แชร์

Bab 3 Bos Baru

ผู้เขียน: Nona Enci
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-15 23:11:53

Keesokan paginya.

Hari libur untuk bersantai-santai? Oh tentu tidak. Hal itu tak berlaku bagi Jenna. Libur diharuskan tetap bekerja. Bukankah Jenna sudah seperti budak korporat?

"Ibu ke mana?" tanya Jenna kepada Zio yang tengah menonton televisi.

Zio menoleh sebentar. "Nggak tau. Tadi ke depan. Mungkin lagi cari sayuran."

"Ya udah. Kalau Ibu nanyain, bilang aja Kak Jenna udah berangkat kerja."

Zio hanya menganggukkan kepalanya dan menjawab iya.

Jenna pun berusaha mengeluarkan motornya dari bagasi dan melihat gerbang rumah sudah terbuka lebar. Syukurlah ia tidak harus bersusah payah membuka gerbang itu, sebab di rumahnya tidak ada satpam.

"Astaga!" ujar Jenna benar-benar terkejut.

Kalian tahu? Saat ia berhasil menjalankan motornya sampai depan rumah, betapa kagetnya melihat sang Ibu sedang mengobrol dengan Kendrick. Catat, Kendrick! Bosnya sendiri.

"Nah, itu Jenna. Anaknya memang gila kerja. Nggak heran hari libur aja dia masuk," ucap Rani ketika sang anak berhenti di hadapan ia dan Kendrick.

Meski kepalanya sudah tertutup helm, tetapi samar-samar Jenna dapat mendengar ucapan sang Ibu yang menyebalkan itu. Tunggu, jangan-jangan mereka sedang bergosip tentang dirinya?

"Ibu ngapain di sini?" tanya Jenna sedikit kesal.

"Nunggu tukang sayur." Ia pun menatap Jenna dari atas hingga bawah. "Jam segini sudah rapi. Rajin sekali kamu kerja di hari Minggu," nyinyirnya.

"Namanya juga tuntutan pekerjaan, Bu," balas Jenna ala kadarnya.

"Bos kamu itu sudah keterlaluan, Jenna. Hari libur, masih saja digunakan untuk bekerja."

Kemudian wanita itu melirik ke arah Kendrick. "Pindah saja kamu ke perusahaan Ken. Lihat. Ken pasti lebih berperikemanusiaan dengan karyawannya sendiri. Betul, 'kan, Nak Ken?"

"Hah-? Oh, iya, Bu." Kendrick bingung sendiri harus menjawab apa.

Matanya lalu tertuju pada Jenna. Ia memandang perempuan itu tidak biasa. Jenna memang seunik itu orangnya, ya? Rasanya ingin tertawa melihat lipstick belopatan di bibirnya.

"Tuh, cepat kasih lamaran kamu ke Ken," suruh sang Ibu.

Jenna membuang wajah ke arah lain. Ibunya itu selain cerewet, ia juga suka ngatur-ngatur tidak jelas. Belum tahu saja wanita itu bahwa pria di depannya adalah Bos sang anak yang ia bilang tidak berperikemanusiaan itu.

Lagipula, untuk apa Kendrick di sini? Mengobrol tidak jelas di depan rumah. Seperti tukang gosip saja. Ah, apa itu keahlian yang tersembunyi?

"Ah, Ibu sampai lupa kalau hari ini tukang sayurnya mangkal di rumah Bu RT. Kalau gitu Ibu pamit dulu Nak, Ken." Kemudian pandangannya beralih pada sang anak. "Dan kamu Jenna. Sana berangkat kerja."

Setelah mengatakan itu, Rani langsung pergi dan meninggalkan dua anak muda yang sudah tidak muda tersebut.

"Jenna." Kendrick membuka suara kala perempuan itu hendak pergi. Menatapnya dengan seksama. "Di rumah kamu nggak ada kaca?"

Keningnya mengerut. Jenna sontak menatap pria di depannya dengan pandangan bingung.

"Bibir kamu. Jelek."

Mendengar itu mata Jenna langsung membulat sempurna. Tangannya hendak menampar mulut sialan Kendrick, tetapi berhasil ia tahan. Sabar Jenna, batinnya.

"Terima kasih atas pujiannya, Pak." Jenna tersenyum paksa. Masih belum sadar dengan lipsticknya yang ke mana-mana.

Sayangnya ekspresi Kendrick membuat Jenna naik darah. Pria itu bahkan memberi kode kepada Jenna agar dirinya melihat ke arah spion motor.

Setelah menerima instruksi tersebut, betapa terkejutnya ia melihat lipstik tersebut melenceng jauh. Refleks tangannya menutupi bibir tersebut. Memalukan sekali. Kenapa sang adik bahkan ibunya tidak berkomentar? Ah, sial.

"Nggak usah ditutup. Saya nggak tertarik sama bibir kamu," ucap Kendrick dengan mulut entengnya. Setelah itu, ia pergi dengan mobil mahalnya.

Jenna yang melihat itu langsung berdecak sebal. Ia mengambil tisu basah di tasnya dan merapikan bibir berantakan tadi. Kemudian menjalankan sepeda motornya dengan mood buruk di pagi hari.

-Skip di kantor.

"Jenna, kebetulan kamu datang. Aku nitip dokumen ini, ya. Tolong antar ke ruang meeting," ujar Karin tampak sibuk di awal jam kerja.

Ia pun menerima dokumen itu. "Hari ini ada meeting?"

"Iya. Meeting sama Bos baru, Pak Kendrick."

Plot twist macam apa ini? Tidak. Jenna belum siap bertemu pria itu di kantor.

"Bukannya hari Senin, Mbak?" tanya Jenna. Mengapa jadwal tiba-tiba berubah?

"Pak Direktur mau pergi, Jen. Makanya peralihan jabatan dimanjuin hari ini," jelas Karin.

Perempuan itu menambahkan, "Oh, iya. Kamu ikut, ya. Perwakilan divisi kalian. Mas Henry nggak masuk, anaknya sakit."

"Tapi, Mbak—"

"Udah, nggak ada tapi-tapian." Perempuan itu melirik jam di pergelangan tangannya. "10 menit lagi meeting dimulai, jangan lupa."

Usai kepergian Karin, yang Jenna lakukan hanya melamun dan menatap dokumen di tangannya dengan pandangan lesu.

Bisakah sehari saja ia bertukar tubuh dengan orang lain? Sungguh, ia belum siap melihat Kendrick sebagai Bos barunya.

*Sepuluh menit pun berlalu.

Saat ini ruang meeting terasa lebih mencekam dari biasanya. Jenna hanya bisa menundukan kepalanya seraya menunggu kedatangan Kendrick.

Namun, tiba-tiba semua orang berdiri dan menyapa si Direktur baru tersebut.

"Selamat pagi Pak," sapa semua orang termasuk Jenna.

Jenna tidak melihat Kendrick, sampai akhirnya mereka kembali duduk dan tanpa perempuan itu sadari, Kendrick tengah memperhatikannya.

"Jenna," panggil Karin mnegur Jenna karena bersikap tidak sopan saat meeting. "Jangan nunduk."

Catat, ini pertama kalinya ia meeting dengan perasaan hampir mati. Benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana.

"Jenna ...?" Suara itu milik Kendrick. Sial. Pria itu berhasil mengenalinya.

Dengan setengah gugup Jenna mengangkat kepalanya dan tersenyum canggung kepada sang atasan yang tidak lain adalah tetangganya sendiri.

"Pak," sapa Jenna dengan raut wajah seperti orang yang tertangkap basah.

Kendrick memandang tidak percaya atas apa yang ia lihat sekarang. Ia bahkan menatap Jenna dengan sorot mata tajam.

"Ternyata kantor ini yang nggak berperikemanusiaan sama kamu sampai hari Minggu aja harus kerja?" sindir Kendrick tidak lepas dari Jenna.

Semua orang yang mendengar itu langsung memandang aneh. Apakah Jenna pernah menyinggung perasaan Direktur barunya?

Buru-buru Jenna menggeleng kuat. Ia bahkan memandang rekannya satu per satu karena takut kesalahpahaman terjadi.

"Nggak, Pak. Ini bukan kesalahan kantor. Saya sendiri yang mengajukan diri masuk di hari weekend," jelas Jenna dengan sepenuh hati.

Pria itu tidak bereaksi apa pun, sampai akhirnya ....

"Setelah selesai meeting, ikut ke ruangan saya." Kendrick langsung memutus kontak mata dengan Jenna.

Dengan gerakan pelan, Jenna menganggukkan kepalanya sambil memikirkan nasib dirinya nanti.

Jenna terus berperang dengan pikirannya sendiri. Tidak mungkin. Kendrick pasti mengerti kenapa sang Ibu bilang bahwa kantor tidak berperikemanusiaan pada karyawan, ia pun sudah menjelaskan tadi bahwa itu kemauan diri sendiri. Mungkinkah pria yang tengah memimpin rampat itu hendak memberi peringatan?

Atau ....

Pria itu langsung memecatnya tanpa belas kasihan?

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Ternyata Tetangga Itu, Bosku!    Bab 5 Hamil

    Tiba saatnya di mana Ken berhadapan langsung dengan sang Kakek. Selepas kejadian di perusahaan tadi, ia terpaksa menemui si pria tua itu yang selalu saja memaksanya untuk menikah."Gimana, Ken? Kapan kamu bawa perempuan itu ke rumah?" tanya sang Kakek sudah seperti menuntut saja.Ken yang duduk di sofa ruang tamu itu langsung menarik napas panjang. Andai Jenna tidak asal bicara di depan Naomi, pasti si cerewet Naomi tidak akan mengadu seperti ini. "Itu cuma salah paham, Kek," jawab Ken memandang serius sang Kakek."Salah paham gimana? Naomi bilang perempuan itu sedang hamil. Kamu jangan lari dari tanggung jawab, Ken," ucapnya dengan tegas.Pria itu memejamkan matanya sebentar. "Ken nggak bohong. Itu cuma salah paham. Perempuan yang Naomi bilang—""Cukup. Kakek nggak mau dengar alasan kamu." Sorot matanya berubah menjadi lebih tajam. "Segera bawa perempuan itu ke hadapan Kakek atau Kakek sendiri yang datangin dia.""Kalau bener perempuan itu hamil, Kakek sendiri yang akan mengurus per

  • Ternyata Tetangga Itu, Bosku!    Bab 4 Awal Masalah

    -Usai meeting.Saat ini Jenna sudah berada di hadapan Ken dengan pria itu duduk menyilangkan kakinya di kursi kerjanya.Sudah hampir lima belas menit ia berada di ruangan Direktur, Jenna tidak tahu harus berbuat apa, selain menunggu Ken dengan panggilan teleponnya.Kemudian, Ken memberi isyarat bahwa ia haus. Jenna yang tidak mengerti hanya mampu menelaah dan mengerutkan kening, kebingungan. "Minum," ucap Ken singkat langsung kembali berbicara dengan si penelepon. Ia pun membuka mulutnya. "Ah ... minum. Sebentar, Pak." Buru-buru ia mengambil minum untuk sang atasan.Tidak lama, Jenna kembali dengan gelas berisikan air. Menaruhnya di atas meja. Mempersilakan pria itu untuk meminumnya."Sudah berapa lama kamu kerja di sini?" tanya Ken usai mengakhiri panggilan tersebut. "Hampir 2 tahun, Pak."Pria itu terus melihat data diri milik Jenna. Astaga, ia benar-benar gugup sekarang. Tuhan, ini bukan hari terakhir ia bekerja, 'kan?"Kamu anak terakhir?" Ken memandang Jenna tidak percaya.Ia

  • Ternyata Tetangga Itu, Bosku!    Bab 3 Bos Baru

    Keesokan paginya.Hari libur untuk bersantai-santai? Oh tentu tidak. Hal itu tak berlaku bagi Jenna. Libur diharuskan tetap bekerja. Bukankah Jenna sudah seperti budak korporat? "Ibu ke mana?" tanya Jenna kepada Zio yang tengah menonton televisi.Zio menoleh sebentar. "Nggak tau. Tadi ke depan. Mungkin lagi cari sayuran.""Ya udah. Kalau Ibu nanyain, bilang aja Kak Jenna udah berangkat kerja."Zio hanya menganggukkan kepalanya dan menjawab iya.Jenna pun berusaha mengeluarkan motornya dari bagasi dan melihat gerbang rumah sudah terbuka lebar. Syukurlah ia tidak harus bersusah payah membuka gerbang itu, sebab di rumahnya tidak ada satpam."Astaga!" ujar Jenna benar-benar terkejut. Kalian tahu? Saat ia berhasil menjalankan motornya sampai depan rumah, betapa kagetnya melihat sang Ibu sedang mengobrol dengan Kendrick. Catat, Kendrick! Bosnya sendiri."Nah, itu Jenna. Anaknya memang gila kerja. Nggak heran hari libur aja dia masuk," ucap Rani ketika sang anak berhenti di hadapan ia dan

  • Ternyata Tetangga Itu, Bosku!    Bab 2 Tetangga Baru

    "Pak Kendrick?!" pekik Jenna saking terkejutnya. Ia tidak salah lihatkan? Orang yang saat ini berdiri di depannya adalah Kendrick Halim. Sosok yang beberapa hari ini sedang menjadi topik pembicaraan di kantor. Sosok yang katanya akan menggantikan jabatan sang ayah sebagai Direktur Utama di kantor tempat ia bekerja "Kamu kenal saya?" tanya Kendrick. Jenna langsung gelapan sendiri. Mati sudah. Ia kenal Kendrick dari situs berita yang mengabarkan soal pria itu yang akan menggantikan jabatan sang ayah. Kalau begini caranya, ia bingung harus menjawab apa. "Ah ... a-anu sepertinya saya salah rumah, Pak. Saya permisi dulu, mari."Setelah mengatakan itu, Jenna langsung pergi begitu saja. Sungguh, ia malu. Ah, tidak. Lebih tepatnya ia syok. Bagaimana bisa seorang Kendrick Halim menjadi tetangganya? Kendrick bermonolog. "Salah rumah?" Ia melihat Jenna lari ke arah rumah di mana rumah tersebut saling berhadapan dengan rumah yang saat ini ia tempati "Perempuan aneh," celetuk Kendrick kemba

  • Ternyata Tetangga Itu, Bosku!    Bab 1 Perawan Tua

    Seperti biasa, setiap pagi Jenna selalu menyempatkan waktu untuk sarapan sebelum berangkat kerja. Nasi goreng yang tidak lepas dari telor ceplok tersebut sudah tersaji di atas meja makan. Ayah dan adik sambungnya pun sudah siap dengan kemeja serta seragam putih birunya. "Besok kamu beneran masuk kerja, Jenna?" tanya sang Ibu tiri, Rani.Jenna mengangguk dengan satu kunyahan kecil. Sejujurnya ia malas jika sang Ibu sudah bertanya seperti itu, pasalnya besok ia harus kerja di hari libur. Tentu saja hal itu membuat Jenna selalu mendapatkan cibiran tidak enak dari mulut sang Ibu. "Hari Minggu kok masih kerja. Kalau masuk terus tanpa ada liburnya, kapan kamu mau kenalin calon ke Ibu sama Ayah?" tanya Rani seraya mengambilkan sarapan untuk suaminya sekaligus memancing emosi Jenna. Jenna terdiam. Ia terus mengunyah walau nafsu makannya sudah hilang sedari tadi. "Kamu tau kan Hilda anaknya Pak RT? Dua Minggu lagi dia menikah. Umurnya nggak jauh beda sama kamu. Dia juga sibuk kerja, tapi b

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status