Share

Hari Pernikahan

Author: Ana j
last update Last Updated: 2023-10-30 19:55:36

Wanita cantik dengan bibir merah merona itu menyorot Kamila tajam, raut angkuh dan tegasnya membuat siapa pun akan segan. “Angkat kepalamu, jika ingin menjadi bagian dari keluarga Dewangga, jangan pernah sekali-kali menunduk!”

Kamila tergugu, ia langsung mengangkat kepalanya, menatap tepat pada Dona. Sang nyonya besar di rumah ini. “Ba–baik, Nyonya.”

“Berapa usiamu?” tanya Tama, meneliti gadis muda di hadapannya itu.

Kini atensi Kamila beralih pada pria paruh baya yang begitu mirip dengan Aron. “Sembilan belas tahun, Tuan.”

Aron berdeham melihat kedua orang tuanya yang saling melirik satu sama lain. “Apa kau sedang melanjutkan pendidikan saat ini?” balas Tama. Pancaran matanya terlihat ramah kala menatap Kamila.

“Tidak, Tuan. Saya seorang pedagang dan buruh cuci.” Hening, tak ada yang membuka suara kembali. Kamila juga mulai merasakan atmosfer tak enak di sekelilingnya.

Benar saja, firasatnya memang tak pernah salah tatkala nyonya besar di rumah ini melayangkan protes pedas.

“Mengapa Ayah menjodohkan Aron dengan gadis seperti ini, Mas! Aku sungguh tidak ikhlas! Anak kita sekolah tinggi-tinggi dengan profesi membanggakan justru mendapatkan pasangan yang tidak sepadan!” Dona lepas kendali, raut tenangnya sirna seketika, tergantikan oleh kemaran serta kekesalan.

“Dona.” Tama menegur pelan, tapi tidak dengan sorot tegas dari pancaran kedua matanya. “Ini adalah wasiat dari Ayah. Dan aku tidak mungkin mengingkarinya.”

“Ayah benar, Ibu. Dan aku punya cara tersendiri untuk mengakhirinya.” Aron ikut menimpali, wajah tampan dengan ekspresi dingin itu terlihat tak main-main.

Sementara itu, Kamila yang sejak tadi berada di tengah-tengah mereka cukup takjub melihat keluarga sultan ini. Bagaimana bisa mereka menggosipkan dirinya di depannya secara terang-terangan seperti ini!

Lain halnya dengan Dona yang mendengkus mendengar perkataan sang putra. Ia tak pernah terima kenyataan ini, sampai kapan pun! "Jika begitu, urus dia nanti. Jangan sampai membuat ulah, apalagi membuat malu. Kau mengerti, Aron?” .

Aron terdiam sembari bersedekap dada, sangat sulit membaca raut wajah serta pemikiran tuan muda yang rupawan itu. “Tentu, Ibu persiapkan saja semuanya, bila perlu langsungkan pernikahan ini satu bulan lagi.”

Dona tersenyum sinis, entah apa yang terlintas di dalam pikirannya. “Tidak, terlalu lama. Ibu putuskan jika kalian akan menikah nanti malam, dan tak ada bantahan!”

Sontak saja perkataan wanita paruh baya itu membuat Kamila kaget bukan main, tak terkecuali Aron sendiri.

***

Kamila menatap pantulan dirinya, gaun yang ia kenakan begitu sederhana, riasannya pun sangat tipis. Sebenarnya tak mengapa, karena ia tak begitu tertarik dengan segala kemewahan. Kendati demikian, Kamila cukup bingung, Karena pernikahan ini sangat tertutup. Hanya keluarga serta sahabat dari para anggota keluarga Dewangga saja yang menghadiri.

“Kakak!”

Kamila tersentak ketika lengannya dipeluk erat. “Hai, adikku begitu tampan.” Ia memeluk erat Arfin dari samping, sesekali membubuhkan kecupan hangat.

“Kakak juga sangat cantik!”

Kamila tersenyum manis, belum sempat ia menjawab. Suara dari belakang punggungnya mengalihkan atensi gadis itu.

“Sudah selesai? Acaranya mau dimulai,” ucap Aron datar. Kamila menoleh, menemukan eksistensi Aron bersama seorang wanita cantik—bukan—sangat cantik, ia saja sampai tertegun melihatnya.

Tubuh semampai dengan kulit putih bersinar, matanya yang sendu dilengkapi senyum manis menawan. Siapa yang tak bertekuk lutut melihat wajah jelita itu? “Hai! Saya Relin, sahabatnya Aron.”

Kamila tersenyum kikuk, lalu menerima uluran tangan wanita itu. Jujur saja ia sangat insecure, karena telapak tangannya tak semulus dan sehalus Relin. “Saya Kamila, senang bertemu denganmu, Nona Re—”

“Jangan panggil, Nona. Cukup Relin, saja. Walau usia saya dan Aron sama, tapi saya tidak terlihat tua, bukan?”

“Jadi, kau mengira aku ini sudah tua?!” Aron menangkup wajah wanita itu, ekspresinya memang tetap terlihat dingin, tapi tidak dengan tatapan lembut penuh puja itu.

“Memang kau sudah tua!” Relin mengejek Aron kembali, membuat sang empu mencubit pipinya gemas. Tak lupa kecupan singkat pada pucuk kepala sang wanita.

Kamila yang melihat itu semua hanya membeku, apakah seperti ini perlakuan seorang sahabat? Mereka justru terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai. Dan jika dibandingkan dengannya, Aron jauh lebih pantas bersanding bersama Relin.

“Jangan begini, Aron. Nanti calon istrimu salah paham.” Relin menegur lembut, tapi Aron tetap acuh tak acuh.

“Jangan menghalangi apa yang aku sukai," titah Aron mutlak.

Wanita itu hanya pasrah, justru sekarang ia yang melingkarkan tangannya pada lengan Aron. “Baiklah, tapi cepat bawa pengantinmu sebelum Tante Dona yang turun tangan.”

Aron mendatarkan wajahnya, raut hangat yang ia tampakkan tergantikan dengan wajah mengejek kala menatap penampilan Kamila. Ia pun kembali mengalihkan atensinya pada Relin, kali ini disertai sorot mendamba. “Relin, bisa tinggalkan aku bersama gadis ini? Ada hal penting yang aku ingin bicarakan, sekalian bawa anak laki-laki itu keluar.”

Relin tersenyum lembut. “Baik, jika ada sesuatu yang kau butuhkan, panggil saja aku.” Aron mengangguk seraya mengusap punggung tangan wanita itu penuh sayang—di depan calon istrinya sendiri.

Kini tinggallah Aron bersama Kamila, pria itu bersedekap dada sembari menyorot dalam wajah di depannya. “Kau akan tetap di rumah bagian selatan, karena rumah utama tidak menerima orang asing. Dan setelah menikah, kau bisa bekerja di restoran milik Ibu saya, atau mungkin ….” Aron sengaja menguntungkan ucapannya. ia meneliti Kamila dari atas sampai bawah, sebelum berujar dengan nada merendahkan. “Kau jadi pelayan saja? Kebetulan ada beberapa posisi yang kosong.”

Netra gadis itu bergetar, tanpa sadar Kamila meremas kuat kedua tangan. Entah mengapa ia merasa jika kehidupannya setelah menikah akan jauh lebih berat lagi, alih-alih bahagia seperti pemikirannya di awal.

Kendati demikian, ini jauh lebih baik daripada ia diserahkan untuk menjadi istri dari rentenir mesum itu. Ya, Kamila tak boleh lemah serta bersedih, karena ini semua adalah pilihannya.

“Baik, Tuan. Saya menjadi pelayan saja, sekalian untuk mengawasi Arfin, karena tidak mungkin saya meninggalkannya sendiri.”

Aron mengangkat sudut bibirnya, pria itu sengaja mendekatkan diri pada Kamila. Ia mencondongkan punggung, sampai bibir tebal kemerahannya berada tepat di telinga gadis muda itu. “Adikmu juga harus bekerja, Sayang. Tidak mungkin dia hidup gratis di sini, bukan?”

***

Tiga jam berlalu, acara sederhana itu pun sudah selesai, kini Kamila berjalan melewati lorong menuju ke paviliun-nya.

Kamila masih mengenakan gaun pernikahannya yang sederhana, para pelayan yang melewatinya tak repot-repot memberi salam atau selamat. Justru mereka hanya mendengkus dengan wajah penuh celaan.

Kamila menunduk, ia semakin mempercepat langkahnya. Namun, ia tersandung oleh gaunnya sendiri. Untung saja Kamila dengan cepat berpegangan pada tembok. Tapi pergelangan kakinya begitu sakit, gadis itu melihat sekitar. Mencari tempat untuk duduk. Karena tidak mungkin ia berdiam diri di lorong tempat para pelayan berlalu lalang.

Tak mendapatkan yang ia cari, Kamila memaksakan diri untuk menuju paviliun yang akan ditempati. Dan ketika sudah berbelok pada koridor kediamannya, langkah Kamila terhenti. Bersamaan dengan napas yang tercekat melihat kedua insan di hadapannya sedang menumpahkan kerinduan.

“Re–relin, Tu–tuan Aron. Kalian ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ana j
terima kasih warga sipil ^_^
goodnovel comment avatar
Tio febriyan
cerita ini sangat bgs
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Muda   Selesai

    Kamila menatap kosong ke depan, Aron yang sejak tadi memeluknya ikut merasa sedih. Ini semua adalah mimpi buruk baginya, ia hanya tertidur sebentar di mobil. Lalu tiba-tiba sudah berakhir di rumah sakit, setelah siuman justru menerima berita kehilangan sang buah hati. “Aku egois ya, Mas? Andai aku tidak membuntuti Relin, mungkin anak kita masih ada di sini,” kata Kamila setelah kebisuan panjang. Wanita itu mengusap perutnya yang rata, satu bulan berlalu. Duka itu masih menyapa, sakit dan perih akan kehilangan yang tak pernah terduga. “Sayang, dengarkan aku.” Aron menangkup wajah Kamila, menatap mata wanita yang dicintainya itu. “Kau boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut. Aku tidak mau Ayana serta Saga merasa tersisihkan.” Kamila tertegun, tanpa sadar sudah abai dengan keberadaan si kembar lantaran larut akan kesedihan. “Ayana, Saga ….” Lirih wanita itu. “Ya, mereka takut mendekat padamu. Terkadang Ayana maupun Saga hanya melihatmu dari celah pintu,” jelas Aron, membuang pa

  • Terpaksa Menikah Muda   Benar-benar Pergi

    Nyatanya, kebahagian itu tak pernah berpihak padaku ~Kamila Cahaya *** Semua yang terjadi di hadapannya begitu cepat, menarik napas pun terasa sulit. Kamila memegang tangan dingin Aron. Ia bodoh dan ceroboh, sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. “Tolong! Siapa pun tolong!” Wanita itu menjerit seraya memukul kaca mobilnya. Tak berselang lama, suara pecahan kaca serta teriakan orang-orang mulai terdengar. Sedangkan Kamila, bukannya merasa lega. Justru ia semakin panik kala melihat darah yang mengaliri betisnya. Kamila tercekat, napasnya memburu tak beraturan. Ia menoleh ke arah Aron, memegang tangan sang suami kuat. Sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. *** Masayu duduk lemas tak bertenaga setelah menerima kabar jika mobil yang Relin serta Sandra tumpangi menabrak pembatas jembatan. Lantas jatuh ke bawah dan sampai sekarang tak bisa ditemukan. Belum lagi Kamila, Aron serta Bimo kecelakaan di lokasi yang sama dengan Relin, tapi bedanya mereka hanya

  • Terpaksa Menikah Muda   Mengejar Relin

    “Mas .…” Kamila menyentuh pelan bahu Aron. Ia menggigit bibir bawah ketika melihat tatapan kosong sang suami. “Mila, Erza pergi untuk selamanya. Apakah sikapku keterlaluan selama ini? Aku kecewa padanya. Tapi bukan berarti dia—” Napas Aron tercekat, pria itu mendongkak, menghalau air mata yang hendak keluar. Ia kembali menunduk, melihat gundukan tanah di hadapannya. Erza memeng tak bisa diselamatkan, pria itu ditemukan sudah tak bernyawa. Mengingat terlalu banyak menghirup asap, serta luka bakar yang yang didapat. “Mas, aku tahu jika ini pasti sangat berat. Ada aku di sini, Mas tidak sendiri.” Kamila memeluk sang suami, ia bisa merasakan napas lelah pria itu yang berhembus di ceruk lehernya. “Tuan, hujan sudah mulai turun. Apakah tidak sebaiknya kita berteduh?” tanya Bimo pelan. Tak tahan melihat Aron yang mendapat kesedihan secara bertubi-tubi. Bimo sudah menganggap pria itu seperti adiknya sendiri, dan ia ikut merasakan kesakitan Aron.Aron melepas pelukannya dari Kamila, lant

  • Terpaksa Menikah Muda   Pergi Untuk Selamanya

    “Kemungkinan besar dia dijatuhi hukuman seumur hidup, mengingat Erza juga terlibat dalam pembunuhan berencana. Ayahnya pun sudah tutup mata dan memutuskan hubungan dengan Erza. Sementara Relin, hingga saat ini belum ditemukan,” jelas Tama menatap ke arah Aron yang sedang menatap jauh ke depan. Satu bulan sejak terakhir kali ia bertemu dengan Erza, Tama ingat betul kala orang tua Panji menyumpahi Erza dengan kemarahan membeli buta, tak lupa mengutuk menantunya yang tidak lain adalah Relin, meskipun wanita itu menghilang entah ke mana.“Apa si Brengsek itu menyesali semua perbuatannya?” tanya Aron dingin, setelah keheningan panjang.Tama menghembuskan napas berat, meneliti ekspresi sang putra yang terlihat kecewa serta marah. “Tentu saja dia menyesal, seperti yang Ayah katakan satu bulan yang lalu. Jika dia ingin bertemu denganmu untuk meminta maaf, tapi mengingat kau yang tak mau melihat wajahnya. Jadi, Ayah tidak bisa memaksa.”“Syukurlah dia sadar diri, memang orang jahat sepertin

  • Terpaksa Menikah Muda   Hukuman Erza

    “Setelah saya selidiki semuanya, ternyata Tuan Erza juga yang membakar kebun apel Anda. Dia mengaku telah mengambil cincin Tuan Farzan dan ditaruh di lokasi kejadian, agar kecurigaan kita mengarah padanya,” jelas Bimo. Pria itu menyesal karena dulu sempat berburuk sangka pada Farzan, tapi siangka Erza adalah dalang dari semua ini. Sungguh, tak pernah terbesit dalam pikirannya. Bimo kembali mengalihkan atensi pada Aron, terlihat jelas wajah kecewa serta terluka sang tuan. Ia turut sedih, mengingat Aron serta Erza berteman sejak kecil.“Lalu mengenai kasus Panji bagaimna?” tanya Aron setelh kebungkamn yang cukup panjang. “Sedang diurus oleh pengacara Anda, Tuan Erza juga sudah ditahan. Tadi siang ketika saya ke selnya, dia berpesan ingin melihat Anda,” ungkap Bimo hati-hti. “Tidak akan.” Aron mengeraskan rahang. “Jika saya bertemu dengannya, saya tak yakin jika dia masih bernapas esok hari.” Pria itu mengepalkan tangan, sudah seminggu sejak kematian Rendra, ia sama sekali tidak sudi

  • Terpaksa Menikah Muda   Kematian Rendra

    “Tunggu dulu, apa maksudnya jika Erza mendonorkan darahnya pada Rendra?” tanya Aron. Mencegah Erza yang hendak mengikuti Relin. “Mengapa kau memikirkan itu! Yang terpenting sekarang kami harus menyelamatkan Rendra!” bantah Relin kuat, menatap Aron tajam. “Bukan maksud saya seperti—” Perkataan Aron terhenti ketika dokter serta suster tergesa-gesa menuju ruangan Rendra. Mereka semua yang melihat itu tentu saja panik. Relin yang hendak masuk langsung dihentikan oleh Farzan. Membuat wanita itu menangis karena panik. “Mas ….” Lirih Kamila sembari memegang lengan Aron. Pria itu tersentak, baru menyadari jika sang istri sedari tadi bersamanya.“Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja,” kata Aron lembut. Berbanding terbalik dengan tatapan tajamnya ke arah Relin serta Erza. Satu jam berlalu, seorang dokter keluar. Pria itu menatap keluarga pasien dengan wajah tak terbaca. Lalu berucap, ”Pasien tidak bisa diselamatkan. Dia terlalu banyak kehilangan darah, ditambah lagi dengan penyakit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status