LOGINHai💙💙
Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋 💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙 •••••• Happy Reading 🎈 • • ••• Arsen yang kepalang emosi, membentak keras. "Aku bilang DIAM! Berhenti menangis!"Mendengar Arsen membentaknya, Virly mendongak. Air mata membasahi wajahnya, tetapi matanya menatap Arsen tak kalah tajam. Rasa tertindas dan benci membuatnya memberanikan diri melawan.
"Aku tidak melakukan apa-apa terhadap anak-anakmu! Mereka yang menangis sendiri! Aku tidak menyuruh mereka menangis!" Virly berteriak dengan suara serak. "Itu karena kau menangis seperti orang gila makanya mereka takut! Mereka sudah trauma dengan ibunya yang dulu suka histeris!"Virly tertawa sinis di antara tangisnya.
"Aku menangis juga karena kau, Arsen! Kau telah menghancurkan hidupku! Kau merenggut masa depanku! Aku benci semua ini! Aku benci dengan takdir yang secepat itu merubah hidupku, dan itu semua karena kau!" Air matanya kembali tumpah.
Virly berteriak putus asa. "Aku membencimu, Arsen! Aku benci kau!" Teriakan Virly semakin membuat Kay menangis histeris, dan tangisan Kayla juga semakin kencang. Arsen segera menyadari bahwa perdebatan ini justru semakin melukai anak-anaknya. "DIAM! Cukup! Kau semakin membuat anakku ketakutan!" Arsen berteriak keras, tapi tetap terkontrol. Arsen menunduk, menggandeng tangan Virly dengan paksa. "Keluar dari sini sekarang. Kau akan membuat mereka trauma lagi!"Ia menarik Virly keluar dari kamar, menuju lorong yang remang-remang. Di ambang pintu, suaranya kembali dingin, sambil menunjuk sebuah kamar."Pergi ke kamar itu. Bersihkan dirimu, ganti pakaianmu. Jangan pernah lagi membuat kekacauan seperti ini di depan anak-anakku. Apalagi hari sudah mulai malam. Aku tidak mau tahu, kau harus terlihat tenang saat kembali."
Setelah mengatakan itu, ia segera menutup pintu, memblokir pandangan Virly dari anak-anak.
Arsen kembali masuk ke kamar, membawa anak-anaknya turun ke bawah. Ia tahu, di tengah semua kekacauan ini, yang paling utama adalah menenangkan Kay dan Kayla, yang baru saja menyaksikan drama ibu baru mereka. Arsen mengecup Kay, menenangkan Kayla. "Tenang, Sayang. Mama Virly akan baik-baik saja. Papa di sini. Sudah, jangan takut lagi." • • • •••••• Arsen telah menutup pintu, meninggalkan Virly sendirian di lorong lantai atas. Virly menghela napas panjang, menghapus jejak air mata terakhirnya dengan punggung tangan. Perintah Arsen—meski kasar—berhasil menariknya keluar dari lubang histeria. Ia menoleh ke arah pintu mewah yang ditunjuk suaminya. Dengan langkah gontai, ia membuka pintu itu. Pemandangan di dalamnya mencekik, sebuah kamar mewah yang sangat besar, didominasi warna putih dan abu-abu, terlihat elegan dan mahal. Ranjang oversize dengan bedding putih bersih seolah menertawakan kesederhanaannya. Lemari kaca tinggi berjejer rapi, memantulkan bayangannya yang masih bergaun pernikahan. Virly segera duduk di sofa beludru, mengamati setiap inci kamar. "Tidak heran. Semua ini mewah. Orang kaya memang bisa membeli apa saja, termasuk diriku." Ucap nya pelan. Ia menghela napas, kemudian memaksakan dirinya untuk bangkit. "Aku tidak boleh lemah. Kalau aku lemah, pria itu—Arsen—pasti akan menindasku. Dia tidak akan membiarkan aku hidup tenang." Virly berbisik, suaranya kembali tegar. "Aku hanya perlu bertahan satu tahun. Setelah itu, aku akan bebas. Aku akan mendapatkan kebebasanku kembali." Ia mengangguk, meyakinkan diri. Setelah menguatkan diri, Virly bangkit dan menuju lemari kaca. Begitu membukanya, ia terkejut. Semua barangnya, mulai dari pakaian sekolahnya, beberapa baju lamanya, dan yang paling mengejutkan, deretan baju baru dengan label mewah, sudah tertata rapi di sana. Di lemari samping, buku-buku sekolahnya berjejer rapi. Di meja rias, tersedia lengkap berbagai skincare mahal yang ia yakini pasti untuknya. Arsen telah mempersiapkan segalanya dengan efisien, seolah-olah ia sedang menyiapkan inventaris, bukan seorang istri. Virly mengambil handuk dan pakaian barunya, menuju kamar mandi. Ia mandi untuk menyegarkan otak dan tubuhnya dari drama hari ini. Setelah mandi, Virly mengeringkan rambutnya dengan hairdryer yang tersedia. Ia kemudian membuka beberapa skincare mahal di meja. "Aku tidak tahu ini punya siapa, tapi yang penting ini ada di sini, jadi aku pakai saja." Ucap nya yakin. Ia mengoleskan serum dan pelembap, berusaha menutupi muka bengkaknya setelah menangis tadi. Skincare itu membuat kulitnya tampak lebih segar. Ia berdiri di depan cermin full body. Penampilannya kini berbeda. Ia mengenakan baju oversize biru dan celana putih oversize, kombinasi yang santai namun stylish. Rambutnya dikepang tinggi, dengan sebagian dibiarkan menjuntai. Kulit putih bersihnya membuat pakaian itu terlihat hidup. "Nah, ini baru Virly. Aku memang cantik. Pantas saja Arsen mau menikahiku, dan... Reno juga tergila-gila padaku." Virly tersenyum tipis, memuji dirinya sendiri. Teringat pada Reno, pacar barunya yang baru dua hari menjalin hubungan, senyum Virly memudar. Bagaimana reaksi Reno jika tahu ia sekarang sudah menjadi istri orang? Ia mengambil ponselnya dan memeriksa kontak Reno. "Kenapa Reno tidak ada mengabariku? Dua hari ini dia ke mana? Apa dia melupakanku?" Virly mengernyitkan kening. Ia menghela napas. "Ah, sudahlah. Toh baru jadian dua hari. Mungkin dia sedang sibuk." Virly memutuskan untuk tidak ambil pusing. Ironisnya, ia tidak tahu bahwa saat ia dipaksa menikah, pacar barunya mungkin sedang menikmati kencan dengan gadis lain. Karena bingung tak ada kegiatan, Virly berjalan menuju ranjang. Ranjang itu sangat empuk dan nyaman, membuatnya langsung rileks. "Kamar sebesar ini, apa aku harus tinggal sendiri? Atau... Amit-amit, jangan sampai aku satu kamar dengan duda itu!" Virly mengedikkan bahunya geli. Ia memejamkan mata, tanpa sadar bahwa ia telah melabeli suaminya sebagai 'duda', mengabaikan kenyataan bahwa ia kini adalah nyonya dari rumah ini, dan istri sah dari pria yang ia sebut duda itu. Tugasnya, dan drama baru dalam hidupnya, baru saja dimulai. ••••• Jangan lupa vote dan komentar yaaa Hai🔥💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋Happy Reading 🎈 ••••"Sudah, pulang sana!" Desak Virly.Reno mengangguk. "Bye, Sayang!"Virly melambaikan tangan setelah kepergian Reno.Jantung Virly berdegup kencang saat matanya menangkap mobil Arsen yang sudah terparkir di depan pagar. "Sial, semoga Mas Arsen tidak melihat adegan pelukan tadi. Matilah aku!" Ia segera berjalan mendekati mobil itu, membuka pintu depan, dan duduk di samping Arsen."Mas." Virly mencoba tersenyum.Ia mengulurkan tangannya untuk salim pada Arsen. Arsen menerima uluran tangan Virly. Virly menempelkan punggung tangan suaminya ke pipinya, melirik Arsen yang menatap nya datar, lalu melepaskan tasnya.Arsen menjalankan mobil tanpa berkata apa-apa.Virly melepaskan dasi yang mencekik lehernya."Mas, ada air minum? Aku haus. Airku habis."Arsen mengambil tumbler yang tersedia di mobilnya dan menyerahkan ke Virly. Virly minum dengan hati-hati dan mengembalikan tumb
Hai💙💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋••••••Arsen mengedikkan bahu, pura-pura tidak mengerti. "Terus aku harus apa? Sebagai seorang ibu, harusnya kau bisa mengurus anakmu.""Aku sebentar lagi akan terlambat!"Virly berharap Arsen mengerti."Aku juga mau pergi bekerja. Bukan cuma kamu yang ada kegiatan." Jawab Arsen sarkas.Mendengar jawaban Arsen yang seolah tak mau membantunya, Virly hanya diam saja. Rasanya percuma meminta tolong kepada manusia seperti Arsen.Ia kembali menjauh dari Arsen, duduk di meja makan, dan menepuk-nepuk punggung Kayvan dengan pelan."Baiklah. Kalau Kay tidak mau ditinggal, aku libur saja hari ini. Arsen, kau memang menyebalkan, tapi aku tidak akan membiarkan anakmu menderita karenamu." Batinnya.Keputusannya telah bulat. Virly pasrah melewatkan kuliah, demi menenangkan anak yang ia jaga.Melihat Virly hanya diam di meja makan, memeluk Kayvan, Arsen menghela napas. Ia berjalan mendekati Virly.Arsen b
Hai💙💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋Selamat membaca bagi yaa gaysss. Votee dan komen yang banyak ya! Spam dengan emot ini dulu biar semangat 💙💙 💙 💙 💙 💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙••••••Pagi hari, sekitar pukul 05:30, sebelum anak-anaknya bangun, Virly sudah terbangun terlebih dahulu. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena harus berbagi ranjang dengan Kayvan dan Kayla. Ia menatap kedua anak itu dengan dalam, merasa iba melihat mereka harus menjalani hidup tanpa kasih sayang orang tua yang utuh.Ia segera menuruni ranjang dan berjalan menuju kamar utama. Ia memutar knop pintu dengan malas, tetapi pintu itu terkunci."Mas... Mas Arsen, buka!" Virly mengetuk pelan.Tak ada jawaban. Virly kembali mengetuk pintu dengan kencang, mulai panik karena takut terlambat sekolah."Mas Arsen! Buka! Aku mau mandi! Aku harus berangkat kuliah!"Tak lama, pintu terbuka. Arsen berdiri di sana dengan wajah baru bangun tid
Hai💙💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙•••••••Selesai dengan tablet-nya, Arsen memutuskan untuk keluar menuju kamar anak-anak. Begitu ia membuka pintu, ia melihat Kayvan dan Kayla yang sibuk menggambar. Matanya menoleh ke arah ranjang, di sana ada Virly yang membalut tubuhnya dengan selimut." Apakah dia sudah tidur? Ini bahkan baru pukul 7 malam. Apakah istriku merajuk? "Arsen kemudian mendekati kedua anaknya dan duduk di samping Kayla. "Sedang apa, Nak? Gambar apa itu?"Bukannya menjawab, Kayla malah menatap ayahnya dengan serius.Kayla berkata dengan suara polos namun menyentuh. "Papa... Papa tadi memarahi Mama, ya?"Arsen terdiam. Ia tidak menyangka Kayla memperhatikan."Tidak, Sayang. Papa tidak memarahi Mama. Papa hanya bicara tegas." Jawab Arsen."Tapi Mama terlihat murung. Mama sudah capek sekolah dari pagi, dan begitu pulang harus mengurus aku dan Adek lagi. Jadi... bisakah Papa jang
Hai💙💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙••••••Follow Ig: wang_shineeHappy Reading 🎈 •••"Halo, Sayang! Sibuk ya? Nanti malam kita jadi keluar kan? Aku kangen banget nih." Suara Reno yang ceria, terdengar jelas.Virly terkejut total. Ia segera melihat layar ponselnya—ternyata memang Reno yang menelpon. Ia langsung mematikan loudspeaker dan berjalan menjauh ke arah balkon, sementara mata Arsen menatap tajam ke punggungnya."Reno, aku tidak bisa untuk malam ini. Ada acara mendadak. Sangat penting." Virly berbisik, suaranya tegang.Reno terdengar menghela napas. "Yah... padahal aku sudah siapkan kejutan. Kalau begitu, kapan Virly bisa? Besok?""Nanti aku kabari. Aku tutup dulu ya. Sampai jumpa." Virly langsung menyudahi panggilan tersebut.••••Virly kembali masuk ke dalam kamar dan langsung mendapatkan tatapan tajam, menusuk, dan penuh amarah dari Arsen.Virly, meskipun gentar, berusaha tidak
Hai💙💙 Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋 Selamat membaca bagi yaa gaysss. Votee dan komen yang banyak ya! Spam dengan emot ini dulu biar semangat 💙💙 💙 💙 💙 •••••• • Kayvan menggeleng. "Kay mau menunggu Mama." Virly menghela napas panjang. Ia menatap Arsen dengan sinis, matanya memancarkan kekesalan luar biasa. "Kenapa kau menatapku sinis begitu?" Ucap Arsen merasa terganggu dengan tatapan itu. Virly mendengus kesal. "Kau tidak punya hati." Arsen langsung memasang wajah tak terima. "Apa maksudmu, Virly? Jaga ucapanmu!" Virly, yang sedari tadi menahan kekesalannya, akhirnya meluapkannya. "Bagaimana bisa kau dengan santainya duduk tadi di bawah, membiarkan Kay menangis sampai sesegukan?! Bahkan sampai sekarang, sudah hampir jam empat sore, Kay belum makan sama sekali! Di mana hati nuranimu, Arsen?!" Ucap Virly, nada nya meninggi karena emosi. "Kayvan yang nakal! Aku sudah bilang dia harus diam dan men







