Share

Part 2

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2022-06-14 23:42:33

Sadewa memutar balik kendaraan karena tiba-tiba merasa gelisah. Dia terus saja memikirkan sang istri yang dia tinggal bersama anak-anaknya di rumah, membatalkan pertemuan dengan kolega yang menghubunginya dan meminta dia untuk bertemu saat itu juga, padahal jarum jam sudah menunjuk ke angka sebelas malam.

Perasaan resah yang terus saja menyelimuti hati membuat dia memutuskan untuk kembali. Tidak masalah jika harus kehilangan investor, asalkan tidak terjadi sesuatu kepada Sania, wanita yang baru dia nikahi beberapa jam yang lalu.

Dengan mengayunkan langkah cepat Sadewa menaiki anak tangga menuju kamarnya, dan debaran di hatinya kian bertambah saat mendengar suara aneh di dalam kamar.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Anak S*alan!" Tanpa basa-basi Sadewa menarik tubuh putranya dari tubuh Sania, menyeretnya keluar lalu menghadiahi pukulan tanpa ampun.

"Siapa yang mengajarkan kamu untuk berbuat asusila, Kevin?! Sania itu istri ayah kamu, wanita yang wajib kamu hormati!" sentak Sadewa dengan amarah kian membuncah. Berkali-kali didaratkannya tinju di wajah Kevin, tidak perduli dengan erangan serta ringisan pria yang sudah dia didik dengan penuh kasih sayang sejak bayi.

"Ada apa, Ayah?" Clarissa berlari tergopoh menghampiri suara gaduh di depan kamar sang ayah.

"Hubungi polisi, laporkan tindak pelecehan yang adik kamu lakukan kepada Sania sekarang juga!"

"Aku belum sampai melakukannya, Yah. Jangan penjarakan aku!" Kevin meraih kaki Sadewa, memohon ampun juga belas kasih darinya.

"Apa nunggu kamu melakukannya dulu baru Ayah harus marah?! kamu sudah melecehkan dia. Ayah tetap harus menghukum kamu!!"

"Tidak, Ayah. Apa Ayah tidak kasihan kepada Lisa. Dia sedang hamil. Siapa yang akan mengurusnya jika aku sampai dipenjara."

"David, bawa dia ke kantor polisi. Jangan sampai lepas!!" perintahnya lagi kepada David, suami Clarissa dan segera dijawab anggukan patuh oleh si menantu.

Dengan wajah Gusar pria dengan garis wajah tegas itu masuk ke dalam kamar, menghampiri sang istri yang sedang duduk sambil memeluk lutut di atas kasur. 

Gurat ketakutan terpancar jelas di wajah perempuan yang seharusnya jadi menantunya itu, karena Kevin hampir saja merenggut kesuciannya andai Dewa terlambat datang walau hanya semenit saja.

"San, apa kamu baik-baik saja?" tanya Sadewa dengan intonasi sangat lembut, berjalan lebih mendekat lalu duduk di tepi ranjang.

"PERGI, JANGAN SENTUH AKU!!" jerit Sania histeris, menatap takut lelaki yang ada di hadapannya.

"Sania, Sayang. Kamu nggak usah takut. Aku Sadewa, suami kamu." Pelan serta hati-hati pria bermata sayu itu menyentuh pundak sang istri, mengusap air mata yang menganak sungai di pipi kemudian menggeser duduknya lebih mendekat.

"Kamu tidak apa-apa 'kan? Tidak usah takut ya, dia sudah pergi. Sekarang kamu aman." Diraihnya kepala Sania, menenggelamkan dalam pelukan kemudian mengusap lembut rambut yang sudah tidak beraturan.

"Nia takut, Om. Dia hampir saja menodai Nia. Jangan tinggalkan Nia sendirian. Nia takut!!" racau perempuan dalam dekapan si pemilik punggung lebar di sela isak tangisnya.

"Iya, aku tidak akan meninggalkan kamu lagi."

"Yah," panggil Clarissa pelan seraya berjalan mendekati ayah serta ibu tirinya.

"Tolong buatkan teh hangat untuk Nia, Ca!" perintah Sadewa kepada anak sulungnya, yang usianya empat tahun lebih tua dari Sania.

Dengan patuh Clarissa langsung berjalan ke dapur, membuatkan teh hangat seperti perintah sang ayah lalu segera kembali ke kamar dan mengangsurkan air seduhan teh beraroma melati tersebut.

"Minum tehnya dulu, Sayang."

Sania menyesapnya pelan-pelan karena masih gemetar, menatap Sadewa yang terus saja memindai wajahnya dengan tatapan yang sulit sekali untuk diartikan.

"Tolong ambilkan baju untuk ibu kamu, Ca." 

Lagi, Clarissa mengangguk patuh. Dibukanya lemari besar yang bertengger di samping ranjang, namun perempuan berambut ikal itu mengerutkan dahi karena tidak ada pakaian wanita di dalam sana.

"Tapi di sini tidak ada baju Nia, Ayah. Ma--maksud aku baju Ma--ma." Sang pemilik bulu mata lentik terlihat bingung mau memanggil istri baru ayahnya dengan sebutan apa, sebab biasanya dia hanya memanggil nama saja karena memang usia Sania terpaut empat tahun lebih muda darinya. Clarissa sudah berusia dua puluh enam tahu sedangkan Sania baru berumur dua puluh dua.

"Pinjam baju kamu 'kan ada?"

"Tapi baju aku terlalu besar dan nggak ada yang panjang."

Sadewa nenyentak napas kasar. Dia menoleh menatap wajah putrinya, membuat Clarissa langsung menunduk takut dan segera ke kamarnya mengambil baju untuk Sania.

Sadewa memang terkenal tegas dan galak. Dia tidak pernah pandang bulu menghukum siapa saja yang salah, termasuk anaknya sendiri Kevin Dan Clarissa. Maka dari itu kedua buah hati dari istri pertamanya terlihat begitu patuh, lebih tepatnya takut kepada Sadewa.

***

Malam kian beranjak larut. Suara detik jam mendominasi malam yang sunyi, membuat pria berusia empat puluh lima tahun yang sedang terbaring di atas tempat tidur bertambah gelisah.

Dipandanginya wajah lelap sang istri, mengulurkan tangan hendak mengusap pipi kemerah-merahan milik Sania namun ia urungkan karena sudah berjanji tidak akan menyentuh apalagi sampai merusak wanita yang ada di sisinya itu, meskipun dia tahu Sania itu halal baginya, setidaknya menurut agama, sebab pernikahan mereka berlum tercatat di kantor urusan agama. 

Sadewa berniat ingin mendaftarkan pernikahan keduanya jika Sania sudah mantap, namun berjanji akan melepas sang istri jika suatu saat menemukan lelaki yang tulus serta menyayangi Sania dengan segenap jiwa.

Terdengar menyakitkan memang. Tapi itu memang janjinya sejak meminta izin untuk mempertanggungjawabkan perbuatan sang anak yang sudah mempermalukan keluarga Sania.

"Jangan tinggalkan aku sendirian, Om. Aku takut!" Spontan Sadewa kembali berbaring ketika hendak beranjak dari kasur dan tiba-tiba Sania mencekal lengannya.

"Aku tidak akan pergi." Kini suara lelaki dengan wajah penuh kharisma itu terdengar serak.

Tidak bisa dipungkiri, hasratnya sebagai lelaki normal tidak bisa tertahankan jika harus terus berbagi ranjang dengan seorang perempuan. Dua puluh empat tahun dia tidak pernah melakukan itu, semenjak Veronica--istri pertamanya tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan dia bersama kedua buah hatinya karena saat itu keuangan Sadewa masih belum stabil. Dia masih menjadi seorang mahasiswa dan juga pegawai yang gajinya hanya cukup untuk makan dan membiayai kuliahnya saja.

Sadewa mencoba memejamkan mata. Satu sisi hatinya terus saja berbisik, mendorong dia untuk melakukan itu karena biar bagaimanapun Sania adalah istrinya. Wanita yang halal untuk ia gauli dengan atau tanpa cinta, tapi sisi lainnya menyuruh dia untuk bertahan sesuai janji yang sudah pernah dia ucapkan.

***

Sadewa menarik kursi meja makan dan duduk di sebelah Sania yang terlihat sedang sibuk mengoles selai strawberry di atas selembar roti tawar. Mata pria dengan garis wajah tegas itu tidak lepas dari wajah cantik perempuan yang ada di sebelahnya, mulai merasakan kenyamanan karena sang istri begitu berbakti walaupun belum bisa memiliki dia seutuhnya.

"Kenapa liatin aku seperti itu, Om?"

"Tidak apa-apa. Kamu cantik!"

Sania menoleh dan segera menyodorkan sarapan yang sudah dia siapkan untuk suaminya, mengulas senyum seperti biasa menyembunyikan luka yang tengah bertahta di dalam dada.

Ting! Tong!

Ketika sedang asik santap pagi berdua, tiba-tiba bel rumah Sadewa berbunyi. Sania segera mengangkat bokong dari kursi, mengayunkan kaki menuju pintu untuk melihat siapa gerangan yang datang bertamu. 

"Maaf, cari siapa, Bu?" tanya Sania seraya memindai perempuan berjambul tinggi dengan riasan cetar yang ada di hadapannya.

"Mas Dewanya ada?" Sang tamu balik bertanya.

"Ada. Om Dewa lagi sarapan." 

Tanpa basa-basi si perempuan masuk begitu saja melewati tubuh Sania, tanpa permisi apalagi mengucapkan salam.

"Maaf, Bu. Tolong jangan sembarangan masuk ke rumah orang. Ibu silahkan tunggu di teras biar saya panggilkan Om Dewa."

"Heh, Bocah Kecil. Saya ini istrinya Mas Dewa. Untuk apa harus minta izin terlebih dahulu jika ingin masuk ke dalam rumah sendiri!"

"Istri?" Mulut Sania menganga. Ia mengepalkan tangan, meremas gamis yang sedang ia kenakan sambil menahan air mata yang sudah hampir tumpah dari balik kelopak.

Ternyata Om Dewa tidak sebaik yang aku kira. Dia masih memiliki istri, tapi malah berani menikahi aku dengan alasan nama baik keluarga. Buaya tetap saja buaya. Tidak akan berubah menjadi kadal, apalagi kupu-kupu. Sania membatin sendiri, merasa begitu kecewa kepada lelaki yang menyandang gelar suami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
belom usai masalah satu... masalah baru datang lg
goodnovel comment avatar
Jenahara Ainun Hafiza
lanjuutt...
goodnovel comment avatar
Alex
keren sekali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part Akhir

    Tangis sahabat seperjuangannya itu semakin pecah ketika melihat sang mertua datang. Sadewa ikut duduk di lantai, menatap lemas dengan air mata sudah merebak dari balik kelopak.“Maaf, Pak. Silakan anak-anaknya diazani dulu!” Seorang perempuan berseragam khas perawatan keluar sambil tersenyum, menyuruh Aditya segera masuk untuk mengazani anak-anaknya.Sambil menghapus air mata laki-laki berkumis tipis itu berjalan masuk, menghampiri istrinya yang masih terbaring lemah dan menciumi pipinya sambil menangis.“Jangan cengeng, Abang. Masa seorang penembak jitu nangis sesenggukan begini?” ucap Clarissa sembari menerbitkan senyum.“Iya, Ca. Saking jitunya Abang nembak, sekali jadi langsung tiga! Makanya Abang terharu dan melihat perjuangan kamu melahirkan ketiga anak kita. Padahal, dokter kemarin Cuma bilang kalau kamu hamil kembar. Abang pikir Cuma dua. Ternyata malah tiga!” Aditya kembali mengusap air matanya.“Alhamdulillah, Bang. Rezeki kita langsung dikasih amanah banyak sama Allah. Ting

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 6

    “Maaf, Sayang. Abang begitu mengkhawatirkan kamu soalnya. Plis jangan nangis. Abang liat kamu kesakitan saja sudah stres, ditambah liat kamu nangis. Abang minta maaf kalo Abang salah. Tolong jangan menangis. Mana yang sakit biar Abang elus-elus.” Aditya terus saja mencerocos sambil mengusap perut gendut istrinya.“Sakit semua, Bang!” Wanita berambut ikal itu melingkarkan tangan di pinggang, mencengkeram baju yang tengah dikenakan sang suami sambil meringis menahan sakit yang semakin terasa.“Minum air hangat dulu, Kak. Biar rileks!” Sania berjalan sambil menyodorkan segelas air putih hangat dan langsung disambar oleh menantunya, ditenggak habis hingga tersisa gelasnya saja.“Istri gue ngasih minum buat anak gue! Kenapa jadi lo yang minum?!” Sadewa menjitak kepala sahabatnya itu.“Maaf, Wa. Aku terlalu grogi!”“Wa...Wa... Dasar mantu durjana, sama mertua sendiri panggil nama. Nanti gue coret kamu dari daftar keluarga!” protes sang pemilik rahang tegas sambil menjitak kepala Aditya seka

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 5

    “Naik motor, ya Bang. Ica pengen peluk Abang dari belakang!”Lelaki berambut cepak itu menghela napas berat, akan tetapi dia tidak berani menolak permintaan si istri, karena saat ini Clarissa tengah berbadan dua dan perasaannya begitu sensitif. Ia pun akhirnya mendorong sepeda motor miliknya keluar, menyuruh Clarissa merapatkan tubuh serta memeluknya dan segera melajukan kendaraan roda dua miliknya menuju tukang sate langganan.Clarissa tersenyum sembari menyenderkan kepala di punggung sang suami, merasa begitu nyaman serta bahagia hidup bersama sahabat ayahnya yang kini sudah sah menjadi suaminya.Tidak seperti saat membina biduk rumah tangga dengan David dulu, yang penuh luka juga liku. David tidak pernah berlaku manis, bahkan sekedar tersenyum kepadanya pun tidak pernah. Hanya luka yang selalu ditorehkan, baik di sanubari maupun fisiknya.“Terima kasih, ya Bang,” bisiknya seraya mempererat dekapan.“Untuk apa?” Raditya menggenggam jemari Clarissa yang tengah bertengger di pinggang.

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 4

    Pagi-pagi sekali Sania sudah berjibaku di dapur menyiapkan sarapan untuk suami serta putranya. Kebetulan hari ini Mbak Resti izin libur, karena suaminya sedang kurang sehat jadi Sania harus menyiapkan segala sendiri.“Assalamualaikum, selamat pagi bidadari,” sapa Sadewa sembari melingkarkan tangan di pinggang sang istri.“Emangnya aku secantik bidadari, Yah?”“Lebih cantik dari bidadari malahan. Kamu itu luar biasa. Wanita tercantik yang pernah aku temui juga perempuan terbaik yang pernah aku kenal. Kamu adalah jantung serta napasku, dan tanpamu mungkin aku tidak akan sanggup lagi untuk hidup serta berdiri. Terima kasih atas cinta yang selama ini kamu curahkan kepadaku, terima kasih juga karena sudah mau menjadi ibu dari anak-anakku!” bisiknya mesra di telinga istrinya.Saat sedang santap pagi terdengar suara pintu diketuk nyaring. Sania segera keluar untuk melihat siapa yang datang, dan ternyata Malvin—anaknya Darmi yang bertamu. Sania mengulas senyum tipis kepada anak mantan asisten

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra part 3

    “Sudah, buruan dimakan. Biar dedeknya tambah besar!”“Iya, Yah. Ayah juga sebaiknya cepat makan. Nanti Embun habisin loh, jatahnya kalau Cuma diliatin doang.”“Kalau mau silakan habiskan. Kalau kamu minta sekalian dibeli sama kios-kiosnya juga akan aku turuti.”“Ish! Memangnya mau buat apaan?” Sania mencebik. Perempuan berhijab ungu itu segera memotong makanan berbentuk bulat dengan isi tertelan daging tersebut dan lekas menyantapnya dengan semangat, hingga keringat sebiji-biji kacang hijau menitik di dahinya.Buru-buru Sadewa menarik dua lembar tisu, mengelap peluh yang membuat istrinya semakin terlihat bertambah menawan sambil tidak henti-hentinya mengagumi wajah cantik Sania.“Kenapa Ayah liatin aku seperti itu?” Sania menghentikan aktivitasnya menyantap bakso karena terus diperhatikan.“Kamu cantik. Aku mencintai kamu!”“Aku tau, kok, kalau Ayah begitu mencintai aku.”“Aku mencintai kamu lebih dari yang kamu tahu, Mbun. Cinta di hati ini begitu besar, dan bahkan tiap detiknya kian

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 2

    “Abang ngapain? Kok malah olah raga?” tanya Clarissa seraya menatap bingung ke arah suaminya.“Sayangku itu bagaimana sih? Tadi katanya Abang suruh pemanasan. Sekarang malah ditanya lagi ngapain?”Hah? Mulut perempuan berambut ikal itu menganga lebar.Seriusan ini laki nggak mudeng pemanasan? Pikirnya.“Bang, maksud aku pemanasan itu bukan seperti itu. Tapi...Ah, masa Abang tidak tahu. Kan aneh, Abang ini duda, masa nggak paham pemanasan sebelum perang?” Kedua bulat bening milik Clarissa terus saja menatap wajah Aditya yang terlihat basah oleh keringat juga sudah ngos-ngosan.“Sebenarnya, Abang belum pernah perang sebelumnya, Ca. Abang...” Dia menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. “Abang dulu belum sempat kikuk-kikuk sama mantan istri Abang. Dia menolak disentuh sama Abang, dan ternyata setelah beberapa bulan usia pernikahan kami, Abang baru tahu kalau dia sedang mengandung benih orang lain!”“Ya Allah, Bang. Miris sekali kisah cinta Abang dulu. Berarti Abang duda perjaka, don

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 1

    “Saya terima nikah dan kawinnya Clarissa Arabella binti Veronika untuk diri saya, dengan mas kawin tersebut tunai!” Dengan sekali tarikan napas dan semangat empat lima Aditya mengucap ijab qobul di depan penghulu juga beberapa orang saksi, memindahkan tanggung jawab serta dosa-dosa wanita yang telah resmi menjadi pendamping hidupnya.Clarissa menghampiri lelaki yang kini menyandang gelar suami, menyalami dan mencium bagian punggungnya dengan takzim, disambut ciuman hangat di kening dan Aditya segera membacakan doa setelah ijab kabul.“Alhamdulillah. Akhirnya aku bisa menghalalkan anak kamu, Wa,” ucap Aditya ketika kedua mempelai disuruh sungkeman.“Coba sekali lagi kamu panggilan saya apa?” Kedua manik hitam lawan bicaranya melotot, menatap sang menantu yang tidak ada sopan-sopannya sama sekali.“Lah, saya harus panggil apa, Wa?”“Wa! Wa! Hargai saya sedikit lah, Dit. Saya ini ayahnya Ica dan Ica istri kamu. Otomatis kamu sudah menjadi menantu saya. Harusnya kamu panggil saya ayah. Ja

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ending

    Kevin tertawa mendengar kabar tersebut, merasa lucu saja jika sang kakak benar-benar menikahi sahabat ayahnya itu.“Kenapa kamu ketawa seperti itu, Kevin? Ada apa? Memangnya nggak boleh, saya nikah sama Ica?” Timpal Aditya yang ternyata sudah berdiri tidak jauh dari tempat kevin serta Sania bercengkerama.“Ya lucu saja, Om. Om kan ... ya sudahlah. Asalkan Om setia dan menyayangi kakak saya. Usia nggak jadi penghalang. Yang penting saling mencintai!” Kevin menjawab sambil menahan tawa.“Tumben kamu lempeng, Vin?”“Kan sudah berguru sama Om waktu saya dipenjara!” kekehnya lagi.Tidak lama kemudian Clarissa keluar sambil menggendong Angel putrinya. Senyum terkembang di bibir merah perempuan itu, apalagi ketika melihat Lisa bersama putrinya datang bertamu untuk pertama kalinya.“Alhamdulillah akhirnya kamu mau main ke rumah juga, Sa. Kakak seneng kamu dateng,” ucap wanita berambut ikal itu seraya menyalami sang adik ipar.“Terima kasih, Kak.”“Hayo masuk ke dalam. Kita ngobrol-ngobrolnya

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 65

    "Silakan lakukan kalo Mama berani. Aku pastikan Ayah dan Bang Adit tidak akan memberi ampun sama Mama, apalagi sampai melepaskan Mama!" Clarissa mengancam balik. Aditya yang merasa namanya disebut dengan embel-embel 'Bang', tersenyum semringah dan langsung memasang wajah serius serta jemawa. "Maaf, ibu yang pake baju hijau!" Dia menunjuk salah seorang perempuan yang tengah merekam kejadian dan memintanya untuk menghampiri dirinya. "Ma--maaf, Pak. Saya cuma iseng-iseng merekam. Kalo Bapak tidak berkenan akan saya hapus!" Wajah si ibu tampak ketakutan. "Tidak perlu takut, Bu. Saya seorang anggota polisi dan saya akan meminta video yang ibu rekam tadi sebagai barang bukti untuk menjebloskan mantan mertua calon istri saya ke penjara," ucap Aditya kemudian, membuat mamanya David bertambah ketakutan. "Pak, saya tadi cuma bercanda loh. Saya nggak serius ngancem Ica. Lagian Enjel itu kan cucu saya. Mana mungkin saya berani menculik dan menjualnya. Tolong jangan penjarakan saya, Pak Adit.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status