Subuh pertama berjalan begitu lembut, syahdu mendayu, membuat Safna berpikir apakah dia tengah tengelam ke alam mimpi nya sejak kemarin dan belum terjaga saking nyenyak nya.
"Assalamu ʿalaikum waraḥmatullah," dan tanpa dirasa paman Callister sudah menutup salam pada akhir sholat.Didetik berikutnya Callister berbalik, selayaknya dia yang selalu memberikan salam pada mama dan papanya, Safna mencoba meraih telapak tangan Callister saat laki-laki tersebut menatap nya, dengan agak bingung dia menyalami punggung tangan kokoh tersebut dan mencium nya.Subhanallah, bukankah subuh pertama begitu indah?.Safna baru saja hendak menaikkan kepalanya, tiba-tiba saja paman Callister berkata."Mari pulang kerumah pagi ini." kalimat itu jelas adalah ajakan tapi sebenarnya mutlak tidak bisa di tolak sebab mereka sudah sah menjadi suami dan istri tapi bukankah sangat indah dan sopan sekali saat pasangan lebih dulu menanyakan ketersediaan, agar kesan nya tidak memaksa.Safna terlihat diam, menatap laki-laki dihadapan nya untuk beberapa waktu."Pulang kerumah?," dia menggantung pernyataan di kepala nya.Rumah siapa? paman Callister? yah yah memang nya mereka akan kembali ke rumah orang tua Safna, atau ke rumah orang tua Roger, tentu saja ke rumah paman Callister.Safna lagi-lagi hanya bisa mengganggukan kepalanya, tidak tahu kenapa dia jadi begitu manis dan patuh pada laki-laki dihadapan nya itu.Seulas senyuman mengembang dibalik wajah Callister, cukup lega mendengar kan jawaban dari istri kecilnya.******Kediaman utama paman Callister.Bola mata Safna menatap rumah yang mereka mulai lewati pintu gerbang nya, dua security terlihat menyambut kehadiran mereka sambil menundukkan kepalanya sedangkan Callister masih terus membawa mobil nya menuju ke arah depan menuju ke area halaman depan.Ini kali pertama Safna masuk ke kediaman Callister dan ini kali pertama dia menginjakkan kakinya ke rumah laki-laki tersebut."Aku harap tempat ini bisa menggantikan rumah utama paman dan bibi," Callister pada akhirnya bicara kepada dirinya dengan cepat sembari menoleh ke arah Safna, lantas laki-laki itu langsung membuka pintu mobilnya setelah dia mematikan mesin mobilnya tersebut. Dia bergerak keluar dari sana dan berjalan memutar menuju ke arah pintu mobil Safna.Begitu gentle, Callister bergerak membuka pintu mobil dan menunggu Safna turun secara perlahan.'"Dan aku tidak tahu apakah nanti kamu menyukai kamar nya atau tidak, jika seandainya kamu tidak suka kamu bebas menggantinya sesuai dengan apa yang kamu inginkan," lanjut lagi tersebut lagi kemudian.Safna diam, menatap ke arah paman Callister untuk beberapa waktu hingga akhirnya dia mengikuti langkah laki-laki tersebut di mana bisa dia lihat Callister secara perlahan bergerak ke arah dalam rumah yang ada dihadapan mereka tersebut.Suasana didalam terlihat begitu manis, warna cat serba cream soft kesukaan nya terlihat memenuhi selera mata, kursi sofa yang tidak panasan berdiri di bagian ruang tamu tempat tinggal tersebut, tidak banyak isi yang mem membuat mata enggan memandang dan penempatan interior jelas sesuai dengan rumah impian nya.Itu kebetulan sekali, rumah seperti itu pernah menjadi rumah impian nya di masa kemarin."Kamar kita ada disebelah sini," dan Callister berkata dengan cepat, membuka sebuah pintu kamar yang ada di sisi kanan Safna.Kamar kita?,Dan tiba-tiba Safna mematung saat mendengar laki-laki tersebut berkata kamar kita."Tunggu dulu, apakah kami tidur bersama? apakah kami akan melewati malam pertama?," dan Safna terlihat mempertanyakan hal tersebut didalam hati nya, dia langsung menelan salivanya kemudian gadis tersebut menggigit bibir bawahnya.Safna menggenggam erat telapak tangan nya, masuk kedalam kamar yang ada dihadapannya dalam balutan kegelisahan. Tinggal bersama dan tidur di kamar yang sama cukup membuat nya khawatir. Sepertinya dia belum siap melewati malam pertama dengan laki-laki tersebut, intinya masih terlalu dini, mungkin dia butuh penyesuaian agar mereka bisa jauh lebih dekat lagi.Begitu masuk ke kamar tersebut, cukup membuat Safna berdebar-debar, aneh bukan? itu seperti kamar impiannya, konsep minimalis yang elegan, ditata sedemikian rupa seperti apa yang pernah diharapkan nya. Terlalu kebetulan saat laki-laki tersebut menyukai hal yang sama seperti yang dia sukai."Apa kamu menyukainya? jika tidak mungkin kita bisa mengganti nya nanti," Callister bertanya pada Safna setelah dia meletakkan koper gadis tersebut, menatap Safna yang mengagumi tiap apa yang ada di sana."Ini cantik," Safna menjawab tanpa melihat balik kearah Callister, dia terlalu mengagumi dan memuji kamar tersebut saat ini.Callister terlihat puas, dia bisa melihat rona bahagia dibalik wajah Safna juga binar keceriaan dibalik bola mata indah tersebut saat ini."Aku akan pergi membersihkan diri," dan laki-laki tersebut bicara, dia beranjak pergi meninggalkan Safna.Gadis tersebut masih memuji kamar tersebut, mengabaikan paman Callister yang katanya harus membersihkan diri. Dalam rona kekaguman nya, seorang pelayan rupanya masuk mengantar barang dan tas lainnya ke kamar Safna dan Callister."Ini diletakkan kemana, nona?," wanita berusia sekitar 40 tahunan lebih tersebut bertanya pada Safna.Dia langsung menyadarkan kekaguman nya, menatap kearah pelayan tersebut dan langsung menjawab."Di samping lemari juga boleh bi, agar aku bisa langsung membongkar dan menyusun nya," dia menjawab dengan cepat.Mendengar jawaban majikan barunya wanita tersebut menganggukkan kepalanya dengan cepat, bergegas dia membawa barang yang dibawanya dan meletakkannya ke tempat di mana Safna meminta."Terimakasih, bi," Safna mengucapkan kata terima kasih dengan cepat sembari mengembangkan senyumannya.Wanita itu membalas dengan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya."kami telah mengosongkan lemari sejak Minggu kemarin dan Nona bebas meletakkan barang disana," wanita itu kembali bicara kemudian menundukkan kepalanya secara perlahan, dia bergerak pamit untuk undur diri dari sana.Tapi Safna yang mendengar ucapan dari perempuan tersebut sejenak mengerutkan keningnya, kata mengosongkan sejak minggu kemarin agak mengganggu dirinya."Ya?," dia bertanya tapi sayangnya bibi pelayan di hadapannya tersebut telah membalikkan tubuhnya dan bergerak menjauh dari kamar tersebut, hingga membuat pertanyaan Safna menggantung begitu saja.Dia pikir kata dari minggu kemarin agak sedikit membuat dia terganggu apalagi mendengar kata mereka mengosongkan lemari tersebut seolah-olah mereka melakukannya karena sejak awal sedang menunggu kedatangan seseorang sebelumnya.Ditengah pemikirannya yang sedikit kacau tiba-tiba dia mendengar suara handphone berdiri di atas meja nakas di samping kasur, Safna menoleh dengan cepat, dan dia melihat sebuah handphone tergeletak, sangat jelas sekali itu adalah milik paman Callister.Safna mencoba bergerak mendekati handphone tersebut berada, hanya insting saja, ingin tahu siapa yang menghubungi suaminya. Dia melangkah maju, mencoba untuk melihat apakah itu panggilan atau pesan beruntun. Sebab berkali-kali handphone tersebut mengeluarkan suara nya tanpa henti, mungkin dia bisa memberitahukan nya pada Callister soal itu.Kini gadis tersebut sudah berdiri menatap handphone Callister, dia pikir itu pesan beruntun, gadis tersebut mencoba untuk melihat nya namun tiba-tiba saja.Klikkkkk.Pintu kamar mandi terbuka dengan cepat.Safna buru-buru menghentikan gerakan tangan nya, dia menoleh ke arah laki-laki tersebut dengan perasaan gugup.Sedangkan Callister melihat kearah handphone nya dan Safna secara bergantian, dimana didalam handphone nya terlihat beberapa pesan terus bergerak bergantian."Kamu benar-benar menikahi nya?,""Sepertinya semua berjalan dengan lancar sesuai keinginan,""Selamat atas pernikahan mu.""Cukup terkejut saat kak Adam berkata kamu menggantikan Roger menikahi Safna, tapi bukankah itu harapan semua orang?,"Kediaman utama Callister,kamar tidur utama.Bolehkah Safna merasa lega? malam ini tidak terjadi apapun di antara mereka."Syukurlah," Safna menghela nafasnya, dia mengulum senyuman dan memejamkan sejenak bola matanya.Setidaknya dia lega, paman Callister belum meminta dua menunaikan kewajiban nya dan itu cukup membuat dia lega. Padahal semalaman cukup membuat nya panik dan tegang, tapi laki-laki tersebut penuh dengan pengertian setelah membersihkan diri, paman Callister berkata dia harus menyelesaikan pekerjaan nya di ruangan sebelah, katanya ada urusan perusahaan yang harus dia lakukan. Lama, sangat lama hingga akhirnya Safna mulai tenggelam ke alam mimpinya. Dan dia terbangun saat merasa seseorang naik ke atas kasur, ternyata laki-laki tersebut baru menyelesaikan pekerjaan nya di pukul 2 lebih dini hari. Setelah itu naik ke atas kasur dan tidur.Dan pagi ini laki-laki tersebut bangun, mengajaknya sholat berjamaah kemudian bersiap-siap untuk pergi bekerja. Jadi fix, tidak terjadi ap
Baiklah Safna tidak ingin peduli dengan siapa perempuan tersebut, dia pikir itu bukan urusan nya, lebih baik menghabiskan makanan nya dan mengabaikan dua orang tersebut.Dia pikir ah sudahlah, pernikahan dia dan paman Callister juga belum tentu panjang itu pikir nya, nama nya juga pernikahan dadakan tanpa perencanaan, jadi dia pikir apa yang diharapkan dari pernikahan mereka.Pada akhirnya Safna berusaha untuk meneruskan menikmati makan paginya di mana dia mengabaikan kedua orang tersebut yang kini bergerak menjauhi dirinya. tidak terlalu penting bagi dirinya untuk mengetahui tentang perempuan tersebut dan pembicaraannya dengan paman Callister.Gadis itu menikmati makan paginya secara perlahan, cukup lama dia berada di meja makan, menyantap makanan miliknya secara perlahan hingga pada akhir waktu tersebut berjalan dan tiba-tiba saja paman Callister sudah kembali berada di ruangan makan tersebut dan memilih untuk duduk tepat dihadapan Safna.Begitu laki-laki tersebut kembali duduk di h
Entahlah Safna tidak bisa mengekspresikan perasaan nya saat ini, hanya saja melihat wajah Roger menorehkan sebuah luka di hati nya. Ini bukan lagi tentang cinta, tapi ini tentang perasaan yang telah di lukai dan di khianati oleh laki-laki yang begitu dia cintai sebelumnya.Dia mencintai Roger dengan caranya sendiri, memiliki mimpi yang begitu indah dan manis bersama laki-laki tersebut sebelumnya tapi pengkhianatan yang dilakukan Roger jelas tidak main-main, apalagi ketika tahu laki-laki tersebut bermain bersama sahabat baiknya bahkan hingga hamil. Ini kali pertama bola mata Safna berkaca-kaca menatap laki-laki yang di cintai nya selama bertahun-tahun ini."Aku sedang menahan seluruh kemarahan dan emosi ku, berharap kita bertemu kembali di kala luka yang kamu torehkan sudah tertutup dan tidak menganga hebat, tapi aku cukup terkejut hanya dalam beberapa hari kamu kembali datang dengan tidak tahu malu dan mencoba membuat kekacauan untuk kebahagiaan yang sebenarnya belum jelas setelah men
Kediaman utama Callister,Kamar.Malam ini Safna memilih diam tanpa mengeluarkan sedikit pun suaranya, dia fokus pada pekerjaan nya membuat beberapa sketsa gaun pesanan beberapa pelanggan miliknya. Itu adalah pekerjaan Safna, seorang desainer di toko kecil nya sendiri, mendesain gaun pernikahan impian semua orang tapi lucunya dia tidak mampu benar-benar mendesain gaun pernikahan nya sendiri.Di hari sakral nya dia tidak menggunakan gaun impian nya sendiri, kala itu Roger yang memilih gaun pernikahan mereka, berkata dia pantas di ratukan di hari pernikahan. Mempercayai semua nya pada bagian wedding organizer pilihan keluarga Roger sendiri. Tapi lihatlah apa yang terjadi? pengkhianatan benar-benar menjadi harga sepadan dalam balutan gaun pernikahan yang dipersembahkan untuk dirinya."Hari sudah cukup larut," dan suara Callister mengejutkan Safna, membuat gadis tersebut langsung mendongakkan kepalanya.Bola mata mereka bertemu, dimana Callister berdiri dihadapan Safna hanya menggunakan h
Safna menatap wajah paman Callister sejenak, dimana laki-laki tersebut sempat melirik kearah dirinya untuk beberapa waktu. Dia mengerutkan keningnya, seolah-olah berpikir apakah ini soal malam pertama?.Bukankah ini terlalu dini? bahkan dia belum benar-benar bisa menggantikan posisi Roger menjadi Callister di hatinya. Lalu katakan pada nya apakah semua harus berjalan secepat itu dan begitu tergesa-gesa."No, jangan berpikir sejauh itu," tiba-tiba saja paman Callister langsung bicara dengan cepat, seolah-olah tahu kemana jalan pikiran Safna saat ini."Maksudku mari mengambil liburan bulan madu, oh sial aku tidak pandai merangkai kata-kata yang tepat, maksud ku kita mengambil waktu liburan, saling mengenal antara satu dengan yang lainnya, mungkin kita butuh bicara, berbagi, bercerita soal banyak hal didalam liburan kita nanti, dan ini bukan soal malam pertama." Callister bicara dengan cepat.Safna bisa melihat gurat sedikit panik di balik wajah Callister, laki-laki tersebut seperti nya
"Anak-anak yang mana?," Callister masih berusaha bertanya seolah-olah mencoba menyakinkan atas pertanyaan Safna.Safna tidak tahu apakah paman Callister pura-pura atau memang tidak memahami apa maksudnya. Padahal menurutnya kata anak-anak sudah sangat jelas untuk mempertanyakan semuanya dan Callister bisa menjelaskan semua keraguannya."Di pesan yang tidak sengaja aku baca, anak-anak yang dititipkan dengan gadis bernama Kayla." Perlu tekat dan keberanian kuat juga besar untuk berani mempertanyakan hal tersebut secara langsung dan gamblang pada sosok laki-laki dewasa dihadapan nya tersebut.Mungkin soal perempuan yang membuat keriuhan di pagi itu tidak terlalu menjadi masalah untuk Safna sebab dia pikir perempuan itu mungkin tidak terlalu penting yang menjadi penghalang, buktinya setelah datang perempuan itu tidak terlihat mencoba membuat keributan dengan dirinya. Tapi anak-anak bisa menjadi masalah besar untuk mereka saat ini, besok dan suatu hari nanti."Aku tidak ingin mempertanyaka
The Golden royal Klinik.Ruang khusus.Ngikkkk ngikkkkk ngikkkk.Suara jangkrik sepertinya menari-nari di atas kepala Safna saat ini ketika dia melihat 4 anak anjing berwajah imut-imut menyambut mereka di balik pintu kaca di depan sana.Laki-laki dan perempuan, 4 anak, 2 laki dan 2 perempuan, ibu nya bersama Mickey dan Minnie.Ohhhh bolehkah Safna menenggelamkan dirinya ke lumpur Lapindo saat ini juga? dia memejamkan bola matanya karena malu, membuang pandangannya dari paman Callister, berusaha untuk bergeser secara perlahan, mungkin pura-pura sakit perut, pergi ke mobil, ah tidak mencari taxi dan minggat dengan cepat saat ini juga."Aku benar-benar kesulitan menghubungi mu untuk bicara tentang anak-anak yang lucu-lucu ini."Niat terselubung Safna untuk melarikan diri belum terkabulkan saat seseorang tiba-tiba saja datang dan bicara dengan mereka. Dan seorang gadis yang usianya beberapa tahun di atas Safna bicara dengan cepat.Safna menatap gadis dihadapannya itu untuk beberapa waktu,
Pada akhirnya Safna menyentuh lembut belakang lehernya, dia jadi malu dan serba salah, baru sadar dia memanggil Callister paman dari sejak mereka menikah."Maafkan aku, aku khilaf paman eh paman akhhh." Safna kembali khilaf, menepuk mulutnya lembut dengan telapak tangan nya, ekspresi yang dikeluarkan begitu manis, dimana Hasna memejamkan bola matanya sambil menepuk lembut mulutnya.Membuat Callister seketika tidak mengedipkan bola matanya, terlalu memuja kecantikan gadis dihadapannya, ekspresi yang dikeluarkan Safna tiba-tiba membuat dia gelisah, ingin sekali rasanya dia menyambar bibir lembut gadis di hadapannya tersebut, menyempurnakan nya dalam ikatan halal tanpa batas."Sial." paman Callister mengumpat dia dirinya sendiri didalam hatinya."Apa yang aku pikirkan?," batinnya lagi kemudian."Maksud ku panggilan apa yang harus aku sematkan? aku bingung." Safna kembali bicara pada paman Callister dengan cepat, dia masih menyentuh tengkuknya malu dan bertanya pada laki-laki tersebut.Di