Share

#3 Evolusi

Beberapa orang memposting tentang mereka yang terpilih dan menerima kekuatan yang tidak mungkin dimiliki manusia normal.

 

Beberapa video menunjukkan seseorang menumbuhkan sepasang sayap dari punggungnya, dan terbang ke langit. Dari kualitas video dan kecepatan mengunggahnya ke Internet, video itu tidak mungkin hasil rekayasa.

 

Artin kembali menatap layar TV.

 

[Kami dapat mengonfirmasi bahwa semua orang mengalami hal yang sama. Menurut apa yang telah diperingatkan, akan ada semacam bencana besar yang akan mengancam Bumi]

 

[Beberapa orang akan dipilih secara acak untuk mendapatkan kekuatan yang dapat mencegah terjadinya bencana tersebut.]

 

[Dan, kami telah terhubung dengan seseorang yang mengaku telah menerima kekuatan itu…]

 

Artin berdiri kembali, bangkit dari sofa tempat dia duduk. Berjalan-jalan sebentar di apartemen mungilnya, dan melihat melalui tirai jendela beberapa kali.

 

Ada sesuatu yang penting yang dia khawatirkan saat ini, Ibu dan adik perempuannya. Artin telah berpikir beberapa kali untuk menyusul mereka sekarang, tetapi tentu saja, itu bukan keputusan yang mudah, mengingat seberapa jauh dia sekarang tinggal dari tempat Ibu dan adik perempuannya berada.

 

Artin meninju dinding kamarnya beberapa kali, menggertakkan giginya. Mengusap janggut tipis di dagunya, lalu mengacak-acak rambut pendeknya yang sudah acak-acakan tanpa perlu dia melakukannya.

 

"Kekuatan? Game? Bencana? Omong kosong! Omong kosong! Jika ini memang nyata?"

 

Artin berpikir keras. Dia seharusnya panik dalam kondisi seperti ini. Tentu saja, itu sangat alami. Artin berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dia dan semua orang hadapi.

 

Artin spontan membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Langit malam, dengan banyak pantulan lampu dan sirene mobil di jalanan, menyambutnya. Jeritan dan tangisan yang terdengar dari beberapa tempat tak lupa membuat sayatan di hatinya.

 

“CIH”

 

“Jika ini semua nyata!!! KENAPA KAU TIDAK MEMBERIKU JUGA KEKUATAN YANG KAU MAKSUD ITU!!!”

 

Dengan sekuat tenaga, Artin berteriak hingga tenggorokannya tak mampu lagi menahan teriakannya sendiri.

 

Artin terdiam sejenak dan mengurungkan niatnya ketika tiba-tiba kilatan cahaya menerpa tanah di kejauhan, merayap melintasi langit yang gelap dengan kakinya yang panjang dan menyilaukan. Beberapa kilatan lainnya mengikuti beberapa kali hingga kemudian terdengar ledakan yang menggelegar saling bersautan menciptakan parade musik di langit.

 

JEDDDAAARRRRRRRR

 

JEDDDAAARRRRRRRR

 

Suara guntur menggelegar memekakkan telinga. Artin jatuh ke lantai, menutup telinganya dengan erat. Mendengar suara guntur sekeras itu, puluhan bahkan ratusan kali, pasti akan membuat telinga siapa saja yang mendengarnya pecah.

 

Gedung apartemen tempat tinggalnya berguncang beberapa kali, dan beberapa fasilitas lain melalui jendela apartemen terlihat jelas hancur di beberapa sisi setelah beberapa kali terkena sambaran petir.

 

Artin berdiri, mencoba memeriksa kondisi di luar. Pada saat itu, Artin dengan jelas melihat beberapa kilatan cahaya lain jatuh ke tanah mendekat, satu, dua, dan setiap tumbukan, semakin dekat pula kilatan cahaya jatuh ke arahnya.

 

Kilatan cahaya terakhir yang dia lihat adalah kilasan cahaya yang kali ini mengenai tempatnya berdiri. Seketika membuat semua cermin di ruangan itu pecah, berhamburan.

 

Tubuh Artin yang terkena benturan itu terlempar keras ke dinding dan lemari di sisi ruangan. Pecahan cermin lemari menembus punggungnya, penglihatan dan indra seketika meninggalkan tubuhnya. Meninggalkan sensasi rasa sakit yang menembus daging, mengiris kulit dan ototnya.

 

“ARGHHHHHHHHHHHHH!!!”

 

‘Apa-apaan ini!!!’

 

Tubuh Artin jatuh ke lantai, masih berusaha melawan, mencoba melepaskan diri dari rasa sakit itu.

 

“ARGHHHHHHHHHHHHH!!!”

 

Kulitnya terbakar dan meleleh perlahan, seolah terbakar meskipun tidak ada api yang terlihat. Tulang-tulang di tubuh terasa patah di beberapa tempat dan remuk, remuk seluruhnya, membuat tubuhnya lemas dan tak mampu lagi melawan.

 

“Arghhh!!!”

 

Jeritan terakhir yang bisa dibuatnya, hal terakhir yang dia rasakan adalah perasaan tidak berdaya yang terbungkus rasa sakit yang menyelimuti seluruh tubuh.

 

Tiga menit berlalu, dan terasa seperti selamanya bagi Artin. Rasa sakit ini seharusnya membuatnya kehilangan kesadaran, tapi matanya masih terbuka lebar, menahan rasa sakit itu. Terlihat urat merah di bola mata yang menyembul keluar dan beberapa tetes darah mengalir di pipi.

 

[[ SELAMAT ]]

 

[[ ANDA TELAH TERPILIH ]]

 

[[ ANDA AKAN MENDAPATKAN KEKUATAN SECARA ACAK ]]

 

[[ APAKAH ANDA SETUJU? ]]

 

Tulisan digital lain muncul di hadapan Artin, yang masih menggeliat di lantai kesakitan.

 

'YAAAAAAA'

 

"YAAAAAAA!"

 

Artin menggunakan rangkaian suku kata yang masih bisa dia kendalikan untuk menjawab dan berteriak dengan susah payah, meski yang bisa dia dengar hanyalah desisan.

 

[[ PENGACAKAN DIMULAI ]]

 

Setelah itu, sebuah huruf muncul bergantian dengan sangat cepat dari C, B, A, dan S secara acak. Dan beberapa detik setelah itu, pengacakan berhenti di huruf.

 

[[ S ]]

 

Jika melihat tingkatan yang tersedia, ini berarti bahwa Artin mendapatkan kemampuan dengan tingkatan paling tinggi. Apakah dia seberuntung itu?

 

[[ ANDA MENDAPATKAN KEMAMPUAN PEMUSNAHAN MASSAL ]]

 

[[ BONUS STATUS POIN ACAK DARI 1 SAMPAI 5 ]]

 

[[ ANDA MENDAPATKAN 4 STATUS POIN BONUS ]]

 

[[ PERIKSA PERUBAHAN YANG ANDA TERIMA MELALUI PROFIL PENGGUNA ]]

 

Setelah deretan tulisan berhenti muncul, rasa sakit di tubuh Artin perlahan mereda hingga beberapa detik kemudian, benar-benar berhenti.

 

Kulit di tubuh Artin yang awalnya terbakar perlahan mengering dan meninggalkan bekas luka bakar yang tampak seperti retakan di sekujur tubuhnya. Sedikit gerakan saja membuat sebagian kulit kering di tubuhnya terkelupas dan jatuh ke lantai, dan setelah itu muncul lapisan kulit lain yang lebih bersih dan segar dari kulit lama yang dia miliki.

 

Tubuh Artin masih kaku. Jejak rasa sakit yang dia rasakan sekarang perlahan digantikan oleh suntikan energi yang mengalir deras ke seluruh tubuhnya. Artin dapat dengan jelas merasakan darah yang mengalir di sekujur tubuhnya, membawa sensasi kesegaran dan kekuatan.

 

Beberapa menit kemudian, Artin mencoba untuk bangun, membersihkan kulit kering di tangan dan kakinya, dan takjub melihat permukaan tangan dan kakinya kini lebih bersih dan penuh vitalitas.

 

Seketika mata Artin mengamati ruangan itu. Sekarang penglihatannya tampak lebih jelas dan lebih tajam. Artin meraih pecahan cermin di lantai dan mencari tau perubahan di wajahnya, dan sesuatu yang menakjubkan terjadi.

 

"Wow. Siapa orang ini? Ini aku, kan?"

 

Wajah yang sama dengan yang dia miliki sebelumnya, tetapi lebih bersih, lebih cerah, tidak ada lagi lapisan janggut di dagu dan rahang, juga terlihat lebih kurus.

 

Artin berdiri dan terkejut ketika area dan jangkauan penglihatan berbeda dari sebelumnya. Artin segera berlari ke jendela dan meletakkan telapak tangannya di rambutnya, lalu pindah ke lapisan dinding.

 

"Tubuhku? Terasa lebih tinggi.”

 

‘Perubahan yang luar biasa.' Artin berdecak kagum di dalam hatinya.

 

Artin menampar pipinya. Kekuatan yang dia miliki jelas berbeda dari sebelumnya. Pukulannya lebih brutal, tetapi kulit pipi juga terasa lebih tebal, dan tulang yang menopang tubuhnya menjadi lebih kuat.

 

“Apakah ini nyata? Dan apa itu tadi?”

 

Artin mencoba mengingat pesan tulisan yang muncul saat dia sedang disiksa.

 

“Profil pengguna?”

 

Dan, sederet tulisan berwarna hijau transparan muncul kembali di hadapannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status