Share

37. Penyusup??

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 10:21:07
Langkah kaki mereka bergema pelan di lorong apartemen yang sepi. Gian dan Aurelia melangkah berdampingan, dalam diam yang tak lagi terasa canggung, tapi belum juga nyaman sepenuhnya. Bagaikan dua orang asing yang tengah belajar membaca irama hati satu sama lain.

Gian membukakan pintu. Begitu daun pintu terbuka, wangi lembut lavender yang biasa digunakan Aurelia untuk pengharum ruangan langsung menyambut. Tapi malam ini, ada sesuatu yang lain. Aroma tak asing, seperti parfum mahal yang biasa dipakai seseorang… seseorang dari masa lalu Gian.

Aurelia dan Gian saling berpandangan cepat. Keduanya merasakan hal yang sama—ada yang tidak biasa.

Dan ketika mereka melangkah masuk, suara gesekan lembut terdengar dari arah dapur. Secepat itu, langkah-langkah mereka terhenti bersamaan.

Dari balik sekat ruangan, muncul sosok yang membuat Aurelia mematung dan Gian mengerjap kaget.

“Nyonya… Lestari?” suara Aurelia tercekat, hampir tak percaya. “I-ibu??”

Wanita itu berdiri kaku. Mantel cokelat panjang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   47. Sama-Sama Cemburu

    Aurelia yang semula rebahan dengan tenang di tempat tidur, refleks menegakkan tubuhnya. Pandangannya menatap layar itu tanpa berkedip. Tiba-tiba perutnya yang baru saja diisi susu dan roti terasa mual lagi, bukan karena makanan… tapi karena satu nama.Gian menghela napas pelan, lalu mengangkat ponselnya sambil berjalan ke balkon kecil di samping ruang kerja. Ia bicara dengan suara rendah, terdengar formal, dan cepat.Aurelia tidak mendengar jelas, tapi dari raut wajah suaminya, jelas tidak ada hal mencurigakan. Namun tetap saja, dadanya terasa sesak. Ia tahu dirinya sedang berlebihan. Kirana toh hanya asisten pribadi Gian. Tapi kenangan tentang wanita itu—dengan tubuh ramping, gaun pas badan, dan senyum yang terlalu profesional—masih membekas jelas dalam ingatannya.Beberapa menit kemudian, Gian kembali masuk kamar. Ponselnya sudah dimasukkan ke

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   46. Mandi Bersama

    Uap hangat memenuhi kamar mandi. Embun mulai terbentuk di cermin besar di atas wastafel. Cahaya matahari pagi yang masuk lewat kisi-kisi jendela menciptakan bias lembut yang menari di dinding marmer putih.Gian memutar keran air, memastikan suhunya cukup hangat. Saat suara gemericik mengalun, ia menoleh pada Aurelia—yang berdiri di ambang pintu dengan ragu. Tubuhnya masih terbungkus handuk tipis. Rambutnya kusut, dan pipinya tampak merah karena malu, bukan karena uap.Jangan tanyakan sudah berapa kali terdengar kalimat penolakan darinya. Namun, Gian seolah menulikan pendengarannya. Pria itu malah menyiapkan segala kebutuhan mandi mereka dengan suka cita.“Masuklah,” ucap Gian pelan.Aurelia menarik napas dalam, lalu melangkah masuk. Langkahnya pelan, seakan setiap gerakan menuntut keberanian baru. Gian membantunya melepas handuk, lalu menggantungnya di sisi dinding. Ia tidak

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   45. Milikmu Seutuhnya

    Aurelia masih berdiri membeku di belakang tubuh Gian, berusaha menyembunyikan wajah yang sekarang rasanya seperti mendidih. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Seluruh badannya panas—bukan karena udara, tetapi karena malu yang tak terbendung.Sementara Gian, berdiri di hadapan layar infokus yang memantulkan wajah-wajah bawahannya, berusaha menjaga ekspresi setenang mungkin."Maaf, saya matikan video sebentar. Ada gangguan kecil," katanya, dengan senyum profesional yang nyaris tak terlihat dipaksakan.Tanpa menunggu tanggapan, Gian menekan tombol video off di laptop. Seluruh ruangan kembali ke keheningan, hanya suara kipas laptop dan napas cepat Aurelia yang terdengar. Gian memutar tubuhnya perlahan, menatap wanita yang kini meringkuk di balik punggungnya.Aurelia menutup wajah dengan kedua tangan. "Ya Tuhan, aku ingin menghilang sekarang juga..."Gian menahan tawa yang hampir pecah, lalu menarik Aurelia ke dalam pelukan. Kedua telapak tangan besarnya kemudian membingkai w

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   44. Buktikan

    Gian menghela napas panjang lalu mendekatkan diri. Namun, Aurelia malah menggeser selimut dan duduk sambil memalingkan wajah. Air matanya masih terus menetes meski sudah berulang kali diusap dengan punggung tangan. Suaranya kecil, nyaris seperti gerutu anak-anak yang marah tapi tak bisa menjelaskan kenapa.“Kenapa sih kau harus begitu?” katanya, nyaris berbisik. “Kalau memang aku tak menarik, bilang saja. Tak usah menyelimuti tubuhku seperti aku ini mayat hidup.”Gian menghela napas, duduk kembali di sisi tempat tidur, lalu menyentuh lengan Aurelia yang gemetar. “Sayang… bukan itu maksudku.”“Jangan panggil aku ‘sayang’ kalau kau hanya ingin membuatku merasa kasihan pada diriku sendiri,” potong Aurelia, masih tak mau menatapnya.Gian tersenyum tipis. Tangannya

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   43. Apa Aku Tidak Menarik?

    Aurelia menggigil. Setelah mengucapkan kalimat penyerahan diri tadi, seluruh tubuhnya menegang. Napasnya terasa pendek. Tangannya mengepal di atas pangkuan, dan setiap inci kulitnya terasa seperti terpapar udara musim dingin yang membekukan.Di hadapannya, Gian terdiam. Tatapannya tertuju pada wanita yang kini tampak seperti burung kecil yang takut mengepakkan sayap. Ia melangkah pelan, nyaris tanpa suara, dan duduk di hadapan Aurelia.“Kau yakin?” tanyanya lagi, lembut tapi jelas.Aurelia hanya mengangguk. Tak ada suara dari bibirnya. Tapi mata itu… penuh kecemasan.Tanpa banyak kata, ia akhirnya bangkit dan membimbing Aurelia ke kamar. Keduanya melangkah pelan nyaris tak bersuara lagi.Gian menyentuh pipinya, menatapnya dalam. “Aku tidak ingin kau memberiku sesuatu karena merasa harus. Aku ingin kau memberikannya… karena kau mau.”“Aku mau,” bisiknya, kali ini terdengar lebih jelas, meskipun gemetar.Gian menelan ludahnya. Satu sisi dalam dirinya ingin percaya. Tapi sisi lainnya mem

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   42. Gian Marah

    “Apa katamu??”Gian meletakkan gelas ke meja dapur dengan bunyi pelan tapi jelas. Ia bersandar, menatap lurus ke arah Aurelia. “Aku tidak tahu lagi harus menganggap hubungan ini seperti apa.”Aurelia melangkah maju, wajahnya mulai merah karena campuran emosi. “Jadi semua ini... kau anggap omong kosong?”“Jangan membalikkan semuanya padaku,” desis Gian tajam. “Kau yang malu mengakuiku sebagai suami. Kau yang membiarkan pria lain bicara tentangmu seolah aku tak ada. Apa itu yang dinamakan hubungan sebenarnya?”Aurelia menggeleng keras. “Kau tidak tahu bagaimana rasanya berdiri di antara dua dunia, Gian! Kau tidak tahu apa yang kulalui! Nathan datang tiba-tiba, semua terasa seperti jebakan—aku panik!”“Dan dalam kepanikanmu, kau memilih diam,” potong Gian, suaranya meninggi. “Membiarkan dia menyebutku suami tua tanpa membela. Membiarkannya bilang kau akan kembali padanya. Kau tahu apa rasanya menjadi laki-laki yang tidak diakui oleh istrinya sendiri?!”Aurelia memukul dadanya sendiri den

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status