Share

Sebuah hadiah.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2025-05-09 23:31:32

Ammar langsung berdiri saat pintu rumah terbuka dari dalam. Sebuah senyum tipis muncul dibibir pria itu saat sesosok wanita ber-piyama panjang berjalan mendekatinya yang diminta menunggu di kursi teras.

"Malam Ana," sapanya menarik kedua sudut bibirnya melengkung.

"Malam," jawab Renjana sambil memandang pria yang wajahnya nampak kusut dan lelah. Baru akan menyuruh duduk, tapi sebuah deheman terdengar dari belakangnya.

"Khem... khem...."

Saat Renjana menoleh, sang kaka sudah berdiri sambil melipat tangan di dada. Wanita itu mendesah berat lalu mengangkat satu alisnya.

"Papa berpesan padaku untuk menjagamu," ucap Gio, mengerti arti tatapan sang adik.

"Ana, aku ingin bicara berdua saja." Ammar bersuara, mengutarakan keberatannya atas kehadiran Gio.

"Aku kakak kandung Ana. Wajib bagiku melindunginya dari semua pria brengs*k yang tak bisa menjaga kesetiannya," sahut Gio menyindir.

Merasa tersindir, Ammar mengepalkan kedua tangannya. Kalau saja tidak ada hal penting la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Menjelaskan.

    "Ok, deal. Aku pegang kata-katamu." Ammar menjabat tangan Renjana. Renjana melongo, menatap keheranan pada pria yang beberapa menit yang lalu menangis tersedu-sedu. "Kamu nggak papa, Mas?" tanyanya. Masih dengan posisi berlutut, Ammar memandang Renjana dengan sorot mata berbinar. "Nggak papa. Selama kamu tidak bersama pria lain. Semuanya baik-baik saja," jawabnya. Renjana mendengus kasar, dalam hati mulai berpikir apa mungkin kejiwaan Ammar belum sepenuhnya kembali normal? Renjana masih ingat, Mantan ibu mertuanya pernah bercerita, Ammar pernah mengalami gangguan kejiwaan setelah mendengar berita kematian Renjana empat tahun lalu. "Kamu harus mengingat kata-katamu hari ini, jangan sampai mengingkarinya. Kamu tidak akan membuka hati untuk siapapun, aku juga sama. Kita fokus membesarkan Ayu saja," ucap Ammar dengan nada tegas. "Kamu sekarang aneh, Mas." Dimata Renjana, mantan suami itu tidak seperti Ammar yang dikenalnya dulu. Pria tampan yang berpikrian rasional. "Aneh

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Cemburu.

    "Tidak. Hari ini kita akan mati bersama. Aku tidak sanggup melihatmu bersama pria lain." "A-pa?" pekik Renjana kaget. "Kamu ngomong apa sih, Mas? Pria lain, maksudmu siapa?" Ammar tak menjawab, matanya fokus ke jalanan di depannya. Pedal gas ditekannya pedal gas lebih dalam. Mobil pun melaju lebih cepat lagi Seketika Renjana menjerit. "Mas..... Kumohon berhenti...." Sesekali Renjana memjamkan matanya, saat mobil hampir menyenggol kendaraan lain. Lalu lintas sore sedang padat orang pulang kerja. Renjana menarik nafas panjang, berusaha untuk tenang. Berpikir apa yang mungkin membuat Ammar marah. Namun mungkin karena panik, otaknya tak bisa menemukan satu saja alasan. "Ya Alloh.... Mas, ingat Ayu... Kalau kita mati bagaimana Ayu? Dia masih butuh kamu, Papanya. Juga aku, Mamanya." Saat genting yang ada dibenaknya hanya putrinya. Ammar terkesiap, wajah sang putri langsung membayang di matanya. "Ayu," gumamnya pelan. "Iya Mas, ingat Ayu. Dia masih membutuhkan kita," kata

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Raline dan Samudra.

    "---.Aku dan Raline sedang menjalin hubungan," sahut Samudra. Renjana terkejut, matanya membola seakan tak percaya. "Doakan kami supaya hubungan kami bisa sampai akad nikah?" pinta Raline dengan senyum manis. Renjana bergeming, hanya memandangi dua sejoli yang saling bertukar senyum di depannya itu dengan dahi berkerut. Sehebat itukah pesona seorang Raline? Bahkan Samudra yang dulu membencinya bisa diaklukkannya. "Kamu mengenal mereka?" Kendra berbisik sambil memegangi lengan Renjana. "Iya," jawab Renjana. "Dulu, kami satu kampus," "Oh....," Kendra mengangguk. Pandangannya tak lepas dari wajah Samudra yang menurutnya tak asing. "Siapa dia, Ana?" tanya Samudra menunjuk Kendra. "Teman Kak Gio," jawab Renjana sengaja menyebut nama kakaknya. "Ana, kamu nggak mau doain kami?" Raline meraih tangan Samudra dan menggenggamnya erat. "Ya, semoga hubungan kalian membawa kebaikan," ucap Renjana dengan ekspresi datar. Senyum di wajah Raline seketika lenyap. "Maks

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Ayu marah.

    Setelah menyelesaikan pekerjaan sore ini Ammar datang ke rumah Renjana. Menjelaskannya pada mantan istrinya itu bahwa dirinya sudah mengambil tindakan atas perbuatan Raline. Pria itu juga ingin bertemu sang buah hati. Rindunya sudah menumpuk dan tidak bisa ditahan lagi. Namun sayang, gadis kecil itu menolak beetemu papanya. Begitu melihat kedatangan Ammar, Ayu langsung berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam. "Maaf ya, Mas. Ayu nggak mau ketemu kamu. Mungkin dia masih kesal. Maklum anak kecil," ucap Renjana merasa tak enak hati pada pria yang ada di depannya. "Tak perlu minta maaf, aku bisa memakluminya." Meski kecewa, Ammar menarik kedua sudut bibirnya melengkung. "Sifat Ayu agak kaku, kalau marah lama luluhnya. Tapi, nanti aku akan coba bicara sama dia." "Iya, tapi kamu bicaranya pelan-pelan saja. Jangan memarahinya." Selayaknya orang tua, Ammar terlalu sayang pada putri semata wayangnya itu sampai tidak rela ada yang memarahi apalagi membuatnya

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Peringatan terakhir.

    "Nona Raline," Dua orang pria sudah berdiri di depan pintu saat Raline baru saja keluar dari butik tempatnya bekerja. Ya, sejak putus dari Ammar empat tahun lalu, perlahan karir desainer wanita itu meredup. Kuliahnya pun terhenti karena terkendala biaya. Dengan terpaksa wanita itu bekerja di sebuah butik di salah satu mall untuk bertahan hidup. Wanita bertubuh semampai itu memandang dua sosok pria berpakaian serba hitam dengan tatapan curiga. "Kalian siapa?" tanyanya. "Kami orang suruhan Tuan Ammar," aku salah satu pria. "Beliau meminta kami untuk menjemput Nona." Salah satu orang itu mempersilahkan Raline untuk berjalan lebih dulu. Sebuah senyum tipis muncul dibibir wanita berparas cantik Itu. Lalu, sambil mengangkat dagu mulai melangkah menuju pintu keluar mall. "Dimana mobilnya?" tanya Raline sesaat setelah sampai di depan mall. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan mereka. "Silahkan," ucap pria berwajah garang sambil membukakan pintu mobil

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Kesabaran dan ketegasan Ammar.

    "Ana plis, aku tidak akan aku bisa menahan diri kalau Samudra ikut campur. Kita harusnya punya privasi untuk masalah kita. Jangan biarkan ada orang ketiga diantara kita," ucap Ammar. "Aku tahu." Renjana memilirik Ammar sinis. Dirinya juga tidak ingin mengumbar masalahnya. Meski enggan wanita itu pun masuk ke dalam mobil. Apa yang dikatakan mantan suaminya itu benar. Mengingat sifat Samudra, adik kandung Ammar itu pasti akan ikut campur. Tepat setelah Ammar menyalakan mesin, Samudra sampai. Pria itu berusaha membuka pintu mobil namun tak bisa. "Ammar hentikan mobilnya!" teriakmya namun tak dihiraukan oleh Ammar. Mobil pun melaju meninggalkan pelataran kantor. Sepuluh menit berlalu dan dua orang itu masih setia dalam diam. "Ini mau kemana?" tanya Renjana menoleh keluar jendela. Jalanan itu bukan menuju rumahnya. "Ke rumah lama kita," jawab Ammar menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan. "Kenapa ke sana?" "Untuk bicara. Kita butuh tempat yang private," "

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status