“Bagaimana kondisi Vindry?”Mommy menatap Vindry yang terbaring di ranjang dari kejauhan, ia dikabarkan oleh Kendrick bahwa Vindry sedang tidak sehat, membuatnya langsung datang ke kediaman putranya.Kendrick bergumam, fokusnya hanya ditujukan kepada Vindry. Pada saat mereka tiba di rumah, ia langsung menggendong Vindry untuk ke kamar dikarenakan kondisi Vindry yang semakin melemah, bahkan berjalan pun tidak kuat.“Sedikit lebih baik, dibuatkan coklat hangat oleh Bibi, Mamih juga datang untuk membawakan boneka milik Vindry,” jelas Kendrick, membuat kedua alis Mommy bertaut.Mommy menatap boneka berukuran berada di dalam dekapan Vindry, boneka tersebut berwarna biru dan berbentuk hewan ‘Rusa’, boneka yang langka. Mommy menoleh, dan kedua iris matanya bertemu dengan kedua mata elang milik putranya.“Apa boneka itu penting buat Vindry?” tanya Mommy, diangguki oleh Kendrick. Putranya itu memutus kontak mata dengannya.“Boneka dari kakaknya, menggantikan sosok kak Erlangga.”Mommy menatap
“Kau darimana?”Vindry menatap Kendrick yang baru saja melepaskan kemeja hitam dan menyimpannya di keranjang kotor, kini suaminya itu tidak mengenakan pakaian atas atau ‘shirtless’. Kendrick hanya menoleh, tidak menjawab.Vindry yang sedang memakan buah naga pun hanya mengendikkan kedua bahunya, tidak ingin membuat kepalanya kembali pusing. Di jawab ya bagus, tidak dijawab bukan suatu masalah untuknya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Kendrick setelah selesai mengenakan kaos oblong berwarna putih, duduk di sisi ranjang.Vindry bergumam, “Sedikit lebih membaik.”Kendrick mengangkat tangan kanannya dan menempelkan punggung tangannya pada kening istrinya, tidak panas. Ia mencoba untuk mempercayai Vindry, menatap nakas yang dipenuhi oleh buah-buahan.“Bibi yang membelikannya,” ucap Vindry, seolahh tahu apa yang sedang difikirkan oleh suaminya itu. Kendrick menoleh, dan hanya bergeming.Vindry mendekatkan sepotong buah naga berbentuk kotak dadu, dan ditolak. Hal itu membuatnya mengerucutkan b
“Kau tidak perlu ikut, kau harus istirahat.”Vindry menggeleng tegas, jelas saja ia tidak mengindahkan perintah dari suaminya, karena dirinya ingin memantau sikap yang akan diambil oleh Kendrick kepada Karyawan yang hampir membahayakan nyawa orang lain.“Aku sudah sehat, Kendrick. Cape tau kalau istirahat terus. Kemarin dari sore hingga pagi hari aku sudah istirahat. Tadi pagi hingga siang hari hanya di tempat tidur. Yayaya?”Kendrick menatap dingin Vindry yang sedang membujuknya saat ini, dan melenggang pergi dari Vindry yang otomatis berdecak kesal. Ia mengambil ponselnya di nakas dan menyimpannya dalam saku.“Ganti pakaianmu,” titah Kendrick memperhatikan pakaian Vindry dari bawah hingga atas. Vindry menatap Kendrick yang sedang menatapnya, walaupun dengan tatapan datar.“Memangnya pakainku kenapa?” tanya Vindry, memperhatikan kembali pakaiannya saat ini, lalu bergumam. Ia menatap Kendrick yang hanya bergeming.“Lima menit dari sekarang, atau tidak sama sekali.”Vindry yang tidak
“Pilihannya hanya ada dua, membayar pinalti atau dipindah tugaskan ke daerah terpencil.”Kendrick menatap dingin laki-laki dihadapannya saat ini, sedangkan lawannya hanya menunduk ketakutan. Memang, berhadapan langsung dengan Kendrick seperti mengajukan nyawanya, dan harus menerima dengan legowo keputusan dari Kendrick.Vindry menatap cemas suaminya, dirinya ditarik mundur oleh Chandra dengan ancaman jika dirinya tidak mundur, karyawan yang lalai dalam bekerja akan langsung diberikan surat pemecatan tanpa pesangon.“Lima detik untukmu memutuskan pilihan,” ujar Kendrick dengan tegas, dan tanpa perasaan. Lebih tepatnya julukan sebagai CEO Arogan disematkan untuk seorang Kendrick Milo Intezar.“Satu.”Vindry menatap dari kejauhan dengan perasaan cemas, pilihan yang diberikan oleh Kendrick benar-benar pilihan sulit. Pilihan pertama ; Membayar pinalti cukup menguras kantong, jika dipotong dari gaji, Kendrick akan memotongnya 50%. Pilihan kedua ; Dipindah tugas ke daerah terpencil, sudah d
“Kau tidak jadi bertanya?”Kendrick bertanya kepada Vindry yang sedang bercermin di meja rias, tanpa menatap istrinya. Kedua matanya hanya terfokus kepada ponsel yang sedang menyala, jemarinya tidak berhenti mengetik pada layar.“Tidak.”Vindry mengoleskan cream night, matanya melirik Kendrick melalui pantulan cermin. Suaminya itu selalu serius, bahkan hingga saat ini ia jarang melihat pria yang sedang duduk bersandar di belakang sana tertawa.Kendrick tidak bersuara. Suasana kembali hening, baik Kendrick maupun Vindry tidak ada yang mengeluarkan suara, sibuk dengan aktifitas masing-masing. Kendrick sibuk dengan pekerjaan, sedangkan Vindry sibuk untuk perawatan wajah atau sedang ‘skincare’.“Waktumu sudah habis. Selesai atau tidak, kau harus istirahat,” ujar Kendrick, tatapannya tajam menatap Vindry yang sedang merapihkan kembali perawatan wajahnya.Vindry menatap jam di layar ponselnya, lalu menatap Kendrick melalui pantulan cermin, “Baru pukul sembilan, Kendrick. Kau saja masih si
“Tidak apa-apa kan kalau Kendrick gabung sama kita?”Vindry menatap Antonio yang duduk seorang diri, jujur saja dirinya tidak enak kepada Antonio, disisi lain tidak ingin jika suaminya tersinggung atau berfikiran negative tentang Antonio.Antonio beranjak, lalu tersenyum. Ia berkata, “Tidak masalah, justru aku senang karena ada pengusaha hebat di dekatku.” Antonio terkekeh menatap Kendrick yang bergeming tanpa ekspresi.Vindry tidak ingin berlama-lama, ia melirik suaminya untuk duduk. Antonio kembali duduk saat keduaa pasangan dihadapannya saat ini sudah menduduki kursi kosong dihadapannya.“Langsung saja, bang Antonio. Aku tidak berlama-lama soalnya, ada janji sehabis dari sini,” ujar Vindry, tersenyum manis untuk meminta maaf secara tidak langsung kepada Antonio. Ia melirik tipis melalui sudut matanya ke sisi kiri.Kendrick hanya duduk bersandar memperhatikan interaksi Vindry dan Antonio. Berbeda dengan Antonio yang mengerti situasi saat ini, dan membuatnya mengangguk setuju denga
“Haruskah aku berhenti bekerja?”Vindry menatap suaminya yang sedang menyetir, ia tidak tahu mengapa bertanya seperti itu. Kendrick menoleh sekilas, lalu kembali menatapa lurus ke depan. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut Kendrick, membuat Vindry bingung.Tidak ada yang bersuara, baik Vindry maupun Kendrick. Hanya ada suara dari radio tape yang dinyalakan oleh Vindry.“Hamil, berhenti bekerja.”Vindry segera menoleh dengan tatapan bingung, 10 menit tidak bersuara, menanggapi pertanyaannya saja tidak, lalu pada saat bersuara membuatnya harus berfikir.“Maksudmu? Aku hamil, harus berhenti bekerja?” tanya Vindry setelah menangkap maksud dari apa yang diucapkan oleh suaminya.“Ya.”“Usia kandunganku tujuh bulan, harus berhenti bekerja?” tanya Vindry, ia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah mengartikan. Hampir satu tingga bersama dengan Kendrick, membuat Vindry sedikit mengerti bahwa dirinya dan Kendrick lebih banyak berbeda pendapat.“Pada saat kau mengetahui bahwa ka
“Kau tidak boleh seperti itu. Kendrick melakukannya untuk kebaikanmu dan anak kalian. Banyak yang sedang hamil, lalu bekerja, dan kebanyakan lewat.”Vindry hanya bergeming menonton drama yang sedang tayang di televise, ditemani oleh Bettyana. Ya, Kendrick mendadak harus ke kantor dan menghubungi Bettyana untuk menemaninya. Niat baik Kendrick tetap salah dimata Vindry.“Aku tidak suka kalau dia memutuskan sesuatu tanpa persetujuanku. Aku ini istrinya atau bukan?” oceh Vindry, sangat terlihat bahwa dirinya memang dalam kondisi suasana hati yang tidak baik-baik saja.Bettyana menoleh, memperhatikan sahabatnya dari samping. Lalu kembali memfokuskan atensinya menatap layar televisi yang menempel pada dinding di depan sana.“Kau pasti tidak setuju dengannya, jadi Kendrick memilih untuk memutuskannya sendiri. Lagian, kau belum hamil, seharusnya kau bisa memanfaatnya untuk bekerja dengan baik,” ujar Bettyana, membuat Vindry menoleh dengan sebelah alis yang terangkat.“Kalau saja dia memberik