berlari mendekat, wajah yang takut akan kehilangan terlihat jelas di sana. Melihat wanita yang mulai masuk ke dalam hidupnya tak bergerak membuat Alby luruh dan takut yang dahsyat."Jangan sentuh!" larang Josep ketika Alby mendekat hendak menyentuh tubuh Hannah."Biarkan di sana! Aku akan memanggil petugas medis dan polisi," lanjut Josep.Alby mengerti maksud Josep, dalam kecelakaan memang tidak di sarankan memindahkan korban. Karena mungkin bisa berakibat fatal jika salah dalam pertolongan pertama. Alby merendahkan tubuhnya sampai di dekat wajah Hannah."A-apa yang kamu rasakan?" tanyanya terbata.Beberapa orang tampak berkerumun, sebagian ada yang membantu mengatur lalulintas agar tidak macet dan menjaga korban tetap ditempatnya. Agar tidak terjadi luka yang lebih parah jika dipindahkan."Hannah, apa yang kamu rasakan? Katakan,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status