Share

#3 Evolusi

Penulis: Herolich
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-06 10:49:40

Beberapa orang memposting tentang mereka yang terpilih dan menerima kekuatan yang tidak mungkin dimiliki manusia normal.

 

Beberapa video menunjukkan seseorang menumbuhkan sepasang sayap dari punggungnya, dan terbang ke langit. Dari kualitas video dan kecepatan mengunggahnya ke Internet, video itu tidak mungkin hasil rekayasa.

 

Artin kembali menatap layar TV.

 

[Kami dapat mengonfirmasi bahwa semua orang mengalami hal yang sama. Menurut apa yang telah diperingatkan, akan ada semacam bencana besar yang akan mengancam Bumi]

 

[Beberapa orang akan dipilih secara acak untuk mendapatkan kekuatan yang dapat mencegah terjadinya bencana tersebut.]

 

[Dan, kami telah terhubung dengan seseorang yang mengaku telah menerima kekuatan itu…]

 

Artin berdiri kembali, bangkit dari sofa tempat dia duduk. Berjalan-jalan sebentar di apartemen mungilnya, dan melihat melalui tirai jendela beberapa kali.

 

Ada sesuatu yang penting yang dia khawatirkan saat ini, Ibu dan adik perempuannya. Artin telah berpikir beberapa kali untuk menyusul mereka sekarang, tetapi tentu saja, itu bukan keputusan yang mudah, mengingat seberapa jauh dia sekarang tinggal dari tempat Ibu dan adik perempuannya berada.

 

Artin meninju dinding kamarnya beberapa kali, menggertakkan giginya. Mengusap janggut tipis di dagunya, lalu mengacak-acak rambut pendeknya yang sudah acak-acakan tanpa perlu dia melakukannya.

 

"Kekuatan? Game? Bencana? Omong kosong! Omong kosong! Jika ini memang nyata?"

 

Artin berpikir keras. Dia seharusnya panik dalam kondisi seperti ini. Tentu saja, itu sangat alami. Artin berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dia dan semua orang hadapi.

 

Artin spontan membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Langit malam, dengan banyak pantulan lampu dan sirene mobil di jalanan, menyambutnya. Jeritan dan tangisan yang terdengar dari beberapa tempat tak lupa membuat sayatan di hatinya.

 

“CIH”

 

“Jika ini semua nyata!!! KENAPA KAU TIDAK MEMBERIKU JUGA KEKUATAN YANG KAU MAKSUD ITU!!!”

 

Dengan sekuat tenaga, Artin berteriak hingga tenggorokannya tak mampu lagi menahan teriakannya sendiri.

 

Artin terdiam sejenak dan mengurungkan niatnya ketika tiba-tiba kilatan cahaya menerpa tanah di kejauhan, merayap melintasi langit yang gelap dengan kakinya yang panjang dan menyilaukan. Beberapa kilatan lainnya mengikuti beberapa kali hingga kemudian terdengar ledakan yang menggelegar saling bersautan menciptakan parade musik di langit.

 

JEDDDAAARRRRRRRR

 

JEDDDAAARRRRRRRR

 

Suara guntur menggelegar memekakkan telinga. Artin jatuh ke lantai, menutup telinganya dengan erat. Mendengar suara guntur sekeras itu, puluhan bahkan ratusan kali, pasti akan membuat telinga siapa saja yang mendengarnya pecah.

 

Gedung apartemen tempat tinggalnya berguncang beberapa kali, dan beberapa fasilitas lain melalui jendela apartemen terlihat jelas hancur di beberapa sisi setelah beberapa kali terkena sambaran petir.

 

Artin berdiri, mencoba memeriksa kondisi di luar. Pada saat itu, Artin dengan jelas melihat beberapa kilatan cahaya lain jatuh ke tanah mendekat, satu, dua, dan setiap tumbukan, semakin dekat pula kilatan cahaya jatuh ke arahnya.

 

Kilatan cahaya terakhir yang dia lihat adalah kilasan cahaya yang kali ini mengenai tempatnya berdiri. Seketika membuat semua cermin di ruangan itu pecah, berhamburan.

 

Tubuh Artin yang terkena benturan itu terlempar keras ke dinding dan lemari di sisi ruangan. Pecahan cermin lemari menembus punggungnya, penglihatan dan indra seketika meninggalkan tubuhnya. Meninggalkan sensasi rasa sakit yang menembus daging, mengiris kulit dan ototnya.

 

“ARGHHHHHHHHHHHHH!!!”

 

‘Apa-apaan ini!!!’

 

Tubuh Artin jatuh ke lantai, masih berusaha melawan, mencoba melepaskan diri dari rasa sakit itu.

 

“ARGHHHHHHHHHHHHH!!!”

 

Kulitnya terbakar dan meleleh perlahan, seolah terbakar meskipun tidak ada api yang terlihat. Tulang-tulang di tubuh terasa patah di beberapa tempat dan remuk, remuk seluruhnya, membuat tubuhnya lemas dan tak mampu lagi melawan.

 

“Arghhh!!!”

 

Jeritan terakhir yang bisa dibuatnya, hal terakhir yang dia rasakan adalah perasaan tidak berdaya yang terbungkus rasa sakit yang menyelimuti seluruh tubuh.

 

Tiga menit berlalu, dan terasa seperti selamanya bagi Artin. Rasa sakit ini seharusnya membuatnya kehilangan kesadaran, tapi matanya masih terbuka lebar, menahan rasa sakit itu. Terlihat urat merah di bola mata yang menyembul keluar dan beberapa tetes darah mengalir di pipi.

 

[[ SELAMAT ]]

 

[[ ANDA TELAH TERPILIH ]]

 

[[ ANDA AKAN MENDAPATKAN KEKUATAN SECARA ACAK ]]

 

[[ APAKAH ANDA SETUJU? ]]

 

Tulisan digital lain muncul di hadapan Artin, yang masih menggeliat di lantai kesakitan.

 

'YAAAAAAA'

 

"YAAAAAAA!"

 

Artin menggunakan rangkaian suku kata yang masih bisa dia kendalikan untuk menjawab dan berteriak dengan susah payah, meski yang bisa dia dengar hanyalah desisan.

 

[[ PENGACAKAN DIMULAI ]]

 

Setelah itu, sebuah huruf muncul bergantian dengan sangat cepat dari C, B, A, dan S secara acak. Dan beberapa detik setelah itu, pengacakan berhenti di huruf.

 

[[ S ]]

 

Jika melihat tingkatan yang tersedia, ini berarti bahwa Artin mendapatkan kemampuan dengan tingkatan paling tinggi. Apakah dia seberuntung itu?

 

[[ ANDA MENDAPATKAN KEMAMPUAN PEMUSNAHAN MASSAL ]]

 

[[ BONUS STATUS POIN ACAK DARI 1 SAMPAI 5 ]]

 

[[ ANDA MENDAPATKAN 4 STATUS POIN BONUS ]]

 

[[ PERIKSA PERUBAHAN YANG ANDA TERIMA MELALUI PROFIL PENGGUNA ]]

 

Setelah deretan tulisan berhenti muncul, rasa sakit di tubuh Artin perlahan mereda hingga beberapa detik kemudian, benar-benar berhenti.

 

Kulit di tubuh Artin yang awalnya terbakar perlahan mengering dan meninggalkan bekas luka bakar yang tampak seperti retakan di sekujur tubuhnya. Sedikit gerakan saja membuat sebagian kulit kering di tubuhnya terkelupas dan jatuh ke lantai, dan setelah itu muncul lapisan kulit lain yang lebih bersih dan segar dari kulit lama yang dia miliki.

 

Tubuh Artin masih kaku. Jejak rasa sakit yang dia rasakan sekarang perlahan digantikan oleh suntikan energi yang mengalir deras ke seluruh tubuhnya. Artin dapat dengan jelas merasakan darah yang mengalir di sekujur tubuhnya, membawa sensasi kesegaran dan kekuatan.

 

Beberapa menit kemudian, Artin mencoba untuk bangun, membersihkan kulit kering di tangan dan kakinya, dan takjub melihat permukaan tangan dan kakinya kini lebih bersih dan penuh vitalitas.

 

Seketika mata Artin mengamati ruangan itu. Sekarang penglihatannya tampak lebih jelas dan lebih tajam. Artin meraih pecahan cermin di lantai dan mencari tau perubahan di wajahnya, dan sesuatu yang menakjubkan terjadi.

 

"Wow. Siapa orang ini? Ini aku, kan?"

 

Wajah yang sama dengan yang dia miliki sebelumnya, tetapi lebih bersih, lebih cerah, tidak ada lagi lapisan janggut di dagu dan rahang, juga terlihat lebih kurus.

 

Artin berdiri dan terkejut ketika area dan jangkauan penglihatan berbeda dari sebelumnya. Artin segera berlari ke jendela dan meletakkan telapak tangannya di rambutnya, lalu pindah ke lapisan dinding.

 

"Tubuhku? Terasa lebih tinggi.”

 

‘Perubahan yang luar biasa.' Artin berdecak kagum di dalam hatinya.

 

Artin menampar pipinya. Kekuatan yang dia miliki jelas berbeda dari sebelumnya. Pukulannya lebih brutal, tetapi kulit pipi juga terasa lebih tebal, dan tulang yang menopang tubuhnya menjadi lebih kuat.

 

“Apakah ini nyata? Dan apa itu tadi?”

 

Artin mencoba mengingat pesan tulisan yang muncul saat dia sedang disiksa.

 

“Profil pengguna?”

 

Dan, sederet tulisan berwarna hijau transparan muncul kembali di hadapannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #80 Kondisi Darurat

    Setelah mengetahui bahwa orang yang mencari Artin adalah Teddy, Laila memutuskan untuk menunggu di luar sementara Artin mengikuti kemana pria militer itu membawanya. Di lantai tertinggi, sebuah ruangan dengan dua pintu kayu terbuka ketika Artin berada tepat di depannya. Pria militer yang menemaninya mempersilahkan Artin untuk masuk. Sebuah ruangan dengan sofa dan meja kaca di tengah, juga beberapa meja dengan kursi serta seperangkat komputer di sisi lain. “Halo, Artin. Mari, silakan duduk.” Artin berjalan mendekat dan duduk berseberangan dengan Teddy. Dalam kondisi selarut ini, dia masih menggunakan seragam militer yang biasa dia kenakan. Apakah semua orang dari militer bekerja 24 jam? Atau hanya karena keadaan darurat yan

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #79 Ada Yang Mencariku?

    “Aku bisa mengontrol kecepatan tumbuh tanaman rambat.” Dan coba jelaskan jenis kekuatan yang dia miliki.Artin menganggukkan kepalanya pada jawaban dari anak laki-laki itu. Seperti yang dia duga, Dan adalah orang yang sama yang datang untuk menyerangnya saat itu.'Jika memang orang yang sama, apakah dia hanya berpura-pura tidak ingat apa yang terjadi?'Artin berusaha menyembunyikan rasa penasarannya. Dia akan mencoba mencari cara lain untuk mengorek informasi dari bocah itu. Salah satu dari lima, seorang gadis berambut perak seusia Dan, tampaknya memiliki kemampuan telepati dan cukup tahu tentang apa yang terjadi. Mungkin Artin bisa mengetahui siapa lawannya jika berhasil menemukan gadis itu.“Kekuatan yang cukup menarik, Dan. Bisakah kamu menggunakan kekuatanmu untuk mengunci pergerakan lawan?"

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #78 Suatu Kebetulan Lainnya

    Tempat yang sedang Artin datangi adalah sebuah kubah besar dengan beberapa lantai, kamar dan ruangan besar di tengahnya. Tempat itu menjadi salah satu pusat penampungan bagi korban serangan monster. Ada beberapa Player dari militer yang juga menjaga area tersebut. Salah satu dari mereka berjalan memberi salam saat Artin dan Laila mendekati gerbang masuk. Seorang pria dengan pakaian militer mengangkat dan melambaikan tangannya. "Hai, Artin. Aku bersamamu dalam serangan terakhir beberapa hari yang lalu." Artin menundukkan kepalanya. "Aku mendapat izin dari Teddy untuk masuk ke dalam." Pria di hadapan mereka menoleh ke Laila yang berdiri di samping Artin, menggandeng tangannya.

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #77 Kembali Tersenyum

    Beberapa hari setelah pertarungan dengan Beastmaster berlalu dengan cukup damai. Tidak ada serangan apapun yang datang pada malam hari atau siang hari. Meski begitu, Artin dan Laila tetap rutin bersiaga, terutama di malam hari. Tentu saja, tugas mereka kali ini menjadi lebih mudah karena dukungan Fang, yang juga tanpa lelah berkeliling di sekitar rumah Laila. Sebuah portal berbentuk lingkaran kembali muncul mengambang di langit. Namun bedanya, kali ini tidak hanya ada satu, melainkan puluhan. Itu sebabnya militer dan beberapa Guild besar juga telah membagi kekuatan mereka secara merata untuk menangkal kemungkinan yang akan terjadi. Artin menyandarkan tubuhnya ke sofa besar di ruang utama rumah Laila. Malam itu, dia kembali bersiap untuk melakukan jadwal jaga seperti malam-malam sebelumnya. Awalnya, sulit untuk mengubah jam tidur dari malam ke siang, namun perlahan akhirn

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #76 Kehilangan Nyawa Atau Sebaliknya

    Artin membaringkan tubuhnya di atas batu besar, yang setengahnya terendam di tepian danau. Suara serangga terdengar saling bersahutan. Dan angin yang bertiup dari permukaan danau berulang kali menghembuskan aroma kesegaran, membuat ketenangan yang coba Artin cari dengan segera terwujud di dalam dirinya.Suara percikan air, terdengar. Setelah beberapa saat Laila membenamkan dirinya, di badan besar danau yang memantulkan cahaya bulan dengan sempurna malam itu.Artin masih memastikan mereka aman dengan meminta Fang untuk terus berkeliling dan menyisir area di sekitar mereka.“Kakak…”Beberapa percikan air mengenai wajah Artin. Tetesan air yang segera berlomba antara membeku atau mengering diterpa angin. Artin terbangun dari lamunannya, menyadari bahwa akhirnya, Laila mencoba berinteraksi kembali deng

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #75 Sedang Kehilangan Cahayanya

    Mereka, anggota Beastmaster, tampak bersikeras dengan niat mereka. Mereka tidak akan mundur sedikit pun sampai mencapai apa yang mereka inginkan. Membawa orang sebanyak ini padahal targetnya hanya dua orang. Laila sudah mencapai batasnya. Pertarungan lain yang dia lakukan akan benar-benar membahayakan nyawanya. Sedangkan, Artin yakin bahwa mereka tidak akan mundur sedikit pun setelah mengetahui, dua dari rekan mereka juga telah kehilangan nyawanya di tangan Laila. "Laila, bisakah kamu pergi menyelamatkan diri?” Artin mencoba berbisik pada Laila yang berlutut di belakangnya. Laila telah melakukan pertarungan dengan tiga orang sekaligus. Ia mampu bertahan hingga saat ini saja sudah merupakan prestasi yang cukup membanggakan. Artin bukan tidak memercayai Laila, tapi tentu saja, ada batas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status