"Fitri ... ayo antar aku ke rumah Bos Bastian," kata Rahma sambil bangkit berdiri
"Tapi Bos Bastian sekarang sedang di Jakarta, Mbak" kata Fitri.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin ke sana sekarang," kata Rahma menuju parkiran motor, Fitri buru-buru menyusul dari belakang.
"Ayo, Mbak. Fitri antar."
Fitri segera menstater motornya, Rahma membonceng di belakang. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka, Rahma sibuk dengan pikirannya sendiri. Rahma sudah menduga jika Fauzan pasti mencarinya di rumah, lelaki itu pasti yakin jika Alif adalah putra kandungnya, wajahnya yang mirip pasti menguatkan dugaannya. Untuk sementara Rahma harus bisa menghindari lelaki itu.
"Sudah sampai, Mbak. Sepertinya sepi tidak ada orang, rumahnya juga gelap gulita," kata Fitri.
Rahma turun dari motor memandang ke arah rumah bosnya yang tampak seperti rumah kosong.
"Ya, sudah. Makasih ya, Fit." kata Rahma melangkahkan kaki
"Mbak ...
Fauzan sudah mencari Rahma dan Alif di sekitar Restoran tapi tidak ditemukan, segera dia tancap gas ke rumah Rahma, dia kendarai mobil sewaan itu dengan kecepatan tinggi."Rahma ... aku yakin Alif itu anak kandungku. Aku tidak akan melepaskan kalian berdua, aku pasti akan menikahimu Rahma ... kau yang paling cocok menjadi ibu anakku itu," katanya sambil melajukan mobil, matanya berbinar cerah ...harapannya yang mustahil memiliki anak, ternyata tanpa dia sangka dia sudah memiliki anak darah dagingnya sendiri. Kebahagiaan ini seperti dia memenangkan undian lotre, rezeki tanpa disangka-sangka."Pasti Mama sama Papa bahagia banget, ternyata aku memiliki keturunan. Papa ... Mama ... keturunan keluarga Winata tidak musnah seperti yang kalian bilang. Aku masih memiliki satu keturunan lagi," kata Fauzan menggebu-gebu.Sesampainya di rumah Rahma, diketuk dengan keras rumahnya."Rahma! ... Rahma!" panggilnya, pintu Rumah itu bahkan digedornya.
"Ah, lebih baik aku tidur" kata Bastian beringsut menuju kamarnyaSegera dibuka pintu kamarnya, ada yang aneh ... kenapa lampu kamar sudah menyala? Padahal dia belum menyalakan.Betapa terkejutnya dia melihat siapa yang berada di tempat tidurnya, diaturnya napasnya yang tersenggal melihat perempuan itu tengah tidur di sana, tak terasa sudut matanya mengeluarkan cairan bening, senyumannya mengembang diantara isak tangisnya."Haish, dicari ke mana-mana ternyata dia ada di sini?" Gumamnya sambil menghapus butiran bening di sudut matanya.Langkah kakinya diatur perlahan-lahan mendekati wanita itu, diamatinya sosok yang tengah tertidur pulas dengan posisi meringkuk. Bantal yang ditimpa kepalanya terlihat basah, Ah ... apakah dia habis menangis? Bastian menghirup napas panjang, dadanya kini terasa plong. Wanita ini pasti tengah sedih, mengingat Ayah kandung Alif muncul, apakah lelaki itu diberitahu Santi jika dia memiliki anak kandung? Bukankah Rahm
"Ini seperti mobil Bang Romi, mobil Bos mana?" tanya Rahma ketika mereka dalam perjalanan"Dilarikan Santi," jawab Bastian Santai sambil menyetir."Maksudnya dilarikan apa, Bos?" tanya Rahma belum paham."Dilarikan ya dicuri, bisa juga dirampok," jawab Bastian"Ya, Allah ... dicuri? Aku kemarin masih ketemu Santi, dia masih di kota ini, kenapa Bos tidak melaporkan ke polisi sih?" kata Rahma heran."Yang melakukannya bukan cuma Santi, tapi Mamaku juga, gak mungkin aku memenjarakan Mamaku sendiri," kata Bastian."Padahal gara-gara aku cuma ngerusakin mobil itu tidak sengaja, Bos mau ngelaporin aku ke polisi. Aku juga terpaksa jadi babu juga gara-gara mobil itu," kata Rahma, hatinya tiba-tiba sedih membayangkan situasi awal pertemuan dengan pria ini.Mendengar perkataan Rahma, Bastian menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ditatapnya wanita di sampingnya lekat, terbayang kejadian dulu, dia memang keterlaluan dengan gadis ini, t
Baru ini Bastian pagi-pagi buta pergi ke pasar tradisional, rupanya pasar sudah ramai, banyak lapak dan toko yang sudah buka. Rahma cekatan belanja kebutuhan dapur, Bastian hanya mengekor di belakang sambil menjinjing kantong belanjaan. Setelah semua terbeli, barang belanjaan segera dimasukkan mobil."Sebentar ya, Bos. Ada yang mau kubeli," kata Rahma.Dia berlari ke toko baju yang baru dibuka, dia memilih-milih dalaman, lagi haid gini risih tidak ganti celana dalam. Bastian mengikutinya tanpa Rahma sadari. Lelaki itu segera meraih gamis biru muda dan jilbab sarung senada, setelah membayar dia segera masuk ke dalam mobil, Rahma menyusulnya beberapa saat.Setelah sampai rumah, Rahma langsung mencuci daging dan merebusnya, tidak lupa dia mananak nasi di magicom. Sambil nunggu dagingnya empuk, dia segera menuju kam
"Kita mau ke mana, Mbak?" tanya Dodit ketika di perjalanan"Ke rumahku dulu, Dit. Aku mau mengambil pakaian ganti dan motorku," kata Rahma pada pria muda yang usianya baru menginjak dua puluh tujuh tahun itu.Setelah sampai rumah Rahma, ternyata Fauzan sudah menunggu di sana. Rahma segera pindah duduk dari bangku belakang ke depan."Dodit, Mbak minta tolong ya? Berpura-puralah menjadi kekasih Mbak, di depan pria itu," kata Rahma."Waduh, nanti Pak Bastian marah, Mbak.""Gak akan, diakan menyuruhmu menjaga aku," kata Rahma.Mereka segera keluar dari mobil. Fauzan menatap kedua pasang
Setelah rapat, Bastian segera menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Papanya belum masuk ruang operasi, sehingga dia masih bisa berbincang dengan Papanya."Bagaimana hari pertamamu kerja?" tanya Pak Sagala"Cuma rapat terbatas persiapan rapat Direksi besok, Pa," jawab Bastian."Untuk PT Inti Sari Besi, angkat wakil direkturnya, jadi direktur utama. Dia anak pemilik perusahaan yang lama," kata Papa Sagala"Iya, tadi ada usulan seperti itu," jawab Bastian."Perusahaan itu dulu milik teman Papa, ketika perusahaan itu sedang jaya-jayanya pemiliknya meninggal sekeluarga karena kecelakaan. Akhirnya perusahaan itu dilanjutkan oleh adik Almarhum, namun karena tidak bisa mengelola akhirnya perusahaannya bangkrut. Papa sengaja membelinya, untuk mengenang teman Papa itu. Dulu, dia selalu men-suport Papa dengan ilmu bahkan dana ketika baru membuka usaha konstruksi, tapi belum sempat Papa membayar hutang Papa, dia keburu meninggal. Ada yang mengatakan
Rapat Direksi sudah dimulai pukul sepuluh pagi. Dihadiri oleh empat direktur utama dan dua puluh direktur cabang, beserta wakil direkturnya. Masing-masing perusahaan juga membawa General Manager dan Sekretaris profesional perusahaan, juga dihadiri beberapa orang undangan khusus yang akan menduduki jabatan Direktur. Beberapa orang perwakilan dari kantor pusat juga hadir beserta anggota Dewan kehormatan, kode etik dan kinerja.Agenda pertama adalah pidato dari Pak Jonathan selaku Presiden Direktur sementara menggantikan Pak Sagala."Karena Presdir utama kita Bapak Sagala Wibisono tengah sakit, maka saya menggantikan sementara tampuk pimpinan di BSW Group. Namun, sekarang karena putra beliau sudah siap menggantikan ayahnya, maka saya bisa pensiun dengan tenang, saya hanya memantau dan membimbing dari jauh perusahaan ini. Kita sambut Presdir baru kita, seorang anak muda yang cakap dan masih penuh semangat, ini dia Bapak Bastian Sagala Wibisono ...."Bastian se
"Alif ... sebenarnya Bunda Rahma bukan ibu kandung Alif," kata Fitri dengan suara lembut."Apaaa??"Selembut apapun nada bicara Fitri, tapi berita itu bagai gelegar petir di telinga Alif, menggungcang jiwa kecilnya, sehingga tubuh kecilnya meluruh bersimpuh ke tanah."Tante Fitri bohong, kan? Tidak mungkin Bunda bukan ibu kandung Alif."Tangis anak itu pecah, ditangkupkan kedua tangannya ke wajah yang ditopang kedua kakinya.Fitri sudah menduga semua ini pasti terjadi, tapi dia harus bisa membesarkan hati anak itu. Diraihnya kedua tangan anak itu, kemudian dipeluknya anak itu dengan erat, diusap air mata yang membasahi pipinya."Alif, kamu harus tenang, sayang. Demi Bunda ... kau harus tahu kenyataannya dari sekarang, karena akan ada badai yang akan menghantam kalian berdua," kata Fitri membuat anak itu menatapnya dengan serius, dihapusnya air mata yang masih terus mengalir."Dulu, Bunda Rahma memiliki teman, dia teman