Ddduuarrrrr....
Tanpa sadar Divya menabrak mobil yang ada dihadapannya itu. Dia tidak sengaja menabrak mobil yang ada didepan nya, mobil yang diam terparkir dengan tenangnya.
"Woyyy, gak bisa lihat ya." Teriak Divya terhadap pengendara motor yang mengangetkan nya, sehingga ia tak sengaja menabrak mobil itu. Tapi pengendaranya tidak mendengar dan tetap berjalan ke depan dengan kencang.
"Waduh ini gimana ya, pake acara nabrak mobil Orang segala lagi...gawat nih, kabur ahh." Ucap divya sambil menyalakan motor nya
"Eh jangan deh aku harus tanggung jawab, gak boleh kabur. Lagipula inikan memang salah ku. Tapi orang nya kemana ya?" Tanya Divya pada dirinya sendiri
"Udahlah aku tunggu aja dulu." Sambung Divya
Sampai beberapa menit kemudian...
"Ngapain tuh cewek ada disitu?" Gumam Hendra yang melihat Divya berada di sekitar mobil boss nya. Hendra pun segera be
Hari weekend sudah tiba, Divya dan Valen memutuskan untuk rebahan di kost an mereka.Saat sedang sarapan, Divya melamun sehingga tidak mendengar Valen yang sedang bercerita."Woyy Va, denger ga?" Teriak Valen keras karena kesal tidak ada respon dari sahabatnya."Eh iya apa?" Tanya Divya kaget"Yaelah melamun toh. Kenapa?" Tanya Valen penasaran"Gak kok. Cuma aku harus lebih giat lagi kerjanya biar dapat uang banyak.""Emang kenapa?ada masalah ya?"Divya menceritakan hutang kerusakan mobil yang harus dibayar nya."Ha?Kok bisa, jadi mobilnya gimana?" Tanya Valen lagi"Harusnya yang kamu khawatirin aku, bukan mobilnya. Harta mah bisa dicari tapi..." Belum sempat bicara Valen langsung memotong perkataan Divya"Iya-iya aku tau." Ucap Valen"Oh iya nanti malam aku mau a
Setelah selesai mengambil uang dari ATM, Valen membeli bumbu masakan kemudian pulang kerumah. Divya terbangun saat mendengar suara motor Valen dan melirik jam dinding yang ada di depannya."Ha, kok udah jam tengah 10 aja sih? Nasib...nasib." ucap divya beranjak dari kasurnya dan segera bersiap-siap untuk pergi menemui orang yang mobilnya telah ditabrak oleh nya.Divya memakai kaos panjang tangan dengan hodie berwarna abu-abu, memakai celana jeans panjang, sepatu cats dan tas kecil yang didalamnya terdapat bubuk cabe untuk berjaga-jaga.Valen menatap bingung ke arah Divya"Rapi banget, mau kemana?""Emm, aku mau pergi kerumah teman kantor aku Len.""Malam-malam gini? emangnya mau ngapain div?""Itu....emmm dia, dia butuh bantuan aku buat kerja. Iya kerja. Untuk informasi dari market place dikota sebelah." Jawab Divya gugup"Yang bener?tapi
Semuanya saling menatap tanpa sadar Edward Tersenyum sambil batuk kecil. Sementara Divya mengawasi sekelilingnya, melihat orang-orang yang menari sambil meminum-minuman keras."Hendra, apakah dia orangnya?" Tanya Edward"Iya Tuan." Jawabnya"Tuan, tadi anda menghubungi saya kan?" Tanya Divya pada Hendra"Eh...I...iya nona. Kau sudah datang rupanya." Ucap Hendra gugupHendra masih dalam posisi duduk, hanya Divya yang berdiri. Tentu saja ia sedang membelakangi lantai dansa yang ternyata disanalah tempat pemilik mobil sebenarnya yaitu Tuan Aditya."Maaf Tuan, saya minta maaf atas kejadian yang merugikan mobil Anda. Tolong jangan marah sama sopir anda, sayalah disini yang salah." Ucap divyaEdward dan kawan-kawan menatap ke arah Divya. Banyak perempuan yang berada disekitar menatap iri padanya. Pasalnya ditempat itu hanya Divya seoranglah ya
"Divya." Teriak Valen mendekat ke arah sekolompok orang itu. Tak lama kemudian mata Valen tertuju pada salah satu orang disitu"Oh..jadi kau dalang nya." Valen menarik kerah Edward. Semua orang yang ada disana terkejut termasuk Divya dan Adit"Lepaskan Dasar tidak tau sopan santun." Edward menepis tangan Valen dengan kasar"Tidak tau sopan santun kau bilang?Hey, daripada kau tidak ada akhlak sampai menyuruh saudariku datang ketempat kotor seperti ini."Tegas Valen menekankan kata 'Kotor'. Valen memang seperti saudara, ditambah wajah keduanya mirip membuat semua orang percaya bahwa mereka adalah saudara kandung. Hanya Mata mereka lah yang membedakannya, jika Divya berwarna biru kristal maka Valen memiliki bola mata berwarna amber terang."Dia sudah merusak mobil temanku, dan aku mengajaknya kesini agar bisa memperjelas jaminan nya!" Suara Edward tak kalah keras dari Valen"Mengapa harus ke tempat seperti ini?" Tanya Valen tidak su
Di sisi lain Aron, Edward dan Hendra sudah berada di dalam club dengan ditemani banyak wanita-wanita yang berpakaian kurang bahan, Dengan menampakkan gudukan sintal yang menggoda.Tak berselang lama Aron melihat sosok yang sangat familiar di matanya"Kak...kak Edward!" Ucap Aron menepuk-nepuk bahu Edward sambil memandang ke arah pintu masuk"Apaan sih, ganggu orang senang aja." Ucap Edward malas sambi menghentikan acara minumnya dengan wanita-wanita itu"Itu kak lihat noh, kayaknya laki-laki itu Mirip banget sama boss Adit.," Kata Aron sambil memperhatikan orang yang membelakanginya di meja bar, tak jauh dari mereka."Oh iya kayaknya emang Tuan Adit deh, tapi kan gak mungkin, Tuan Adit kan lagi banyak kerjaan." Ujar Hendra menimpali&n
Paginya Divya bekerja seperti biasanya. Hanya saja dia mencoba menghindari Adit Karena masih kesal dengan perkataannya semalam.Saat ingin ke kantin pun, Divya berjalan dengan sedikit mengendap-endap agar tidak terlihat oleh mata elang Aditya.Waktu istirahat sudah selesai, Divya kembali ke dalam ruangannya dengan tenang tanpa ada kekhwatiran. Tapi tidak sangka kekhawatiran yang sebenarnya sudah menunggunya di dalam ruangan itu sedari jam istirahat.Adit menatap tajam ke arah Divya dan berjalan maju ke tempat Divya berada."Mau apa kau?" Tanya Divya ingin lari tapi sayangnya pintu itu sudah dikunci oleh suruhan Adit, saat Divya telah masuk."Kenapa kau menghindari ku?" Tidak menjawab pertanyaan Divya, malah memberi pertanyaan sambil memegang dagu perempuan itu dengan kuat."Aku...aku...aku tidak me...." Belum sempat bicara, Adit langsung menyambar bibir Semer
Adit menarik pelatuk nyaDannnnn...............Tutt....tuttt.....tuttt.... Handphone Adit berbunyi. Adit melihat nomor yang ada di hp nya, nomor itu tidak tersimpan dan tampak asing, berarti itu tidak penting. Mungkin salah salah sambung. Pikir Adit menggambarkan panggilan itu.Saat telepon itu datang, mereka sedikit lega.Namun Adit kembali ke posisinya, mengambil ancang-ancang untuk menembakkan peluru itu pada seorang pria.Dannnn........Lagi-lagi bunyi suara handphone Adit terdengar mengganggu aksinya, dan ternyata masih dengan nomor yang sama.Adit menekan tombol hijau, tanda ia menerima panggilan itu. "Apa? Mengganggu saja." Kesal Adit"Heyy pria sinting, siapa juga yang ingin mengganggu mu." Ucap seorang perempuan yang tidak lain adalah Divya. Adit yang mendengar suara Divya, seketika raut wajahnya berubah menjadi tenang. Tidak ada k
Pagi harinya di perusahaan adit, terlihat senyuman puas dari bibir seorang pria."Tuan, namanya Satya Grahashia. Kami sudah menyuruh Presdir tempat perusahaan nya Bekerja untuk memecat nya." Ucap Hendra"Bagus. Kalian memang bisa diandalkan.""Tapi boss, gimana kalau nona Divya tau?Pasti dia akan marah karena mengetahui boss lah dalang dibalik semua ini." Ujar Aron."Benar bos." Balas Hendra. Mereka berdua tahu bahwa Adit telah salah paham tentang Satya."Kalian mendukung pria sialan itu, ha?!""Tidak tuan." Jawab keduanya serempak"Boss, sepertinya anda telah salah paham." Ujar Aron memberanikan dirinya"Salah paham kau bilang? Jelas-jelas dia berani menyentuh wanitaku. Dan apa? Divya malah senang hati menerima nya. Tidak bisa kubiarkan, aku harus memusnahkan pria itu dari muka bumi ini." Ucap Adit mengingat kejadian s