Share

150. Ibu Mertua Jahat

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-01 10:05:31

Langit sore berwarna jingga pucat, seolah sedang meniru hati Nyonya Lestari yang tengah goyah. Ia duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk, menatap karpet kamar yang sudah menjadi alasnya berpijak. Tidak ada suara selain detak jarum jam di dinding. Sesekali, hembusan napas berat lolos dari bibirnya.

"Bagaimana mungkin Kirana...?" gumamnya lirih, hampir tak terdengar. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, mencoba menahan gelombang penyesalan yang mendera.

Selama ini, ia menganggap Kirana gadis baik, sopan, dan bisa menjadi sandaran bila segala hal akan memburuk. Ia juga mengira Kirana bisa menjadi 'jembatan' yang menjaga keluarganya tetap utuh.

Namun, kenyataan yang kini terbuka begitu menampar. Fakta bahwa Kirana tega menyuruh Mbok Sumi meneror Aurelia adalah sesuatu yang sama sekali tak bisa ia sangka. Bahkan, Nyonya Lestari sendiri merasa telah ikut bersalah karena terlalu memberi ruang bagi Kirana untuk dekat dengan keluarganya.

Tangannya gemetar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   152. Darah Segar

    Suara benturan keras menggema, memecah ketenangan lantai dua kafe yang semula hanya dipenuhi bunyi sendok beradu dengan gelas dan ketikan laptop. Beberapa pengunjung refleks berdiri dari kursi mereka, sebagian lain hanya mampu menoleh dengan mata membelalak. Semua pandangan tertuju ke arah tangga.Tubuh Aurelia terhempas di dasar anak tangga dengan posisi miring, kepalanya hampir membentur lantai kayu keras. Napasnya tercekat, wajahnya pucat pasi. Sakit yang menusuk dari perut bawah menjalar hingga kakinya, membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat.“Ya Tuhan!” pekik seorang barista. Nampan di tangannya bergetar hebat, hampir saja cangkir-cangkir kopi tumpah berhamburan. Ia buru-buru meletakkan nampan itu di meja terdekat lalu berlari mendekat.Tak jauh dari situ, Kirana yang sebelumnya berdiri di balik tiang dengan ekspresi penuh kepuasan, langsung menggant

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   151. Provokasi Kirana

    Langkah Aurelia terhenti di depan sebuah kafe kecil yang terletak di sudut jalan. Tubuhnya seakan kehilangan tenaga, seolah setiap langkah yang ia tempuh sejak meninggalkan rumah Caca tadi hanya digerakkan oleh rasa putus asa. Hatinya masih terasa sesak, dihantui percakapan terakhir dengan Gian—ucapan-ucapan yang menusuk jantungnya lebih dalam daripada belati mana pun. Ia butuh ruang. Ruang untuk bernapas, untuk sekadar menenangkan pikiran yang kacau dan emosinya yang porak-poranda. Pandangan matanya terangkat ke papan nama kafe sederhana itu. Aroma kopi yang menyeruak dari dalam menembus kaca pintu, begitu menenangkan. Ia tidak berpikir panjang, tangannya refleks mendorong pintu masuk. Suasana kafe tidak terlalu ramai. Beberapa pasangan muda duduk bersebelahan, larut dalam percakapan hangat. Di sudut lain, sekelompok mahasiswa sibuk dengan laptop masing-masing, sesekali tertawa kecil. Namun, suara mereka terasa jauh bagi Aurelia. Semua riuh itu hanya seperti gema samar di telinganya

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   150. Ibu Mertua Jahat

    Langit sore berwarna jingga pucat, seolah sedang meniru hati Nyonya Lestari yang tengah goyah. Ia duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk, menatap karpet kamar yang sudah menjadi alasnya berpijak. Tidak ada suara selain detak jarum jam di dinding. Sesekali, hembusan napas berat lolos dari bibirnya."Bagaimana mungkin Kirana...?" gumamnya lirih, hampir tak terdengar. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, mencoba menahan gelombang penyesalan yang mendera.Selama ini, ia menganggap Kirana gadis baik, sopan, dan bisa menjadi sandaran bila segala hal akan memburuk. Ia juga mengira Kirana bisa menjadi 'jembatan' yang menjaga keluarganya tetap utuh.Namun, kenyataan yang kini terbuka begitu menampar. Fakta bahwa Kirana tega menyuruh Mbok Sumi meneror Aurelia adalah sesuatu yang sama sekali tak bisa ia sangka. Bahkan, Nyonya Lestari sendiri merasa telah ikut bersalah karena terlalu memberi ruang bagi Kirana untuk dekat dengan keluarganya.Tangannya gemetar.

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   149. Istrimu Benar

    “Iya, Om. Lia katanya memang pengen sendirian.”“Apa-apaan kalian, hah?!” suara Gian meledak begitu tahu bahwa istrinya sengaja menghindar. Tangannya mengepal, matanya menyalang tajam ke arah Wulan dan Doni. “Kalian pikir dengan cara begitu kalian bisa membantu Lia? Malah yang ada kalian akan bikin dia makin stres!”Namun, Wulan sama sekali tak gentar. Ia menegakkan bahunya, wajahnya merah padam. “Stres? Yang bikin dia stres itu justru Anda, Pak Gian!” Suaranya meninggi, menusuk jantung Gian tanpa ampun. “Orang tuanya enggak pernah care sama dia, dan suaminya? Astaga, suaminya lebih sibuk kerja, sibuk proyek di luar kota, sementara Lia di sini harus ngadepin semuanya sendirian. Dia itu lagi hamil, Pak! Hamil! Apa Anda enggak paham betapa rapuhnya kondisi dia?”Gian mengerjap, tercekat. Kata-kata itu menampar harga dirinya habis-habisan.“Wul, cukuplah ya.” Doni menegur lirih, tanganny

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   148. Hancurnya Perasaan Seorang Istri

    “Aku sudah tidak kuat lagi…” suara Aurelia pecah di antara tangis yang tertahan. Bahunya berguncang, kedua tangannya bergetar memegang tisu yang sudah basah oleh air mata.Mereka bertiga duduk di salah satu sudut kampus yang agak sepi, di dekat taman kecil yang biasanya dipenuhi mahasiswa yang mengobrol atau makan siang. Namun, siang itu berbeda. Hanya ada semilir angin yang berhembus lembut dan suara burung-burung yang singgah di dahan. Suasana sunyi itu justru memperjelas betapa pilunya hati Aurelia.Wulan menatap Aurelia dengan hati tersayat. Mata sahabatnya itu sembab, wajahnya pucat, seolah semua cahaya di dalam dirinya telah padam. Dengan suara pelan namun sarat rasa ingin tahu, Wulan akhirnya bertanya, “Jadi… siapa yang nyuruh si Mbok itu ya? Siapa yang sampai tega melakukan semua ini padamu?”Aurelia menggeleng dengan isakan yang semakin keras. Pipinya memerah, matanya sembab seperti tak lagi mampu menahan beban. Sua

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   147. Aurelia Kecewa

    “Sayang, kita ke kamar dulu ya.”Itulah kalimat yang keluar dari bibir Gian setelah sekian lama ia hanya diam, membiarkan Aurelia berteriak dan menangis tanpa arah. Suaranya pelan, nyaris serak, seakan ia sedang menahan sesuatu yang berat di dadanya.Aurelia menggeleng tak percaya. “Gian?” bisiknya tercekat, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencoba menolak, tapi tenaganya kalah saat lengan sang suami dengan lembut tapi pasti membawanya masuk ke dalam kamar.Di sana, di balik pintu kayu yang menutup rapat, Aurelia masih terus meronta. Napasnya tersengal, wajahnya pucat pasi. Gian berusaha menenangkan, menggenggam kedua bahu istrinya. “Lia, tenanglah, aku ada di sini. Tidak ada yang akan menyakitimu.” Namun, kata-kata itu tak cukup untuk membuat Aurelia percaya.Tangisnya semakin keras, hingga suara ketukan terdengar dari luar. “Tuan, ini saya. Bolehkah saya masuk?”Gian segera membuka pintu. “S

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status