Share

Teror sang Pecundang
Teror sang Pecundang
Author: Atieen S

Bab 1. Malam Kelam

Dor! 

Sebuah tembakan melesat mengenai ban mobil yang dikendarai Andre bersama Andini hingga laju kendaraannya oleng tak terkendali, pria tampan itu berusaha membanting setir ke semak-semak dan menginjak remnya kuat-kuat hingga mobil itu berhenti dan menumbur sebuah pohon di pinggir jalan.

Rencananya malam ini mereka mau pergi ke rumah orang tua Andini yang tinggal di Subang untuk memberikan berkas-berkas surat pernikahannya. Akan tetapi, di tengah jalan nan sepi kendaraannya dihadang segerombolan gang's motor. 

Braaak! 

Bamper mobil pun ringsek, kap depannya sedikit menganga, untung kedua pasangan itu memakai sabuk pengaman sehingga hanya sedikit benturan ke kepalanya. 

"Aduuh!" sontak Andini sambil memegang jidatnya. 

"Kamu, tidak apa-apa, Sayang?" tanya Andre penuh cemas. 

Tok ... tok ... tok. "Ayok, Keluar!" perintah seseorang dari luar mobil sambil mengetuk kaca mobil. 

"Sayang, takut!" Tangan Andini memegang tangan Andre gemetaran, jantungnya berdegup kencang setelah melihat mobilnya sudah dikepung anggota gang's motor itu. 

"Tenang, Sayang. Berdo'a saja mudah-mudahan Alloh melindungi kita," ucap Andre menenangkan. 

Prang! Kaca mobil belakang langsung dipukul mereka dengan kayu hingga berserakan. Terpaksa Andre keluar dari mobilnya, anggota gang's motor pun langsung menarik dan menyeret mereka ke dekat sebuah gubuk di hutan belantara pinggir jalan.

Tangan Andre dipegang dua orang 'tak di kenal, belum sempat berbicara apapun tubuhnya langsung dipukul bertubi-tubi oleh tiga orang lainnya.

 Bak - buk ... dhuak! plak! 

"Aaaw!" Darah segar pun mengalir dari sudut bibirnya.

"Kalian siapa?" bentak nya.

Namun, mereka tidak menghiraukan tegurannya. Andre berusaha berontak tapi anggota gang's motor itu semakin menjadi dan brutal menyiksanya hingga tubuhnya sempoyongan dan tidak bisa berbuat apa-apa. 

Sedangkan tubuh Andini dipegang kuat dan mulutnya dibekap tangan kekar seorang pria berperawakan tinggi besar dan berambut gondrong. Dia begitu cemas dan marah ketika tunangannya disiksa secara brutal.

Hatinya mulai gundah, darahnya berdesir naik sampai ke ubun-ubun dalam batinnya bergumam, "Aku harus bisa melawan mereka untuk menyelamatkan Andre." Secara spontan dia langsung menggigit tangan dan menendang orang itu. 

"Aw, gilaaa! Dasar cewek brengsek!" ujar cowok itu sambil mengibaskan tangannya dan tubuhnya hampir terjengkang setelah ditendang Andin. 

"Jangan pukul tunanganku!" teriak Andini sambil berusaha berlari mendekati Andre.

Namun, teman pria tadi cepat-cepat menangkap dan tidak menghiraukan ocehannya, bahkan malah menertawakannya.

Plak! 

Sebuah tamparan mendarat di pipi mulusnya.

"Aaaw!" Andini memegang pipi kiri sambil merintih kesakitan.

Lalu dagunya dipegang kuat-kuat oleh pria gondrong itu, tetapi gadis itu terus memberontak dengan menendang tubuhnya kembali sehingga kedua orang itu kewalahan. Dari arah belakang, punggung Andini dipukul hingga tubuhnya roboh dan tak sadarkan diri.

Melihat kekasihnya pingsan, wajah Andre yang lebam-lebam terlihat merah padam, matanya membulat, giginya menggertak memendam amarah. Dia berusaha berdiri untuk menolongnya, tetapi tidak ada kesempatan untuk berlari. Orang-orang yang menghajarnya terlalu banyak, ada sekitar lima orang sehingga kewalahan untuk melawannya. Sampai tubuhnya pun ikut tumbang tidak berdaya lagi. 

Setelah Andini pingsan mereka langsung membopongnya ke sebuah gubuk tua dekat sana. Tidak lama sebuah mobil datang menghampiri mereka. Seorang Pria bertubuh atletis berwajah bengis turun dari mobil mewah sepertinya dia ketua gang'snya  atau orang yang sudah menyuruh menghadang kedua sejoli itu. 

"Gimana Bos? Mereka sudah tak berdaya kelihatannya," ucap salah satu anak buahnya sambil tertawa lepas. 

"Bagus, habisi cowok itu!" perintahnya.

Lalu dia berjalan sambil memakai masker kepala seperti ninja dan langsung masuk ke dalam gubuk itu, sedangkan anak buahnya menunggu di luar sambil mengawasi keadaan di sana. Remang-remang dari sinar lampu teplok di ruangan sempit terlihat wajahnya berseri-seri, senyumnya menyeringai ketika gadis cantik nan molek itu terbaring 'tak berdaya di lantai tanah.

Namun, sebelum aksi bejatnya terlaksana Andini mulai tersadar, matanya mulai sedikit terbuka dan berusaha duduk, kemudian mundur pelan-pelan menjauhi pria itu sambil bertanya, "Ka--kamu siapa?" 

Pria itu tidak menjawab, dia malah cepat-cepat membekap mulutnya dengan sapu tangan yang sudah disiapkannya dan dikasih obat bius membuat gadis itu tak sadarkan diri kembali.

Senyum dari bibirnya mengembang ketika Andini mulai terkulai lemas. Aksi bejatnya langsung dijalankannya, dia mulai melucuti helai demi helai bajunya dengan paksa. Jari jemarinya mulai menggerayangi tubuh mulusnya, lidahnya menjilat-jilat bibirnya seperti anjing kelaparan, salivanya sesekali ditelannya dalam-dalam, desir jantungnya berdegup kencang hingga membuat syahwatnya memuncak. Kemudian tubuh Andini dicumbui dari leher sampai perutnya dengan penuh nafsu, hingga dia terlena dan tidak bisa mengendalikan nafsu birahinya. 

Setelah menikmati tubuh sintal gadis malang itu, dia langsung merapikan bajunya kemudian  memakaikan atasan tunik Andini terus bagian lengannya sengaja dirobeknya biar terkesan habis di perkosa oleh begal.

Pria bengis berhati iblis itu sepertinya sudah profesional karena sebelum melakukan aksinya kedua tangannya memakai sarung tangan untuk menghilangkan jejaknya. Kemudian dia keluar gubuk itu dan menyuruh ke enam anak buahnya untuk menggantung Andre di batang pohon nangka dekat gubuk dan menghancurkan mobilnya. 

"Ayok cepat, kita balik lagi ke markas sebelum ada mobil lain yang lewat! Jangan lupa barang bukti bakar semua jangan sampai ada jejak kita!" suruh pria itu.

"Ok, Bos. Jangan khawatir semua sudah kuberesin!" ujar pria gondrong dan bertato elang ditangan kiri. Lalu mereka cepat-cepat naik kendaraannya dan pergi ke arah kota Bandung kembali. 

Setelah beberapa jam tak sadarkan diri, jari tangan Andini mulai terlihat bergerak. Sepertinya dia baru saja siuman setelah beberapa saat pingsan akibat dihantam benda tumpul dan terkena obat bius tadi, jiwanya tergoncang ketika melihat keadaannya yang lusuh.

Sekujur tubuhnya terasa ngilu, matanya terperanjat manakala di betisnya mengalir darah segar menetes ke kaki dan tanah yang dipijaknya, baju tuniknya terkoyak dibagian lengan, kancing bajunya ada yang lepas mungkin akibat dibuka paksa, celana dan hijabnya pun sudah tertumpuk di pinggir badannya. Pikirannya kacau balau, sekarang dirinya merasa hina karena kesuciannya telah direnggut paksa oleh manusia jahanam itu.

Andini perlahan duduk terus berdiri untuk memakai bajunya dan hijabnya walaupun sekujur tubuhnya terasa nyeri dan linu semua. Kemudian berjalan keluar gubuk untuk mencari Andre tunangannya.

"Andre ... Andre ... di mana kau?" teriaknya.

Namun, dari luar tidak terdengar sahutan dari kekasihnya itu, suasananya pun terlihat sepi. Dia terus berjalan perlahan untuk mencari Andre di mobilnya yang sudah terparkir di pinggir tebing. Di bagian paha dan perutnya terasa sakit sehingga sekali-kali diam berdiri sambil menahan rasa sakitnya, tetapi belum sampai ke mobilnya dia berteriak histeris. 

"Tidak!" 

Wajah Andini terlihat pucat pasi, mulutnya menganga, kedua matanya terbelalak sampai bola matanya hampir keluar seperti mau lepas setelah melihat tubuh seorang pria tergelantung dengan wajah penuh darah.

Tubuh gadis malang itu bergetar dan mulai lunglai tak berdaya, untuk beberapa saat kedua kakinya terpaku menancap ke bumi, rasanya susah untuk digerakkan lagi. Namun, dia terus berusaha berjalan mendekati pohon untuk mengetahui siapa pria itu. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status