Share

28. Bisnis Bersama

Author: Banyu Biru
last update Last Updated: 2025-07-20 13:10:11
Malam itu, setelah makan malam sederhana yang kubuat, suasana di rumah terasa lebih tenang. Fatih sesekali mencuri pandang ke arahku yang sibuk dengan ponsel. Mungkin saja dia merasa terabaikan padahal sebenarnya aku sedang mencari ide bisnis yang sesuai untuk masa depan.

"Safira!" Aku menatapnya sesaat lalu kembali melanjutkan aktifitasku.

Bapak dan ibu yang melihat hal ini, hanya bisa menggelengkan kepala. Sementara Bram tampak tersenyum kecil melihat tingkah bosnya.

"Baru kali lihat Mas Fatih ganjen!" Bram yang sadar segera menutup mulut dengan tangannya.

"Berapa tahun jadi anak buahnya?" Tanyaku memancing. Fatih tak menghiraukan pertanyaanku. Dia hanya diam duduk di sisiku sambil merebahkan kepalanya di pundakku.

Bram menggaruk kepala sesaaf lalu meringis. Sepertinya dia tak lagi kaku seperti sebelum aku tahu indentitas Fatih.

"Lama sih, Mbak. Sejak Mas Fatih masih remaja!"

"Oh, ya?" Aku ssmakin antusias mengorek pribadi Fatih. Bapak dan ibu yang memang belum ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   114. Hampir Menyerah

    Mobil berhenti perlahan di halaman rumah Kakek Pranata. Dengan perlahan kugendong Dipta yang masih tertidur pulas di pangkuanku. Sesekali aku menarik nafas dalam-dalam. Tentu saja, ada hal yang tak bisa kubayangkan nantinya. Melihat reaksi kakek, Pak Ibrahim ataupun Bayu. Mereka pasti tak menyangka jika laki-laki kesayangan mereka, kini berdiri tegak di hadapan mereka tanpa kurang suatu apapun. Kecuali.. ingatannya. Begitu pintu rumah terbuka, Kakek yang hendak menyapaku terdiam sekian detik menatap Fatih yang berdiri di dekatku. Hak yang sama juga terjadi pada Pak Ibrahim dan Bayu. Mata Kakek berkaca-kaca begitu pula Pak Ibrahim. Aku yakin hati Pak Ibrahim kini sedang bingung. Penyesalan yang dulu hanya impian kini bisa beliau wujudkan. Sementara Bayu tak bergeming menatap adik tirinya dengan mulut terbuka. “Ya Allah…” suara Kakek Pranata tercekat. Tangannya gemetar saat menunjuk Fatih. “Fatih?!” Dengan langkah tertatih, Kakek mendekati Fatih, mengabaikanku yang hanya tersenyum

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   113. Terluka tapi Bertahan

    Sekembalinya dark klinik, aku mendapati Isna dan Tante Arini yang telah bersiap-siap. SementaracDipta bermain di ranjang dengan beberapa mainannya. Seperti biasa, Dipta akan tertawa riang saat melihatku lalu berusaha turun dari ranjang dan menghampiriku. "Sudah beres semua, Safira?" Aku mengangguk mendengar pertanyaan Tante Arini sambil terus bermain dengan Dipta. Sesekali tangannya menepuk pipiku pelan laku tertawa lebar. "Bram sudah siap?" Kali ini, Tante Arini mengulurkaj tangannya untuk menggendong Dipta. "Barangkali sedang merapukan barangnya di kamar sebelah. Sebentar lagi pasti datang bantu kita bawa barang!" Tante Arini urung menggendong Dipta karena aku sudah lebih dulu memberikan Dipta pada Isna. Benar saja, saat aku sedang membenahi pashminaku, terdengar pintu kamar yang di ketuk. Bram masuk setelah Tante Arini membuka kamar. "Sudah siap? Saya bawa barang-barang ke mobil sekarang?" Tanya Bram sopan. "Sudah, Mas. tinggal bawa aja!" Isna segera menunjuk dua koper dan t

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   112. Mengurai Benang

    Pagi seperti biasa. kami sarapan di kamar tanpa banyak bicara. Tante Arini cukup gesit membantu Isna menjaga Dipta. Beberap hari ini, aku memang sering meninggalkan Dipta dengan Tante Arini dan Isna saja. Baru sebentar aku menyusui Dipta, anak itu sudah ribut ingin turun dan bermain di balkon. Aku yang berniat mengikuti anakku, segera di cegah oleh Tante Arini yang segera menyudahi makannya demi bisa menjaga Dipta."Sudah, biar sama Tante dan Isna. Kamu lanjutin makan aja!" Aku mengangguk lalu meneruskan makanku yang tertunda. Baru saja satu suap, ponselku berdering cukup nyaring. Nama Bayu terpampang di layarnya. "Iya, Bayu?" Tanyaku sambil mengunyah makanan. "Safira, sepertinya aku sudah menemukan orang yang sabotase proyek kita di Indramayu!" Suara Bayu terdengar tegang di seberang. Aku tercekat, jemariku otomatis mengepal. “Kau yakin?!” “Sangat yakin, Safira. Lewat beberapa orang yang menutupi pekerjaannya. Ada baiknya kamu segera balik di Jakarta. Lagian Kakek dan Ayah

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   111. Luka yang Tersayat

    Sejak pertemuanku dengan Fafih, pikiranku tak pernah lagi bisa tenang. Sosok Fatih yang kini mengenalkan dirinya sebagai Raka terus saja menghantuiku setiap detik. Tatapan matanya yang kosong dan penuh kebingungan seperti menggoreskan luka baru di hatiku. Aku tak bisa hanya diam dan menunggu. Aku harus mendapatkan kepastian. Jika benar dia adalah Fatih, maka aku harus tahu sejauh mana hubungannya dengan Aryani. Sore itu, setelah urusan di klinik milik dokter Aryani selesai dan para pekerja sudah diperbolehkan untuk pulang, aku memberanikan diri untuk berjalan-jslsn sebentar di area klinik hingga di ujung belakang. Udara yang terasa panas dan sedikit lembab yang bercampur aroma debu membuat Jantungku semakin berdeguo tak karuan saat langkahku semakin dekat. Di halaman belakang, aku melihat Fatih yang sedang duduk sendirian sambil merapikan beberapa kardus. Wajahnya tampak lelah, tapi tetap saja memancarkan pesona yang selalu kurindukan. Aku menarik napas panjang, mencoba menguatka

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   110. Langit yang Redup

    Dengan berbagai pertimbangan, aku segera menenggelamkan diri dalam pekerjaan pembangunan kembali proyek di Indramayu. Selain aku bisa memantau perkembangannya, aku juga ingin lebih dekat dan mengetahui sosok laki-laki yang aku yakini sebagai Fatih. Hingga kesempatan itu datang saat aku merasa lelah setelah seharian menemani pekerja yang akan pulang. dari klinik. Karena lelah, aku memutuskan ke warung depan klinik untuk mencari segelas kopi. Dan.. di sanalah aku melihatnya. Fatih. Nafasku tercekat. Dia memang Fatih. Suamiku. Aku mengenalnya. Sangat mengenalnya. Ia duduk sendirian di sebuah bangku kayu panjang, menghadap ke jalanan yang ramai. Dengan hanya mengenakan kaus oblong polos dan celana kargo, ia masih saja tampan seperti dulu. Saat pertama kali ia datang bersama Bapak untuk menjadi sopir. Meskipun dengan penampilannya yang begitu sederhana, tetap saja tak mampu membuang aura mahal yang biasa tampak dengan stelan berkelasnya. Secangkir teh hangat masih mengepul di

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   109. Selesaikan satu-satu

    Pak Asep, manajer lapangan yang selama ini setia mendampingi para pekerja yang di rawat, ternyata sudah menunggu di pintu klinik saat mobil yang kutumpangi berhenti. Begitu melihatku turun, ia langsung berlari kecil menghampiri sambil merapikan helm proyek yang masih dikenakannya. Wajahnya tampak lelah, tapi sorot matanya penuh rasa hormat.“Assalamualaikum, Bu Safira,” sapanya sambil menunduk sopan.“Waalaikumussalam, Pak Asep,” jawabku sambil tersenyum tipis. “Bagaimana kondisi para pekerja, Pak?” Tanyaku membuka percakapan. “Alhamdulillah, sebagian besar sudah membaik dan pulang ke rumah masing-masing, Bu Safira. Tinggal beberapa yang patah tulang saja yang masih dirawat di sini,” jelasnya sambil mempersilakan aku masuk. “Mereka sangat senang karena Ibu langsung turun tangan menangani semua administrasi dan biaya. Mereka tak menyangka perusahaan benar-benar peduli seperti ini.” Ulangnya berkali-kali.Aku mengangguk kecil, tersenyum dan .encoba menahan rasa haru. Fatih pasti juga a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status