Gendis menghembuskan napas lega saat melihat parkiran mobil yang masih kosong."Huh, syukurlah mas Karta belum pulang," ucap Gendis lirih.Ia pun segera masuk sembati menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati situasi saat itu. Setelah melihat keadaan rumah aman dan sepi, Gendis pun langsung masuk ke dalam kamarnya."Loh mbak Indah dimana ya. Apa ada di kamarnya," batin Gendis saat melihat kamarnya yang kosong dan tak ada siapapun.Gendis pun segera mengganti pakaiannya dengan daster biasa lalu menuju ke kamar Indah.Namun, belum sempat Gendis membuka pintu kamar Indah, Karta sudah lebih dulu pulang bersama dengan Anjarwati."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Gendis sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman."Mana Indah dan juga Ayu?" tanya Karta."Aku di sini, Mas," ucap Ayu tiba-tiba dengan senyum misterius di bibirnya.Tak lama Indah pun kekuar sembari menggendong Yasmine. Tak lupa Indah pun ikut bersalaman seperti istri Karta yang lainnya."Makan malamnya sudah siap, kan?" tanya Kar
Melihat keadaan Gendis yang tidak baik-baik saja karena ulah Ayu membuat Indah merasa sangat kesal.Saat Ayu hendak masuk ke dalam kamarnya tiba-tiba tangan Indah menahan pintu kamar membuat Ayu seketika itu juga menoleh."Mbak Indah," ucap Ayu bingung.Tanpa basa-basi Indah langsung menarik Ayu masuk ke dalam kamar dan mendorong tubuhnya hingga mentok ke dinding.Jari-jemari Indah yang lentik mencoba mencengkram leher Ayu hingga membuatnya sesak napas."Kurang ajar kamu ya, Yu! Bisa-bisanya kamu mengkhianati aku. Bukannya tadi kamu bilang tidak akan mengadukan kepergian Gendis pada mas Karta jika aku memberimu 15 juta. Tapi ternyata apa? Dasar pembohong!" umpat Indah kesal.Ayu yang kesulitan bernapas mencoba melepaskan tangan Indah tapi terasa begitu sulit."T-tolong l-lepaskan aku d-dulu Mbak," pinta Ayu terbata-bata.Napas Ayu mulai melemah dan tenaganya yang sempat memberontak pun mulai tak bergerak lagi.Dengan cepat Indah melepaskan cengkraman tangannya di leher Ayu dan membiar
Hingga menjelang pagi, Gendis tak bisa memejamkan kedua matanya untuk tidur. Ia terus saja kepikiran tentang ucapan Indri."Ya Allah bagaimana ini. Indri sedang butuh uang untuk membayar sekolah tapi aku sama sekali nggak pegang uang. Rekening ku juga kosong." Gendis mengecek isi rekeningnya dari telepon genggam miliknya."Aku benar-benar seorang kakak yang tidak berguna. Indri benar bahwa nggak ada gunanya aku menikah dengan pria kaya. Aku tetap saja tidak bisa diandalkan," tambahnya lagi.Waktu terus berjalan dan Gendis merasa semakin bingung tapi Ia tak berani bicara pada Indah.Gendis tak mau mengatakan kesusahannya pada Indah dan membuatnya merepotkan Indah lagi."Ya Allah, aku harus bagaimana sekarang?" tanya Gendis pada dirinya sendiri.Lama, Gendis menahan kedua matanya untuk berkedip hingga pikirannya jauh berkelana entah kemana.Gendis mencoba meminta tolong pada Ayu, Anjarwati dan Karta dengan catatan hutang tapi mereka tak memberikannya sepeserpun.Gendis merasa semakin se
Tanpa belas kasian, Ayu mengambil semua uang milik Gendis dan membawanya pergi.Dengan raut wajah yang masih kesal, Ayu masuk ke dalam kamarnya.Pintu kamarnya di tutup dengan rapat dan Ayu pun menghitung uang yang ia ambil dari Gendis."Hah cuma 15 juta? Ini mah masih kurang banyak. Aku beli baju itu kan 30 juta," sungut Ayu sedikit kesal.Tapi tak lama senyum di wajahnya kembali mengembang dengan semringah."Tapi nggak apa-apa, deh. Daripada nggak sama sekali," lanjut Ayu.Tak lama Ayu pun kemudian bersiap untuk pergi ke ATM dan mentransfer semua uang yang ia ambil secara paksa dari Gendis.Ayu tak menghiraukan tangisan Gendis yang terdengar hingga keluar kamar. Dengan begitu santai dan tanpa beban, Ayu melangkahkan kakinya melewati kamar Gendis.Namun, saat Ayu baru saja keluar dari rumah tiba-tiba ia bertemu dengan Indri.Indri tamoak berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Dengan cepat Ayu pun menghadang dengan tangannya."Eh tunggu! Kamu mau kemana?" tanya Ayu.Indri yang langkah
Setelah Karta dan Anjarwati pulang, mereka pun akhirnya makan malam bersama. Namun, kali ini Gendis tak diizinkan ikut makan malam sebagai hukuman atas kesalahannya kemarin."Yu, bisa nggak sih kalau lagi makan tuh jangan sambil main HP? Nggak sopan banget," tegur Anjarwati yang merasa kesal karena Ayu yang masih sibuk main HP di sela-sela makannya."Oh emmm i-iya, Bu," jawab Ayu sembari meletakkan HP-nya ke atas meja makan."Emang kamu belum puas apa, Yu, daritadi main HP terus? Kamu bahkan sampai nggak bantu nyiapin makan malam ini loh," ucap Indah yang dengan sengaja memojokkan Ayu yang sudah kepalang ditergur oleh Anjarwati."Apa benar apa kata Indah, Yu?" tanya Karta melirik ke arah Ayu."Ih apaan sih mbak Indah, lemes banget mulutnya," batuk Ayu kesal."Emmm i-itu tadi sebenarnya nggak sengaja, Mas. Tadi Raya ngajakin main jadi aku nggak bisa bantuin mbak Indah dan Gendis masak," jawab Ayu berkilah."Halah, bohong aja kamu," ucap Indah yang tak percaya dengan ucapan Ayu.Namun,
1 bulan kemudian.Setelah malam itu, Karta menjadi rutin melakukan hubungan bAd@n dengan Gendis. Meski harus bebagi waktu dengan Indah dan Ayu tapi Karta tetap tak mau libur melakukannya dengan Gendis.Semua itu Karta lakukan karena ia ingin Gendis segera hamil lagi dan memberikannya anak laki-laki.***Pagi ini Gendis tengah menyusui Yasmine di kamarnya. Ia berbaring dengan posisi miring dan Yasmine berasa di hadapannya.Tiba-tiba saja Ayu menerobos masuk ke dalam kamar Gendis untuk memanggilnya agar mereka sarapan bersama."Heh, itu mas Karta manggil, katanya suruh sarapan bareng," ucap Ayu saat telah membuka pintu dan melihat Gendis tengah menyusui Yasmine."Oh emmm i-iya, Mbak. Ini aku lagi nyusuin Yasmine dulu sebentar. Nanti kalau aku sudah selesai aku akan menyusul. Kalian sarapan saja duluan, tidak usah nungguin aku," ucap Gendis."Heh, siapa juga yang mau nungguin kamu. Nggak penting banget," sahut Ayu sengit.Ayu pun hendak pergi meninggalkan kamar Gendis tapi kemudian ia m
Gendis berbaring di sebuah ranjang sembari seorang dokter memeriksanya. Sementara Karta berdiri di pinggir ranjang sembari memperhatikan dokter yang tengah memeriksa Gendis."Bagaimana dengan istriku, Dok? Apa dia positif hamil?" tanya Karta to the point.Dokter yang sudah selesai memeriksa Gendis pun tersenyum pada Karta sembari berkata. "Benar pak. Ibu Gendis positif hamil dan sekarang usia kandungannya sudah jalan 3 minggu. Selamat, ya," ucap dokter tersebut.Gendis yang mendengar ucapan dokter di hadapannya pun terkejut bukan main."A-apa dok? Saya hamil," ucap Gendis seperti tak percaya.Berbeda dengan Gendis yang terlihat tak begitu senang, Karta terlihat begitu bahagia dengan senyum di bibirnya."Sudah aku duga. Kamu beneran hamil, Sayang," ucap Karta sembari mengecup pucuk kening Gendis sekilas."Baiklah kalau begitu, Saya akan berikan vitamin untuk ibu Gendis supaya tidak lemas ya," ucap sang dokter sembari menghampiri kursinya."Aku senang sekali kamu hamil, Ndis. Aku harap
"Selamat ya, Pak. Anak bapak laki-laki, seperti yang bapak inginkan," ucap sang dokter sembati tersenyum pada Karta."A-apa? I-ini sungguhan Gendis mengandung anak laki-laki?" tanya Karta yang seperti tak percaya.Karta bahkan cukup lama tercengang hingga tak berkedip. Begitu juga Gendis yang terkejut bukan main karena mengetahui anak yang dikandungnya adalah laki-laki.Spontan saja Karta memeluk tubuh Gendis yang masih terbaring di ranjang. Karta memeluk Gendis dengan begitu erat dan melampiaskan kebahagiaannya.Gendis pun membalas pelukan Karta yang begitu erat. Gendis dapat merasakan kebahagiaan yang Karta rasakan saat itu."Terimakasih ya Sayang, akhirnya kamu bisa mewujudkan imianku," ucap Karta berbisik di telinga Gendis.Sementara Gendis hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Karta saat itu.Sayangnya momen itu tak bisa terjadi lebih lama karena ada orang lain yang menyaksikan mereka."Ya Allah, terimakasih karena Engkau telah mengabulkan doa kami. Akhirnya aku bisa memberikan