Aoi meletakkan pulpennya di kotak pensil. Akhirnya selesai juga latihan soal Fisika.
"Kalau di ulang-ulang gini kan jadi tambah faham," sudah kebiasannya sepulang sekolah membuka buku pelajaran hari itu.
Ting!
Aoi melihat notifikasi dari grup kelas.
Kelas 12 Ipa 1 Group
Madoka
Denger-denger telinga gue nih, besok ada bazar buku loh. Kuy lah borong komik sepuasmu
7:00 pmYuna
Bazar? Lo tau darimana? Bukannya udah ya satu bulan kemarin? Masa ada lagi?
7:01 pmHikari
Liat aja besok. Jadi bakal ada jamkos nih. Seneng gak? Seneng gak? Iyalah
7:01 pmAnda
@haruka @fumie beli berapa buku? Awas di borong haha
7:02 pmHaruka
Beli buku detektif itu. Penasaran nih sama season 2 giimana
7:03 pmFumie
Jangan lupa ajak orang yang tersayang. Hehe, ups kode nih. Peka ya
7:03 pm"Orang yang tersayang?" Aoi berpikir sejenak. Siapa ya?&n
"Lepasin gak?!" Aoi meronta. "Atau gue teriak maling aja. Ma-""Teriak aja. Aku kan disini guru, wle," Makoto memeletkan lidahnya.Aoi kesal. "Tau ah! Mending gue gabung sama sahabat aja daripada bapak!""Hei! Panggil saya mas. Biar udah nikah nanti terlatih. Faham?" rasanya aneh di dengar, terlalu muda karena dirinya baru 24 tahun."Gak mau! Bapak aja wle," sekarang gantian Aoi yang mengejek Makoto."Berani ya kamu. Sini aku cubit pipinya! Hei! Jangan lari Aoi!" Makoto mengejar langkah Aoi yang berlari kecil, rasanya mudah menangkap cewek itu, tapi demi Aoi senang Makoto memperlambat langkahnya.Keduanya menjadi sorotan."Romantis banget gak sih?""Terus Ryuji gak cemburu kan liat ini?"Sampai Aoi tak sengaja menabrak Ryuji yang berdiri mengobrol dengan Syougo dan Taiga."Punya mata gak-eh? Aoi, jangan lari-lari. Kalau jatuh aku yang sedih," awalnya Ryuji marah, tapi setelah ta
Aoi kesal, bukannya Makoto menjelaskan materi pelajarannya malah fokus memandanginya. Seisi kelas pun berbisik heran."Kenapa Aoi gak nerima cinta pak Makoto aja?""Kan lumayan juga punya pacar pintar bahasa Jepang. Iya gak?""Iya lah! "Haruka menenangkan Aoi. "Gak usah dengerin mereka. Emang cewek suka gitu. Iri," Haruka berbisik lirih. Karena mata jeli Makoto itu ikut memperhatikannya."Aoi. Bisa maju ke depan menjelaskan materi ini?"Aoi menghela nafasnya. Pasti ini modus lagi.Dengan langkah malas, Aoi maju. Menjaga jarak dari Makoto.Aoi diam."Aoi. Jelaskan kalimat positif dan negatif Mada," Makoto berusaha sabar. Ia tau Aoi sengaja tidak menjawab."Kalau kamu tidak bisa menjelaskannya, berdiri saja disini," tegas Makoto tak mau tau. Padahal tulisannya sangat jelas di papan tulis."Saya akan mengulangi lagi penjelasannya. Perhatikan baik-baik," Ma
Nakura melihat story Instagram Ryuji, sebuah kata-kata yang di tulis.Kalau aku jadi durinya mungkin kamu tangkainya, tapi dia kelopak bunga yang lebih berkuasa daripada aku.Kalau kamu hanya bulan, aku bumi dan dia matahari yang memberikan sinar hangatnya.Rasanya tak cukup aku mengutarakan perasaanku padamu. Kita selalu terhalang satu orang, dan dia akan memilikimu secara resmi. Aku sadar dan merasa tertampar, bahwa kamu dan dia akan hidup bersama-sama.Nakura merasakan sakit hati Ryuji mengutarakan itu."Pasti ini gara-gara Aoi lagi. Tuh cewek gak tau diri banget sih! Ryuji jelas-jelas pacarku!" Nakura menatap kata-kata Ryuji itu dengan nyalang."Liat aja, aku bakal perhitungan sama kamu Aoi," Nakura tersenyum miring. Saatnya membuat Aoi bungkam.***"Aoi, kok daritadi gak lukis apa-apa?" tanya Haruka heran.Ya, saat ini adalah kelas melukis yang bertema perbukitan.
Aoi bangun jam 4 pagi memasak di dapur. Sebelum Makoto memasak, ia harus cepat. Pasti pria itu akan melarangnya memasak."Bikin nasi goreng aja deh yang gampang. Ryuji pasti suka," Aoi mengupas beberapa bumbu nasi goreng yang ia tau.Di ruang tamu, Makoto terbangun karena mencium aroma masakan. Apakah Aoi yang ada di dapur?Langkahnya menuju dapur, Aoi memasak? Memangnya bisa?Makoto melihat Aoi membuat nasi goreng. Rambutnya yang masih berantakan, dan piyama pink membuatnya gemas ingin memeluknya. Tapi Makoto sadar, belum saatnya."Kamu masakin nasi goreng buat aku?"Seketika Aoi terpaku. Kenapa sih harus bangun?Aoi menoleh. Makoto memasang wajah bahagianya. Pria itu terlalu geer."Masak aja sendiri. Ini bukan buat lo!""Buat pacarmu itu?""Iya," Aoi mengangguk. "Jadi, gak usah ganggu. Tidur aja sana," usirnya malas."Enak ya tinggal di rumah kamu. Aku aja betah.
Di ruang tengah, Aoi dan Makoto menonton televisi kisah romansa dua remaja SMA.Aoi memakan camilannya dengan lahap, sushi kesukaannya."Kamu kalau ada apa-apa cerita sama aku ya? Kalau gak mau juga gak apa-apa kok," Makoto menoleh menatap Aoi yang serius melihat televisi."Kenapa sih cowok gak bisa pakai logika? Kenapa harus perasaan?" tanya Aoi gemas, Ryuji tak bisa memikirkan bagaimana perasannya yang sakit ketika Nakura berhasil mengajak Ryuji saat itu."Mungkin dia mau yang baru dan berbeda. Semua cowok itu gak sama Aoi. Ada yang memilih perasaan karena gak rela atau kasihan. Ada juga yang pakai logika karena dia pikir kembali atau pergi adalah pilihan terbaiknya," jelas Makoto bijak. Meskipun ia bukan ahli cinta, tapi ia faham bagaimana pemikiran seseorang.Aoi terpaku. Apakah benar seperti itu?"Terus kalau lo?""Apanya?" tanya Makoto bingung."Pakai apa? Perasaan atau logika?" karena Aoi tak mau kalau Makoto sama dengan
Makoto mengetuk pintu kamar Aoi, sudah jam delapan cewek itu tidur."Aoi? Bangun, ayo masak. Aoi?" Makoto membuka pintunya, Aoi tergeletak di lantai.Makoto panik. "Aoi! Aoi! Kamu gak mati kan? Aoi!" Makoto mengguncangkan tubuh Aoi.Aoi menggeliat. Dengan mata yang setengah terbuka, ia menatap Makoto."Apa sih? Ganggu orang tidur aja," Aoi kembali memejamkan matanya."Aoi. Anak perempuan jam segini udah nyapu, masak-masak, ngepel. Kamu malah tidur," omel Makoto gemas. "Gimana mau nikah nanti, masa aku makan di luar Aoi?"Aoi duduk. Kenapa Makoto tak bisa diam sih? Sangat mengganggu tidur nyenyaknya."Lo ngarep banget ya nikah sama gue? Gak usah percaya diri deh! Bisa aja gue kabur," ketus Aoi, usianya dengan Makoto terpaut jauh. Bagaimana reaksi teman-temannya nanti.Makoto menghela nafasnya. "Bukan ngarep, tapi ayahmu sendiri yang nyuruh aku nikahin kamu," ucap Makoto membenarkan. "Kenapa? Daripada pacarmu itu. Belum tentu dap
Dan Makoto pun tak tinggal diam. Ia..."Aoi!" serunya. Aoi menoleh dengan wajah terkejutnya.Makoto menarik tangan Aoi menjauhi Ryuji."Jadi ini yang kamu lakuin kalau aku lagi rapat? Mentang-mentang aku gak awasin kamu malah kencan sama dia. Mending pulang," hanya karena rapat selama beberapa menit saja, Aoi sudah tidak ada di kelasnya. Bahkan Haruka dan Fumie saja tidak tau keberadaan Aoi."Lepas gak?" Aoi meronta. Namun Makoto semakin mencengkram kuat."Sakiitt!" Aoi meringis. Apa ini sisi lain dari Makoto saat marah?Ryuji menarik tangan Makoto yang bebas. "Gak usah nyakitin Aoi juga!"Makoto menoleh. Menatap bengis Ryuji. Mengganggu saja."Kenapa emangnya? Salah?""Jelas salah. Apa pak Makoto gak liat Aoi kesakitan?"Makoto tersenyum miring. "Coba aja kalau nurut sama saya sekali pun. Saya gak bakal lakuin hal itu," pandangannya menatap Aoi yang kini menunduk."Tapi cara pak Makoto salah. Memangnya-"
Nakura hanya bisa memandangi Ryuji dari kejauhan."Dan aku bakalan buat kamu sama Aoi putus!"***Kelas 12 Ips 1 saat jamkos mungkin se-ramai pasar.Syougo dan Taiga membujuk Ryuji agar ikutan bermain Truth or Dare."Apa sih? Buang-buang waktu aja. Gue lagi belajar," Ryuji kembali membaca perbedaan kosa kata British dan USA."Belajar terus. Emang gak bosen apa?" tanya Taiga jengah. Apa-apa buku."Karena gue mau kuliah di luar negeri. Jadi gak semudah itu lolos seleksinya. Mulai sekarang belajar, biar waktu tes lancar ngerjainnya," jawab Ryuji bijak. Ia memang jarang ikut bermain dengan Syougo dan Taiga."Please ya? Sekali aja," Syougo menyatukan kedua tangannya. Matanya mengerjap imut. Semoga Ryuji mau."Emang lo gak kangen masa-masa terakhir gini?""Huhuhu, sedih gue ga. Masa iya secepat ini kita berpisah?" Syougo memeluk Taiga terharu."Iya-iya. Gue ikut. Mulai aja deh, gak usah nangis!""Yeay! Git