Share

Sky cemburu?

Sky memegang garpunya sambil menusuk-nusuk nasi goreng dengan wajah cemberut. Hal itu membuat Juwita hanya mampu tersenyum pasrah. Ia mendekat mencoba membujuk laki-laki itu sekali lagi.

"Apakah kamu masih marah?"

Sky tetap diam tapi bibirnya semakin mengerucut, itu membuatnya semakin terlihat lucu. Karena Juwita tak membujuknya lebih lanjut, Sky menoleh dan tak terima.

"Jangan bermain dengan Samudra, istri hanya boleh bermain dengan Sky."

Juwita hanya mengangguk dan menjawab dengan ya setelahnya. Itu membuat Sky merasa senang, walaupun dia sebenarnya belum cukup puas karena Juwita tak membujuknya lebih lama.

Sky dibesarkan dengan cara yang manja, ia biasa dipuji dan diberi perawatan terbaik. Juwita sangat penurut tapi jarang memujinya dan mengatakan hal-hal manis. Itu membuat Sky sedikit tidak puas tapi kata Mama, istri adalah orang yang harus dimanjakan oleh suami bukan sebaliknya. Jadi Sky yang memiliki ego tinggi terpaksa mengalah dan mencoba memanjakan istrinya dengan memaafkan kesalahan Juwita karena bermain dengan Samudra tanpa mengajaknya.

Saat Juwita menemani Sky untuk sarapan, kedua mertuanya telah bangun dan segera ikut bergabung bersama mereka. Senyum Linda begitu merekah saat melihat kebersamaan Juwita dan Sky.

"Apa kalian sarapan bersama?"

Juwita tersenyum dan mengangguk.

"Juwi, hari ini kamu temani Mama untuk pergi ke butik. Kamu perlu membeli beberapa perlengkapan baru."

Juwita tak memiliki keinginan untuk menolak ajakan ibu mertuanya. Ia sadar, walaupun keluarga ini menerimanya dengan baik. Tapi penampilan Juwita yang terlihat sederhana begitu mencolok. Orang-orang kota dapat langsung mengenalinya sebagai orang desa. Tentu saja keluarga Subadra tak akan membiarkan penampilan Juwita sebagai celah untuk orang-orang bergosip tentang mereka.

Saat Juwita telah bersiap untuk pergi, Ibu mertuanya telah menunggu di depan mobil sambil tersenyum. Mereka meninggalkan Sky bersama Samudra dan Ayah mertuanya di rumah. Ketika para perempuan sedang asyik berbelanja, para laki-laki akan bersantai di rumah.

Di dalam mobil mereka terus berbicara mengenai hal-hal yang disukai perempuan pada umumnya. Beruntung Juwita memiliki wawasan yang luas, jadi walaupun ia tak pernah melihat dunia luar. Ia dapat mendeskripsikan nya dengan melalui semua hasil bacaannya di buku.

Dari luar jendela, Juwita dapat melihat dengan baik pemandangan kota diluar. Kota metropolitan yang menyuguhkan berbagai macam perlengkapan modern. Ini adalah pemandangan yang baru pertama kali Juwita lihat. Baju-baju terbaik berjejer dengan harga fantastis. Itu membuat Juwita hanya mampu melihat dan menunggu Ibu mertuanya untuk memilih pakaian untuknya.

Juwita percaya selera ibu mertuanya pasti sangat baik. Jadi ia hanya duduk dan menunggu sampai wanita paruh baya itu selesai memilih.

Saat mereka sampai di butik, tidak ada pengunjung yang datang kecuali mereka. Padahal butik terlihat begitu mahal dan eksklusif. Para pelayan sibuk melayani mereka berdua. Itu membuat Juwita memiliki kesimpulan dalam otaknya, bahwa butik ini sengaja dikosongkan untuk menyambut mereka.

Juwita pun menebak-nebak, sekaya apa sebenarnya keluarga Subadra.

Saat ibu mertuanya membawa berbagai macam model pakaian, saat itu juga Juwita merasa kaget. Hampir semua pakaian yang dibawa ibu mertuanya pilih adalah pakaian terbuka. Itu membuat Juwita merasa malu.

"Ayo coba."

Juwita yang tak terbiasa memakai pakaian terbuka, hanya mampu memberanikan diri untuk menolak dengan halus. "Tapi Ma, pakaiannya terlalu terbuka."

"Tidak apa-apa, semua pelayan disini adalah perempuan. Jadi kamu tak perlu malu."

Mendengar pembelaan yang dilakukan oleh ibu mertuanya. Juwita pun tak memiliki alibi untuk menolak permintaannya. Dengan terpaksa Juwita masuk ke ruang ganti dan mencoba satu persatu pakaian yang diberikan ibu mertuanya.

Setelah memilih untuk waktu yang lama, akhirnya pilihan jatuh pada gaun warna putih dengan bagian belakang yang terbuka. Gaun itu terlihat sangat cantik dan anggun. Hampir mirip dengan gaun pengantin yang ada di televisi. Namun Juwita yang tak terbiasa menggunakan pakaian terbuka terus bergetar kedinginan. Apalagi ditambah dengan suhu AC yang sangat dingin.

Linda yang paham hal itu, segera memberinya jaket dengan warna senada. "Gunakan jaket ini."

Setelah itu Linda pun memilih hampir semua pakaian keluaran terbaru untuk digunakan Juwita sehari-hari. Setelahnya mereka melanjutkan ke tempat rias yang lagi-lagi diisi oleh mereka berdua saja.

Sekarang penampilan Juwita berubah drastis. Alisnya menjadi lebih rapi dari sebelumnya, dan rambut hitamnya terlihat lebih menarik dan bervolume. Tak lupa kukunya terlihat mengkilap dan make up tipis diwajahnya berhasil membuat Juwita terlihat 10 kali lebih cantik dari sebelumnya.

Juwita sempat terdiam untuk waktu yang lama didepan cermin. Ia masih tidak percaya bahwa orang yang ada di pantulan cermin tersebut adalah dirinya. 

"Sangat cantik," komentar Linda.

Juwita pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Setelah berbelanja seharian, mereka akhirnya pulang ke rumah. Tubuh Juwita terasa hampir remuk semua, ini pertama kalinya ia lelah setelah berbelanja.

Juwita dan ibu mertuanya memakai gaun mewah dan glamor saat pulang ke rumah. Juwita berfikir mungkin ini adalah rutinitas orang kaya untuk menghabiskan uang dan waktu mereka. Tapi ternyata Juwita salah, saat sampai di rumah ia disambut oleh lilin dan bunga-bunga cantik yang dominan warna putih. 

Saat melihat ke depan Sky, Samudra dan Ayah mertuanya memakai pakaian formal dengan bunga disisi mereka. Itu terlihat seperti sebuah pernikahan. Juwita pun bingung dan tak tau harus memasang ekspresi seperti apa.

Linda pun mendekat dan berbisik pada Juwita. "Kami tidak bisa mengadakan upacara pernikahan yang mewah karena kondisi Sky tidak memungkinkan. Tapi kami selalu berharap akan ada pesta pernikahan untuk kalian berdua. Jadi kami membuat makan malam hari ini sebagai upacara pernikahan kalian."

Saat mendengar hal itu Juwita langsung terharu dan memeluk ibu mertuanya. Ia berterima kasih karena diperlukan sangat baik. Juwita pun menoleh ke arah Sky yang terus tersenyum polos. Itu membuat Juwita semakin bersyukur. Seolah-olah Sky adalah bintang keberuntungan miliknya. 

Setelah Juwita menikahi Sky, hampir semua bagian hidupnya berjalan kearah yang lebih baik. Juwita merasa bersama Sky masa depannya terlihat sangat cerah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status