Home / Romansa / Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris / 10. Sentuhan Pertama yang Melewati Batas

Share

10. Sentuhan Pertama yang Melewati Batas

Author: Sandra Dhee
last update Huling Na-update: 2025-05-28 16:57:20

Suasana malam masih tenang saat Rania membuka pintu apartemen dengan pelan. Tangannya membawa tas belanja kosong dan napasnya sedikit terengah usai menempuh perjalanan pulang dari rumah Reyhan sendirian dengan motornya. Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Ia membuka sepatu pelan dan melangkah masuk tanpa menyalakan lampu, berharap bisa langsung ke kamar tanpa mengganggu siapa pun.

Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati sosok Bara berdiri di ruang tengah, di tengah kegelapan.

Rania hampir memekik, mengira itu adalah sosok hantu atau pencuri yang menyusup ke dalam rumah. Namun saat ia dengan sigap menyalakan lampu ia menghela nafas lega karena sadar ternyata itu adalah Bara. Dengan kemeja putih yang sudah sedikit kusut dan wajah dingin yang tidak bisa disembunyikan lagi dari raut marah.

"Dari mana saja kamu?" suara Bara terdengar berat dan tajam, menusuk udara seperti pisau yang diasah.

Rania menelan ludah, mencoba bersikap tenang, "Aku ke rumah Reyhan. M
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   55. Hari Pertama Bulan Madu

    Bara menggenggam tangan Rania dengan erat siang itu, membimbingnya menuruni jalanan yang dipenuhi toko-toko kecil dan kafe yang ramai dengan pasangan-pasangan yang tengah berlibur.Udara Santorini terasa lebih hangat daripada biasanya. Angin laut yang lembut berhembus pelan, membawa aroma asin dari laut Aegea dan bunga-bunga segar yang bermekaran di sepanjang jalan kecil berbatu."Kemarilah," ujar Bara lembut, menarik Rania ke sebuah teras kafe kecil yang menghadap langsung ke lautan biru. Mereka duduk berdua di sudut, dengan segelas wine lokal dan sepiring kecil kudapan khas Yunani.Rania menatap pemandangan di depannya dengan mata berbinar. "Ini... seperti mimpi," gumamnya."Kalau begitu... jangan bangun dulu," jawab Bara sambil tersenyum. Tatapannya lembut, dan untuk pertama kalinya sejak pernikahan mereka dimulai, Rania merasa benar-benar menjadi bagian dari hidup pria itu.Mereka menghabiskan hari itu dengan berjalan di sepanjang pantai, tertawa, mengambil foto, dan bahkan sempat

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   54. Santorini dan Keindahannya

    Rania menggenggam erat tiket pesawat yang diberikan Bara. Jantungnya berdetak kencang sejak tadi pagi, seakan ingin melompat keluar dari dadanya. Ia masih tidak percaya bahwa hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Perjalanan bulan madu ke Santorini, tempat yang selama ini hanya ia lihat lewat layar televisi atau media sosial.Bara tampak tenang. Lelaki itu mengenakan kemeja linen berwarna biru muda yang membuatnya terlihat santai namun tetap berwibawa. Ia menoleh ke arah Rania yang duduk di sampingnya, memandangi suasana bandara dengan mata berbinar.“Gugup?” tanya Bara sambil menyenggol lengan Rania pelan.Rania mengangguk pelan. “Gugup sekali. Ini pertama kalinya aku naik pesawat. Dan... pertama kalinya ke luar negeri.”Bara tersenyum. “Tenang aja. Aku di sini. Pegang tanganku kalau kamu panik.”Rania menoleh. Matanya menatap tangan Bara yang terulur, dan dengan ragu, ia meraih tangan itu. Hangat. Kuat. Dan entah kenapa, tenang. Perasaan yang membuat jantung Rania berdetak lebih

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   53. Di Balik Sorotan Kamera

    Pagi itu, mentari tampak cerah, seolah turut menyambut langkah baru yang sedang ditempuh Rania dan Bara. Semalam mereka tidur dengan hati hangat, dan kini bangun dengan semangat yang sama. Kebahagiaan kecil yang mulai tumbuh di antara mereka.Rania mengenakan blouse putih bersih dengan celana jeans panjang dan jaket denim yang membuatnya tampak kasual tapi anggun. Rambutnya dikuncir rendah, dan ia tak memakai banyak riasan hari itu. Ia baru saja selesai berdandan dan hendak keluar kamar ketika Bara masuk sambil membawa dua cangkir kopi dan senyuman.“Kita harus ke imigrasi dulu untuk urus paspor kamu,” ucapnya sambil menyerahkan secangkir kopi hangat.Rania menyambutnya dengan senyum. “Kamu yakin mau menemaniku? Aku bisa melakukannya sendiri.”Bara duduk di sampingnya, satu tangan meraih tangannya. “Kita mau pergi bersama. Jadi semuanya juga harus dilakukan bersama.”Kata-katanya sederhana, tapi cara Bara mengatakannya dengan tenang dan penuh perhatian, membuat dada Rania hangat. Lela

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   52. Mata-mata yang Tak Terlihat

    Hari itu, Rania segera mengurus izin cutinya di sekolah seperti permintaan Bara. Ia langsung menghadap ke ruangan kepala sekolah untuk menyerahkan surat izin yang sudah ia siapkan sejak pagi, beberapa menit saat bu Dyas, sang kepala sekolah, baru tiba. Rasanya Rania sudah tak sabar menantikan momen liburan bersama Bara. Setelah sekian lama berada dalam pusaran konflik, keduanya akhirnya menemukan waktu untuk bernapas sejenak, dan menikmati hubungan mereka sebagai suami istri yang sebenarnya."Cuti?" ulang Bu Dyas sedikit terkejut, karena Rania memang guru yang jarang sekali mengambil cuti kecuali saat ada keperluan penting. Seperti saat dulu ayahnya meninggal dan saat Rania menikah.Rania mengangguk tegas. Matanya menyiratkan kebahagiaan, dan senyum ceria tak pernah sirna dari wajahnya."Bulan madu? Bukannya kalian sudah cukup lama menikah?" tanya Bu Dyas lagi."Memang Bu, tapi suami saya baru sekarang ada sedikit jadwal kosong. Kemarin-kemarin kami tidak sempat cuti karena pekerjaann

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   51. Ide Bulan Madu

    Pembicaraan Rania dan Bara berlanjut di dalam kamar. Mereka terus saling menceritakan kisah masing-masing karena banyak yang memang belum diceritakan.Dari obrolan itu, Rania akhirnya mengetahui sisi lain Bara yang belum pernah ia lihat. Bara yang lembut dan merasa takut kehilangan. Sementara Bara juga tahu sisi Rania yang kuat dan mandiri, yang cukup berbeda dari pribadi lemah yang selama ini ia lihat."Aku tak bisa membayangkan setiap malam kamu menangis sendirian di kamarmu, memikirkan tagihan-tagihan itu sendirian," kata Bara sambil memainkan ujung rambut Rania dengan jarinya.Rania terkekeh, "Jangan dibayangkan. Aku melakukannya setiap hari. Dan puncaknya, adalah saat aku dengan bodohnya berjalan ke tengah jalan saat mobilmu lewat."Bara tersenyum mengingat kejadian itu, saat pertama kali mereka bertemu, "Aku juga sedang melamun saat itu. Aku tak melihat ada lampu merah."Rania dan Bara saling menatap. Kejadian yang waktu itu terlihat menyebalkan bagi mereka, sekarang justru tamp

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   50. Masa Lalu dan Ancaman

    Lampu-lampu kota mulai meredup satu per satu dari balik jendela apartemen, meninggalkan suasana malam yang hangat dan tenang. Rania duduk bersandar di dada Bara di atas sofa ruang tengah. Sebuah film lama diputar di televisi, tapi tak satu pun dari mereka benar-benar menontonnya. Tawa pelan dan obrolan santai lebih mendominasi malam itu.Bara membelai rambut Rania lembut, sementara jari-jari Rania menggenggam tangan Bara dengan erat. Senyum tersungging di wajah Rania, tapi jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang berusaha ia kubur dalam-dalam.Tentang Reza. Tentang Becca. Tentang peringatan yang membuat pikirannya tak tenang seharian ini.Namun malam ini, ia memutuskan untuk tidak merusaknya dengan keraguan. Untuk pertama kalinya, Bara tampak benar-benar bersikap seperti seorang suami. Hangat, perhatian, dan bahkan... terlihat begitu terbuka."Mas," gumam Rania pelan, "boleh aku cerita sesuatu?"Bara meliriknya, menundukkan wajah agar lebih dekat. "Apa saja, Sayang."Rania tersipu malu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status