Di usia yang baru menginjak sembilan belas tahun, Kamila harus menjalani bahtera rumah tangga dengan sang ahli waris keluarga Dewangga. Sementara Aron, mimpinya untuk menikahi kekasihnya terhenti kala menuruti permintaan terakhir dari sang kakek. Tak ada pernikahan impian, justru Aron menjadikan Kamila sebagai sasaran untuk menumpahkan segala kekecewaan serta kemarahannya. Namun, bagaimana jika rahasia masa lalu perlahan mulai terkuak, serta alasan di balik sang kakek menikahinya dengan Kamila. Mampukah Aron memperbaiki semuanya di saat Kamila sudah menyerah dengan pernikahan mereka?
Lihat lebih banyakAron tidak mengetahuinya, tapi ketika pria itu sudah tahu mengenai fakta yang ada. Dia justru bungkam dan menyembunyikan semua ini darinya. Kamila menghembuskan napas berat, pun kala mengingat penjelasan dari Dona. Deringan ponsel di atas nafas membuat lamunan wanita itu buyar, ia segera mengambil benda pipih itu dan melihat nama Sandra yang terpampang di sana. Kamila tergugu, antara ragu-ragu ingin mengangkatnya. Namun, pada akhirnya wanita itu menghembuskan napas pelan. Mencoba menenangkan diri. “Halo, kenapa Sandra?”Hening, tak ada jawaban dari seberang sana. “Kalau tidak ada kepentingan aku tutup teleponnya,” ucap Kamila.“Jangan!” teriak Sandra terdengar panik. “Kamila, aku benar-benar minta maaf atas kekacauan yang terjadi. Kata Relin Aron pergi dari rumah, ya?” Ekspresi Kamila tampak tak suka. Mengapa ada yang tahu butuh hubungannya dengan Aron tak baik-baik saja. Bahkan kepergian Aron dari kediamannya. “Dari mana kau mengetahui tentang hal ini?” tanya Kamila to the poi
“Mengapa tidak Mas saja yang mati? Jangan kedua orang tuaku!”Kalimat itu terus terngiang di kepala Aron, ia menunduk sembari meremas dadanya kuat. Sakit sekali mendengar itu semua. Namun, ia juga berpikir … apakah dengan kematiannya sakit hati serta rasa kecewa Kamila akan hilang? Aron meremas rambutnya kuat, tak menghiraukan keberadaan Tama serta Dona yang sedari tadi berada di sampingnya. “Istirahat dulu ya, Nak. Besok kita bicarakan lagi dengan kepala dingin,” ucap Dona sembari mengelus punggung sang putra. “Kamila tidak menginginkanku ada di sini, aku akan tinggal di hotel untuk sementara waktu. Sampai dia ingin berbicara lagi denganku. Dan tolong terus pantau kesehatannya,” pinta Aron dengan pandangan lurus ke depan.Awalnya Kamila memang berniat pergi dari rumah ini, bahkan membawa si kembar. Tapi Aron terus memohon-mohon, sampai pada akhirnya wanita itu memberi syarat jika dia tak ingin berada dalam satu rumah dengan Aron. “Bukankah Ayah sudah katakan padamu, coba terbuka
“Sandra! Mengapa kau mengatakannya pada Kamila?” tanya Relin dengan kekesalan menumpuk.Ia mondar-mandir tak jelas dalam kamar Sandra, masih teringat jelas wajah Kamila yang berubah datar dan dingin. Wanita itu sama sekali tak bereaksi berlebih. Namun, bukanlah ketenangan kerap kali menjadi bom waktu?Relin juga cukup menyesal telah menceritakannya dulu pada Sandra, tak menyangka wanita ini akan ceplas-ceplos seperti tadi.“Relin, aku masih bingung. Mengapa Kamila tak tahu mengenai hal sebesar itu? Dan kau tidak perlu sekhawatir ini, karna aku lihat Kamila baik-baik saja. Dia juga pulang dengan santai serta masih melempar senyum pada Aron,” sahut Sandra.Relin memutar bola mata malas, tingkat kepekaan Sandra memang sangat mengkhawatirkan. “Kau ini, tidak mungkin Kamila mengamuk di pesta ulang tahunmu!” dengkusnya kesal. Sandra mengangkat bahu, mendudukkan bokong pada sofa di kamarnya. Wanita itu mengulum bibir serta mata yang tak lepas dari Relin.“Sudahlah, kau ini terlalu melebihk
“Cantik sekali.” Kamila menoleh ke belakang, melihat Saga yang menatapnya berbinar. Pipi wanita itu memerah mendengar pujian sang putra, hari ini ia memang akan ke pesta yang Sandra adakan. Kamila mengenakan shift dress dengan rambut bergaya messy bun. Sederhana tapi sangat terlihat anggun dan manis. “Terima kasih, Sayang,” ucapnya sembari memeluk Saga. “Bagaimana jika Ibu jangan pergi saja? Tetap di rumah sama aku dan Yaya.” Kening Kamila berkerut mendengarnya. “Lho … kenapa, Sayang? Kan, Ibu sudah izin waktu itu sama Aga dan Yaya buat pergi ke acaranya Bibi Sandra.” Alih- alih menjawab, Saga justru mengusap pelan pipi Kamila dengan jari mungilnya. Ia tersenyum lembut lalu mencium pipi wanita itu. “Karena Ibu sangat cantik, nanti kalau ada yang mau jadi anaknya ibu bagaimana?” Kamila tertawa, ia mendusel wajahnya pada ceruk leher Saga. Gemas sekali rasanya, mengingat sang putra yang selalu protektif serta cemburuan jika menyangkutnya. “Tidak akan, karena Ibu sama Ayah di sa
Awalnya Kamila dan Aron ingin surprise saja mengenai jenis kelamin sang anak. Namun, si kembar terus berdebat mengenai adiknya. Alhasil pria itu membujuk Kamila untuk melakukan USG. Toh, usia kandungan sang istri sudah memasuki usia lima bulan.“Aku ikut masuk ya, Sayang,” pinta Aron. Kamila mengibaskan kedua tangan. “Mas di sini saja, biar aku yang kasih surprise nanti.”Aron tertawa pelan, tapi tak urung mengiyakan. Biarlah, yang penting istrinya senang. Pria itu berjalan melangkah ke arah kursi ruang tunggu.“Aron ….”Pria itu mendongak, melihat ke arah wanita yang sedang menatapnya berbinar.“Sandra, untuk apa kau di sini?” tanya Aron bingung.Sandra gelagapan, tapi dengan cepat ia melempar senyum tipis sembari duduk di samping Aron. “Aku sedang menemani sepupuku yang sedang memeriksa kandungan, kau sendiri?”Pria itu mengangkat bahu, membiarkan Sandra menebak-nebak.“Ah, kau sedang menemani Kamila rupanya.” Ia tertawa pelan, mencairkan suasana yang terasa canggung. Tentu saja k
“Aku tak menyangka akhirnya kita bisa duduk berdua serta mengobrol ringan seperti ini,” kata pertama Relin sambil melihat hamparan taman di depannya.Kamila tersenyum tipis, tak terasa sudah dua bulan semenjak mengetahui tentang dia adalah bagian dari keluarga Arkam. Perlahan tapi pasti, ia mulai menerima kehadiran pria itu serta Masayu—selaku sepupu dari ayahnya. Kendati demikian, Kamila belum mau untuk berkunjung ke kediaman Arkam. Tentu saja ia belum siap bertemu keluarga besar ayahnya, dan juga wanita itu sedang fokus pada kehamilannya.“Ya, aku juga berterima kasih karena selama ini kau sudah bersikap baik. Begitu pula dengan Bibi Masayu,” ungkap Kamila.Relin tersenyum tipis, menyeruput lemon teanya pelan. “Tentu saja, bukankah kita sepupu? Lagi pula, Aka selalu berpesan padaku supaya menjagamu. Kau tahu, Aka serta ibuku sangat protektif padamu dan Arfin.”Kamila tertawa pelan, tapi tak urung mengiyakan. “Omong-omong ini undangan buatku dan juga Mas Aron dari Sandra, ya? Lalu k
Dua minggu setelah kedatangan Relin, Kamila mulai merenung akan sikap kerasnya selama ini.Belum lagi Relin bercerita mengenai hubungan orang tuanya yang memburuk, alhasil perasaan bersalah mulai melingkupinya. “Ibu, ada bunga sama makanan lagi. Sebenarnya siapa yang mengirim ini setiap hari?” tanya Saga sembari menuntun Kamila ke arah pintu utama. Wanita itu mendesah berat, sudah ditebak—pasti ini kerjaan Arkam. Pria paruh baya itu memang pantang menyerah.Kendati demikian, ia juga cukup terharu dengan usaha Arkam. Dia bahkan terus mendesak Aron supaya merayu Kamila untuk menerimanya, sampai sang suami kesal sendiri karena pria itu datang ke rumah sakit setiap hari. “Waw! Bunga cantik itu lagi, apakah Ibu akan membuka toko bunga?” tanya Ayana yang baru saja datang. Kamila menggeleng pelan. “Ini dari Pak Arkam, tolong panggilkan Mbak Sari sama yang lainnya untuk bawa bunga ini masuk, Sayang.” “Siap, Ibu!” seru si kembar sigap. “Mila, kenapa di luar?” Dona bertanya bingung, tapi
“Kamu kenapa?” tanya Sandra seraya menyentuh tangan wanita itu.Relin gelagapan, ia tersenyum kikuk seraya menggeleng pelan. “Tidak apa-apa.”Sandra menaruh garpu di piringnya, kini mefokuskan atensi secara penuh pada wanita itu. “Kalau ada apa-apa cerita, apa ini berkaitan dengan kesehatan Rendra?”Lagi lagi Relin hanya melempar senyum tipis, lalu kembali menyantap makanan. Pada akhirnya Sandra pun menyerah, berpikir wanita itu sedang tak ingin menceritakan apa yang terjadi.“Tumben kau mengajakku makan siang, apa Rendra tak menangis kau tinggal pergi?” tanya Sandra membuka percakapan.“Tidak kok, dia sama Ibu di rumah. Sebenarnya aku juga hari ini ingin bertemu Erza, pria itu berjanji ingin membawa Rendra ke rumahnya, tentu ada klla juga di sana.”Sandra menyeruput lemon tea di hadapannya, setelah itu berkata,” Perhatian sekali Erza, apa dia sedang belajar menjadi ayah yang baik, mengingat sebentar lagi peri itu akan segera menikah.”Relin tersedak, bergegas Sandra mengambilkan air
Napas Aron masih memburu menahan kekesalan karena Arkam dengan lancang memeluk Kamila, padahal sudah satu dua jam berlalu sejak kejadian itu berlangsung. Namun, tetap saja kilat amarah tetap berkobar pada matanya.Ia menoleh ke samping, melihat ke arah Bimo yang memasang wajah tegang. Andai saja pria ini tak datang, mungkin Arkam sudah berakhir di rumah sakit.Benar, Bimo yang menghalanginya dan itu membuat kekesalan Aran semakin menumpuk pada sang asisten.“Kita bicarakan ini dan kepala dingin ya, saya mohon pintar,” pinta Arkam.Ia melihat ke arah Kamila, wanita itu terdiam sajak ia menjelaskan dari awal sampai akhir mengenai kisah tentang Ardan. Jika ditanya apakah menyesal atas perbuatannya dulu, tentu saja iya. Karena bagaimanapun Arkam telah menghancurkan hidup cucu lelaki satu-satunya.“Kamila, Bibi tahu kau mungkin sangat sulit menerima semua fakta ini. Tidak apa-apa jika kau merasa kecewa dan benci terhadap kami, tapi tolong tetap biarkan Bibi berkunjung untuk bertemu denganm
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.