Home / Rumah Tangga / Terpaksa Menikahi Paman Suamiku / Bab 76: Jangan Sentuh Kesabaranku

Share

Bab 76: Jangan Sentuh Kesabaranku

Author: Rizki Adinda
last update Huling Na-update: 2025-09-22 10:13:50

Rama berdiri terpaku di samping ranjang rumah sakit. Bau antiseptik menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma bunga segar di vas kecil dekat jendela.

Lampu putih menyilaukan menyorot wajah Naila yang pucat, tetapi bukan itu yang menusuk hatinya—melainkan sorot mata istrinya, tajam dan dingin, bagai pisau yang menolak disarungkan kembali.

“Kalau tidak percaya,” suara Naila serak, namun sarat sindiran yang menggigit, “tanyakan saja pada Jessie.”

Kata-katanya jatuh pelan, tetapi bergema di ruang itu, seperti palu kecil yang memukul gong di dalam dada Rama.

Pria itu menarik napas panjang, seakan paru-parunya enggan bekerja. “Aku akan selidiki,” ucapnya berat. Rahangnya mengeras, suaranya nyaris pecah. “Kalau memang Jessie yang sengaja, aku tak akan biarkan dia lolos.”

Sekilas senyum muncul di bibir Naila, bukan senyum hangat yang dulu selalu menyambut Rama sepulang kerja, melainkan senyum tipis yang

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 93: Sama Kejamnya

    Rena menatap Naila dengan mata menyipit, bibirnya melengkung dalam senyum sinis yang lebih terasa seperti pisau dingin ketimbang sekadar ekspresi wajah. Aura penghakiman memancar dari sorot matanya, seolah setiap gerakan Naila adalah noda yang tak terampuni.Bayangan lampu rumah sakit jatuh di wajah Rena, menegaskan garis-garis tajam penuh cemooh.“Ya. Aku bersama dia.”Suara Naila tenang, datar, tapi di balik itu ada getar yang hanya bisa ditangkap jika seseorang benar-benar memperhatikannya.Keheningan menyusup di antara mereka, merayap perlahan hingga meremas dada semua yang hadir di ruang itu. Harist memejamkan mata sesaat, lalu membuka kembali dengan tatapan yang terasa runtuh.Kelopak matanya berat, wajahnya yang pucat kian terlihat letih, dan ada seutas gurat getir di sana.“Aku gagal membesarkanmu.” Nada suaranya nyaris patah. “Aku sudah mengecewakan ibumu.”Naila menggenggam tangannya sendi

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 92: Jangan Bohong

    Laboratorium sore itu dipenuhi cahaya putih dari lampu neon yang tak pernah padam, bergema halus di dinding kaca yang dingin. Aroma khas bahan kimia bercampur dengan bau kertas dan mesin elektronik.Di tengah ruangan, Alysa masih terlelap di atas meja, kepalanya tertumpu pada lengan, napasnya pelan dan berirama. Rambutnya yang tergerai menutupi sebagian wajah, memberi kesan rapuh di tengah dunia penuh logam dan mesin ini.Naila masuk tanpa suara, langkahnya hati-hati seolah takut membangunkan temannya. Ia menaruh tas di kursi, lalu duduk di depan komputer yang monitor hitamnya memantulkan bayangan samar wajahnya.Jarum jam di dinding mendekati pukul dua siang. Sejenak ia menimbang, tapi rasa kantuk yang tadi sempat menekan matanya ia tepis dengan keras. Ia menarik satu buku catatan dari rak, membuka lembar yang penuh coretan rumus, lalu mulai membaca.Hanya beberapa menit kemudian, tepat pukul 13.55, suara alarm ponsel memecah keheningan. Alysa tersentak

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 91: Kalau Kamu Terus Pandang Aku

    Naila mengerutkan kening, menatap Galih yang duduk di sebelahnya. Lelaki itu tampak terlalu tenang, wajahnya datar, tak ada tanda-tanda gelisah atau terkejut.“Kamu tidak percaya?” suara Naila terdengar pelan, nyaris bergetar, namun tetap berusaha terdengar tegas.Belum sempat ia menarik napas dalam, Galih tiba-tiba mencondongkan tubuhnya. Gerakan itu cepat, mendadak, membuat Naila refleks menyingkir. Bahunya menempel ke kaca jendela mobil, hampir saja kepalanya terbentur, jika saja tangan Galih tidak segera terulur, menahan lembut di belakang kepalanya.Waktu berhenti sejenak. Nafas Naila tercekat ketika merasakan sentuhan ringan di keningnya. Sebuah kecupan, singkat, sekilas, namun cukup untuk membuat darahnya mengalir deras ke wajah. Seolah ada bulu tipis menyapu kulitnya, halus, nyaris tak nyata, tapi meninggalkan getar yang dalam.Galih segera menarik diri. Matanya terarah ke wajah Naila, ada kilatan bersalah yang tak ia sembunyikan. Suar

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 90: Aku Tidak Sekekanak Itu

    Awalnya, Naila hanya berniat memanfaatkan Galih. Rencana itu sederhana, nyaris kejam, seperti bidak catur yang digeser tanpa rasa. Tapi pagi ini, semua berubah. Ia bahkan tadinya tak berniat datang, memilih tenggelam dalam rutinitas kosong yang akhir-akhir ini jadi selimutnya.Sampai sebuah pesan singkat dari Rama masuk ke ponsel. Foto yang terlampir membuat dadanya seakan diremas tangan tak kasatmata, perihnya merambat hingga ke tulang.Jantung Naila berdegup lebih kencang dari biasanya. Ada sesuatu di balik bayangan itu, sesuatu yang tak lagi bisa ia sangkal: ia jatuh. Bukan tersandung. Jatuh hati. Pada Galih. Dan menyadari hal itu, menunggu dalam diam tiba-tiba jadi siksaan yang mustahil ia terima.Galih berdiri tak jauh darinya, sosok tinggi dengan wajah yang lebih banyak disembunyikan di balik dingin dan diam. Saat bibirnya akhirnya terbuka, suaranya lirih, namun cukup tajam untuk menembus ruang di antara mereka.“Kali ini aku biarkan. Tapi lai

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 89: Jangan Tekan Dia

    Rama duduk di kursi empuk bergaya kolonial, tak jauh dari tempat Galih berlutut di lantai marmer. Senyumnya tipis, matanya menyipit, penuh rasa puas.Tubuhnya masih terasa ngilu akibat tendangan Galih tadi pagi, rasa perih itu seperti cambuk kecil yang justru menambah nikmat saat melihat lelaki itu sekarang terkapar. Ada getaran haus balas dendam yang berputar dalam dada Rama, seolah kesempatan ini terlalu berharga untuk dilewatkan.Momen seperti ini tak datang dua kali. Sayang sekali kalau Naila tidak menjadi saksi. Rama mengangkat ponsel, cahaya layar memantul di wajahnya yang berkeringat, lalu ia mengabadikan detik itu: Galih dipukul ayahnya sendiri.Dengan jemari bergetar menahan antusiasme, ia segera mengirim foto itu kepada Naila. Bibirnya mengembang menjadi senyum penuh kemenangan.***Setengah jam berselang, sebuah mobil berhenti di depan rumah besar keluarga Santosa di kawasan elite Jakarta Selatan. Dinding pagar menjulang tinggi, berlapis

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 88: Calon Tante

    “Apa?!” Suara Rama pecah, memantul di ruangan yang hening. Matanya membelalak, urat di lehernya menegang, seolah-olah apa yang baru ia dengar lebih mustahil daripada cerita hantu di masa kecilnya.Udara di sekitar mereka seketika mengental. Tatapan orang-orang yang sebelumnya sibuk dengan urusan masing-masing, kini beralih penuh rasa ingin tahu. Ada yang menahan napas, ada yang pura-pura sibuk dengan ponsel tapi telinganya jelas terarah ke arah keributan itu.Rama menyeringai, senyum yang tidak pernah menyimpan kehangatan. Bibirnya terangkat sebelah, menampakkan kepuasan yang dingin. “Pantas saja kamu buru-buru minta cerai. Ternyata kamu sudah menempel ke Om-ku. Naila, kamu nggak ada bedanya sama perempuan murahan di luar sana.”Ucapan itu menusuk seperti pecahan kaca. Sekejap kemudian, suara tamparan keras menggema, begitu nyaring hingga menelan keheningan ruangan. Kepala Rama terhempas ke samping, pipinya berbekas merah tegas dari telap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status