MasukHai💙💙
Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋 Selamat membaca bagi yaa gaysss. Votee dan komen yang banyak ya! Spam dengan emot ini dulu biar semangat 💙💙 💙 💙 💙 💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙 •••••• Setelah kepergian Arsen, kamar anak-anak mendadak terasa sunyi. Virly hanya diam saja, tubuhnya terasa mati rasa. Ia menatap hampa ke depan, memproses semua yang terjadi begitu cepat. Ia masih mengenakan gaun pernikahan yang kini terasa seperti rantai. Rasa tidak adil menyelimuti dirinya. "Apakah orang kaya selalu seenaknya terhadap orang di bawahnya?" batinnya menjerit. Di usianya yang baru 17 tahun, saat ia masih harusnya memikirkan ujian akhir SMA dan kencan dengan pacarnya, kini ia dipaksa menjadi ibu bagi dua anak yang tidak ia harapkan. Di hadapan Kayla dan Kay, Virly menjatuhkan dirinya, duduk lemah di lantai berkarpet. Ia mengingat kembali wajah kejam Arsen saat mengancam ayahnya. Rasa benci itu perlahan menguasai dirinya. Ia merasa Arsen telah merusak, bahkan merenggut masa depannya. Bahunya mulai bergetar tak terkendali. Rasanya hampir gila dengan keadaan yang tiba-tiba ini. Isakan lirih pertama lolos dari bibirnya, diikuti air mata yang menetes membasahi pipi. Kayla hanya mengamati sebentar-anak yang terbiasa dengan drama dan ketegangan itu hanya melirik, sebelum kembali fokus pada mainannya, mencoba membangun pertahanannya. Namun, Kay tidak mengalihkan pandangannya dari Virly. Ia ingin disapa lagi, dipeluk, dan melihat senyum hangat 'Mama baru' yang dijanjikan papanya. Tetapi, setelah papanya pergi, 'Mama baru' itu hanya diam, tidak lagi menatap mereka, dan kini menangis. Dengan memberanikan diri, Kay memanggil Virly dengan suara pelan. "Mama...?" Panggil Kay lirih. Virly tidak menjawab. Isakannya justru semakin keras, menarik napas tajam di antara tangisnya. Hal itu membuat Kay takut. Kay mendekati kakaknya, memeluk Kayla erat-erat. "Kakak, aku takut. Mama menangis..." Kayla yang terbiasa menahan diri, hanya diam. Ia balas memeluk adiknya, mencoba menenangkan. Mereka berdua takut melihat 'Mama baru' yang menangis semakin keras. Mereka takut kalau nanti Virly mengamuk dan melampiaskan kemarahannya pada mereka, seperti yang biasa Vina lakukan. Virly tidak peduli dengan sekitarnya. Ia terus melampiaskan emosi yang ia tahan sejak pagi. "Hiks...hiks...Kenapa... kenapa ini harus terjadi padaku? Kenapa?! Aku tidak sekuat itu, Tuhan! Aku benci takdirku! Aku benci kenapa jalan hidupku berubah secepat ini! Hiks...hiks..." Virly menangis keras. Melihat 'Mama baru' mereka yang menangis sambil melampiaskan emosi, bibir Kay mulai melengkung ke bawah. Ketakutan itu akhirnya berubah menjadi kesedihan. Tidak lama kemudian, tangisannya mulai mengudara. "HUWAAA.....kakak! Kay takut kakak...." Kay memeluk kakaknya semakin erat. Tangisan Virly tak kunjung reda, begitu juga Kay. Tangisannya semakin lama semakin kencang, sambil berteriak memanggil sosok yang selalu menjadi penyelamatnya saat ketakutan. "Papa! Papa! Aku mau Papa!" Kay berteriak di bahu Kayla. Suara tangisan Kay dan Virly terdengar bersahutan, memenuhi kamar, memekakkan telinga Kayla. Anak berusia 5 tahun yang berusaha keras untuk tidak menangis akhirnya runtuh. Lama kelamaan, pertahanan Kayla hancur. Bibirnya melengkung ke bawah, dan tak lama, tangisannya mulai keluar. Tubuhnya bergetar saat memeluk Kay yang menangis. Ia benar-benar takut dengan keadaan sekarang, takut dengan ibu kandung yang kejam, takut dengan ibu baru yang menangis. "Hiks... Papa tolong!" Lirih Kayla Mereka bertiga-Virly, Kay, dan Kayla-kini menangis bersahut-sahutan. Kamar itu dipenuhi suara pilu, mencerminkan kekacauan emosional yang baru saja dibawa Arsen ke dalam kehidupan anak-anaknya. Kay terus memanggil papanya, berharap Arsen segera kembali dan menghentikan drama yang menghancurkan suasana hati itu. • • • ••••• Arsen, yang baru saja masuk rumah, mengerutkan keningnya heran. Suara tangisan bersahutan yang memekakkan telinga terdengar jelas dari lantai atas. Ia melihat Bi Lastri berjalan tergesa-gesa dengan wajah panik. "Ada apa, Bi? Kenapa suara tangisan dari atas sekencang itu?" Arsen menahan Bi Lastri. "Saya tidak tahu, Tuan. Rencana saya baru mau mengeceknya sekarang. Suaranya baru saja pecah, kencang sekali." Jelas Bi Lastri. Karena panik, Arsen langsung berlari menaiki tangga. Ia takut anak-anaknya terluka atau terjadi sesuatu yang serius. Begitu sampai di depan pintu kamar, ia langsung membuka pintu itu dengan kasar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah kekacauan emosional tiga orang sedang menangis bersahutan, sibuk dengan tangisan masing-masing. Virly duduk di lantai, bersandar di dinding, menangis histeris. Kayla duduk, memeluk Kay sambil menangis, dan Kay juga menangis sambil memanggil ayahnya. Karena mendengar suara pintu yang dibuka kasar, mereka bertiga langsung menoleh ke arah Arsen. Arsen segera mendekati kedua anaknya. Ia membawa Kay dan Kayla ke pelukannya, matanya memancarkan kepanikan dan amarah. "Ada apa ini?! Kenapa kalian menangis?! Apa yang terjadi?!" Tanya Arsen. Kay, yang sudah di ambang batas ketakutan, malah menangis semakin kencang di pelukan ayahnya. "Papa... takut! Kay takut!" Kay terisak keras. Arsen segera mengangkat Kay ke gendongannya, menenangkan. Sementara Kayla masih menangis tersedu-sedu sambil duduk. Arsen mengusap punggung Kay, "Ada apa jagoan Papa? Kenapa menangis? Sudah, jangan menangis lagi." "Takut! Kay takut!" Kay memeluk leher Arsen erat-erat. "Takut apa, Nak? Bilang sama Papa. Apa yang Kay takutkan?" "Mama... Mama baru. Mama baru...! " Kay berbisik, suaranya gemetar. Pengakuan polos Kay langsung memicu kemarahan Arsen. Ia menoleh ke Virly, yang masih terisak di lantai, dan tatapannya berubah tajam dan menuduh. "Virly! Apa yang kau lakukan terhadap anak-anakku?! Kenapa mereka sampai menangis sekencang itu?! Jawab aku!" Ucap Arsen dengan suara rendah, dingin, dan mengancam. Virly hanya diam, bahunya masih bergetar karena isakannya. Arsen yang kepalang emosi, membentak keras. "Aku bilang DIAM! Berhenti menangis!" •••• Jangan lupa untuk kasih dukungan ya!!! Hai💙💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋Selamat membaca bagi yaa gaysss. Votee dan komen yang banyak ya! Spam dengan emot ini dulu biar semangat 💙💙 💙 💙 💙 💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙••••••Setelah kepergian Arsen, kamar anak-anak mendadak terasa sunyi. Virly hanya diam saja, tubuhnya terasa mati rasa. Ia menatap hampa ke depan, memproses semua yang terjadi begitu cepat. Ia masih mengenakan gaun pernikahan yang kini terasa seperti rantai.Rasa tidak adil menyelimuti dirinya."Apakah orang kaya selalu seenaknya terhadap orang di bawahnya?" batinnya menjerit. Di usianya yang baru 17 tahun, saat ia masih harusnya memikirkan ujian akhir SMA dan kencan dengan pacarnya, kini ia dipaksa menjadi ibu bagi dua anak yang tidak ia harapkan.Di hadapan Kayla dan Kay, Virly menjatuhkan dirinya, duduk lemah di lantai berkarpet. Ia mengingat kembali wajah kejam Arsen saat mengancam ayahnya.Rasa benci itu perlahan menguasa
Happy Reading 🎈 ••••••Di sudut kota yang jauh dari rumah Arsen yang penuh ketegangan, Vina memasuki sebuah kafe private yang mewah dan tersembunyi. Tempat itu terasa kontras dengan suasana rumahnya pagi tadi—di sini, segalanya ringan dan bebas.Candra, pacar Vina, atau lebih tepatnya selingkuhannya, segera berdiri begitu melihat Vina. Pria muda bertubuh atletis itu tersenyum lebar, senyum yang memancarkan kegairahan dan kenikmatan hidup. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar."Akhirnya, ratuku datang juga!"Vina segera masuk ke dalam pelukan Candra, menghirup aroma parfum maskulin yang berbeda dari aroma kemeja Arsen yang kaku."Aku merindukanmu, Sayang." Vina mendekap erat.Setelah melepaskan pelukan, Candra memegang wajah Vina, menatap matanya dengan penuh puja."Kenapa lama sekali, Darling? Aku bahkan sudah menunggu dari tadi. Aku hampir bosan melihat layar ponselku." Keluh Candra.Vina mendengus, ekspresinya kembali berubah malas begitu mengingat drama di rumahnya.Vina me
Happy Reading 🎈 ••••••"Bagaimana para saksi, sah?""Sah!"Virly tidak dapat menahan tangisnya. Ia kini resmi menjadi istri dari pria yang ia benci dan takuti, seorang pria yang membelinya untuk melunasi hutang ayahnya.Begitu akad selesai, Arsen langsung menyela, memotong waktu untuk doa dan salam."Virly, sekarang kamu harus ikut ke rumahku. Sekarang juga."Virly menatap Arsen tajam, melampiaskan sisa perlawanannya. "Tidak mau! Aku tidak mau ikut! Kau tidak bisa memaksaku!""Jangan membantah! Segera pamit kepada keluargamu! Kita akan pergi sekarang."Virly tetap keras kepala, ia tetap menggeleng. Arsen yang mulai kehilangan kesaaran, meninggikan suaranya, memperingatkan. "Aku bukan orang yang sabar, Virly. ""Satu...""Dua...""Ti__"Tepat sebelum kata 'tiga' keluar, Mama Arsen, Diana, yang sedari tadi diam dan mengamati drama itu dengan wajah prihatin, menegur putranya.Diana menarik lengan Arsen dengan lembut. "Arsen! Jangan seperti itu. Dia baru saja menikah."Di
Happy Reading 🎈 ••••••"Di sini... berat, Papa. Kayvan capek..." Kayvan mendekap leher Arsen dengan isakan kecil.Arsen menatap Bi Lastri, yang terlihat lelah tapi penuh perhatian."Bi Lastri, terima kasih banyak. Biar malam ini saya yang jaga Kayla dan Kayvan. Bibi istirahat saja.Bi Lastri adalah asisten rumah tangga yang bertanggung jawab untuk dapur dan kebersihan, tetapi ia harus merangkap menjadi pengasuh sejak Arsen memecat dua baby sitter sebelumnya karena mereka sering memukul Kayvan dan Kayla saat menangis."Tidak apa-apa, Pak Arsen. Biar saya saja yang jaga. Bapak pasti lelah setelah bekerja. Bapak istirahat saja." Bi Lastri tersenyum lembut."Tidak, Bi. Saya yang harus di sini. Saya ingin memeluk anak-anak saya malam ini. Bibi istirahat ya. Besok masih harus beres-beres. Terima kasih banyak, Bi." Ucap Arsen tegas, namu terdengar lembut.Tak ingin membantah majikannya, wanita paruh baya itu mengangguk, memberikan senyum penuh dukungan, dan segera keluar dari kamar
Happy Reading 🎈••••"APA?! Menikah dengan Bos Papa?! Tidak mau! Papa, ini lelucon, kan?! Aku masih kuliah Pa! Aku bahkan sudah punya pacar! Papa tidak bisa melakukan ini padaku!" Virly menolak mentah-mentah.Reaksi Virly sama sekali tidak menggoyahkan Arsen. Ia bangkit dari sofa, menjulang tinggi di atas keluarga yang sedang hancur itu."Aku tidak peduli kau punya pacar atau masih kuliah. Kau punya waktu satu hari untuk memutuskan, Nona Virly." Arsen berkata dengan suara dingin, tegas, dan menindas.Ia melangkah maju, memaksa Virly mendongak untuk menatapnya."Menikah denganku, dan hutang ayahmu lunas. Atau, ayahmu masuk penjara besok, dan semua asetmu akan kuserahkan ke bank. Aku hanya butuh ibu untuk kedua anakku. Aku tidak butuh drama cintamu.""Kau tidak boleh seenaknya! Kau tidak bisa membeli hidup orang lain seperti ini! Ini tidak adil!" Teriak Virly marah."Keadilan? Keadilan adalah hutang yang harus dibayar. Sekarang pilihan pembayaran ada di tanganmu. Pikirkan baik-b
Happy Reading 🎈 ••••"Lagi ngapain?" tanya Virly ketika melihat Reno di seberang yang grasak-grusuk."Apa sayang? Gak kedengeran, tunggu bentar mau pindah posisi dulu." Terdengar jawaban dari seberang telepon."Lagi ngapain sih? Kayak cewek aja, kameranya gak bisa diem." Virly menatap kesal layar handphone nya."Apa sayang? Cewek? Cewek siapa? Di sini gak ada cewek." Suara Reno kembali terdengar, tapi tidak dengan mukanya."Reno anak setan. Kalau nggak jelas aku matiin aja ya?" Virly ngedumel kesal mendengar ucapan Reno."Ehhh, jangan dulu dong! Ini udah selesai." Reno tersenyum menampilkan mukanya di layar HP."Lagi di mana? Kok banyak suara?". tanya Virly penasaran."Lagi di luar sama teman, sayang!" jawab Reno."Ihh, geli banget dan di panggil sayang. Panggil nama aja bisa nggak?" Virly geli sendiri mendengar ucapan Reno yang memanggilnya sayang sedari tadi."Biar terbiasa sayang, lagian kita kan pacaran." jawab Reno santai."Baru juga sehari." Virly memutar matany







