author-banner
Banyu Biru
Banyu Biru
Author

Novelas de Banyu Biru

Terpaksa Menikahi Sopir Bapak

Terpaksa Menikahi Sopir Bapak

Pernikahan Safira nyaris batal karena pengkhianatan sang tunangan. Demi menjaga nama baiknya, ia terpaksa menerima saat harus dinikahkan dengan sopir pribadi pilihan ayahnya. Tak ada yang tahu, jika pria itu adalah putra tunggal sang pewaris besar yang memilih kabur dari perjodohan. Dikelilingi luka, penolakan, dan cinta masa lalu yang belum usai, serta intrik perebutan harta, mampukah Safira menjadikan rumah tangganya tempat yang penuh cinta, bukan hanya pelarian semata?
Leer
Chapter: 130. Badai yang Indah
Rasa malu dan penyesalan semalam, benar-benar membuatku mati kutu. "Mau ke apotik lagi, Mbak Safira?" Seketika tubuhku menegang dengan kata-kata Bram. Bukan hanya Bayu, bahkan Fatih juga ikut melirikku tajam. "Bagaimana obat yang kau beli kemaren, Safira? Kayaknya cocok obatnya. Wajah kamu udah gak pucat lagi!" Kali ini, Bayu ikut bersuara. Andai saja mereka tahu apa yang kubeli kemaren, mungkin mereka gak akan banyak berkomentar. Aku hanya batuk-batuk kecil. Dengan isyarat itu kuharap mereka gak akan memperjelas pertanyaan mereka. "Kalau memang cocok, beli lagi aja Safira. Akhir-akhir ini kamu kan sering sakit kepala!" Astaga, Bayu. Aku mengusap wajahku kasar. Ingin rasanya melompat dari mobil dan meninggalkan para laki-laki ini. "Kemaren udah beli banyak. Udah gak usah banyak tanya lanjut aja ke kantor kayak biasanya!" Aku mendengus lalu kembali menatap gedung-gedung di luar jendela. Tak kuhiraukan Fatih yang mendehem beberapa kali. Udah, gak lagi-lagi pakai obat begituan!A
Última actualización: 2025-09-24
Chapter: 129. Rasa yang Palsu
Napasnya terdengar berat ditelingaku. Disertai dengan aroma khas dari tubuhnya adalah sesuatu yang kupikirkan dengan jelas sebelum akhirnya duniaku hanyut bersamanya. Ternyata, aku memang merindukannya. Bukan hanya merindukan sosoknya tapi juga merindukan sentuhannya, pelukannya juga keintimannya. Perlawananku yang terasa canggung pada akhirnya melunak, tergantikan oleh desahan yang penuh dengan kepasrahan. Kami tenggelam dalam lautan kerinduan yang telah lama terpendam atau lebih tepatnya... yang kupendam. ​Malam itu, tak ada kata-kata yang menghiasi seperti biasanya dulu. Yang ada hanya sentuhan yang cukup mewakili seluruh kata-kata dengan kulit yang bertemu, dan kerinduan dalam kegelapan. Setelahnya, aku hanya diam dan menatapnya dalam temaram dengan kepuasan. Hingga akhirnya meringkuk dalam pelukan Fatih seperti yang biasanya kulakukan. Hingga akhirnya aku terbangun karena udara yang terasa dingin menyapa kulitku. Perlahan, aku membuka mata. Dan wajah Fatih tergambar jel
Última actualización: 2025-09-23
Chapter: 128. Racun Cinta untuk Suami
Mobil memasuki halaman rumah menjelang sore. Tanpa banyak kata, aku segera memasuki rumah. Aku hanya ingin segera melihat Dipta dan memastikan kondisinya tanpa kekurangan apapun. Sesampainya di ruang tengah, aku nelihat Dipta di taman samping melalui pintu kaca yang terbuka lebar. Dipta sedang tergelak bersama Tante Arini dan Isna. Aku beruntung, Tante Arini dan Isna, benar-benar bisa diandalkan untuk menjaga Dipta. Dipta menoleh. Tangannya melambai sambik terus tergelak karena di gelitik oleh Tante Isna. Hingga akhirnya Tante Arini dan Isna ikut menoleh. Aku berhenti sejenak menghampiri mereka. "Mama udah puyang?" Aku mengangguk dan tertawa mendengar suara cadel Dipta yang berlari mendekat ke arahku. Perlahan, aku memgangkat tubuhnya dan memutar tubuhku sesaat. "Makin berat aja anak Mama!" Kataku. "Iya dong Ma. aku banyak makannya!" Dipta mencoba menjelaskan. "Dipta, ayo sini. Mama baru pulang, banyak debu!" Teriak tante Arini. "Mama main debu?" Tanya Dipta sambil
Última actualización: 2025-09-22
Chapter: 127. Siap Menghadapi
Setibanya di kantor, aku, Bayu dan Bram berjalan ke ruangan masing-masing. Dan tanpa kutahu, jika ternyata Pramudya telah datang lebih dulu dan menunggu di ruanganku. Ia berdiri di depan jendela yang menghadap ke kota dengan punggung yang tegap dan wajah serius. ​“Pram,” sapaku seketika membuka pintu. ​Ia berbalik, senyum tipis tersungging di bibirnya. “Selamat pagi, Safira. Maaf aku datang pagi ini. Aku punya sesuatu untukmu.” Ia segera duduk di sofa tamu dan membuka map tebal yang tergeletak di meja tamu. Mungkin, Pramudya memang telah menyiapkannya saat datang awal tadi. Tanpa menunda, akupun duduk di dekatnya. “Ini hasil investigasi lengkap dari timku. Laporan forensik digital, kesaksian dari beberapa sub-kontraktor yang mau bekerja sama, dan aliran dana yang kami berhasil lacak. Semuanya ada di sini.” Pramudya mengulurkan dokumen itu padaku, dan dengan segera aku membukanya dengan rasa khawatir. Meski aku tak terlalu paham, tapi sebagian besar berisi bukti-bukti yang bi
Última actualización: 2025-09-21
Chapter: 126. Perseteruan Pagi
Pagi harinya, aku sengaja turun lebih awal. Sudah saatnya untuk kembali dengan aktifitas yang tertunda. Ingin menikmati secangkir kopi dan sepotomg roti sebagai energi hingga sisng nanti, tapi ternyata, aku melihat Fatih yang sedang duduk sendirian di meja makan, menatap diam secangkir kopi yang mengepul di hadapannya. ​Aku duduk di seberangnya, menatapnya dengan Fatih dengan.sedikit iba. "Selamat pagi.. suamiku!" Fatih menoleh dengan wajah yang sedikit memerah. "Maaf, bikin kamu kaget, ya?" Mau tak mau aku tersipu malu. Hanya saja, aku harus melakukannya. Fatih masih suamiku yang sah. Kalau Aryani saja begitu mudah untuk bermanja dengan Fatih, kenapa aku tidak? "Ehem. Pagi!" Fatih menjawab dengan suara serak. "Fatih, hari ini kamu ngantor ya!" ​Ia tersentak, menatapku dengan kaget. “Kantor? Tapi aku… aku gak ingat apa-apa, Safira. Apa yang bisa kulakukan di sana?” ​“Dicoba saja. Mungkin dengan melihat suasana kantor, membuat ingatanmu cepat pulih!" jawabku lembut. "Ka
Última actualización: 2025-09-20
Chapter: 125. Ada yang Aneh
Hanya sehari di rumah sakit, aku sudah tak tahan ingin pulang. Aku tak bisa berlama-lama meninggalkan Dipta. Anakku sudah jauh dari sosok ayahnya, aku tak ingin ia juga jauh dari sosok ibunya. Dan ternyata tak hanya aku yang ribut ingin pulang, ternyata Fatih melakukan hal yang sama. Terpaksa Bayu dan Bram yang mengurus adminstrasi kepulanganku dan Fatih. Tak ada percakapan sejak kami keluar kamar. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Hingga kami duduk bersebelahan di mobil. "Terima kasih, Mas Bram!" Kataku saat turun dari mobil. Bram hanya mengangguk sambil melirik Fatih, sayangnya Fatih tak ada respon apapun. Wajahnya masih datar dan berjalan mendahului kami. "Lama-lama gemas juga lihat Fatih!" Sungut Bayu. Aku dan Bram hanya saling pandang. "Namanya juga hilang ingatan!" Jawabku lirih. Bagaimanapun Fatih adalah suamiku. Baik buruknya tetaplah kewajibanku untuk menutupinya. "Pengen nabok. Kali aja jadi bener otaknya!" Aku tertawa lirih. "Dia hanya hilang ingatan Bay
Última actualización: 2025-09-20
Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka

Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka

Dia pikir aku istri bodoh yang bisa dimanfaatkan. Tapi dia lupa, akulah sang pemiliknya. Dia tidak tahu, jika aku bukanlah wanita biasa yang selama ini dia pikirkan. Aku pewaris bukan perintis, itu sebabnya aku bisa menghidupi dirinya, keluarganya juga selingkuhannya. Tapi dia menganggapku lemah dan jatuh karena dia lebih memilih perempuan lain, maka aku menunjukkan siapa diriku. Sayangnya, dia tak ingin melepaskanku saat dia tahu siapa diriku. Berbagai cara dia lakukan hingga aku tahu sebuah rahasia yang membuatku harus membalasnya!
Leer
Chapter: 107. Akhir Bahagia ( Tamat)
Beberapa bulan kemudian, klinik pribadi yang Saka inginkan sudah berdiri. Tepat di samping rumah. Sedikit demi sedikit, harapan kami terwujud satu persatu. "Ibu gak nyangka. akhirnya kamu bisa mewujudksn mimpimu, Saka!" Tante Asa menepuk pundak Saka, terharu. Ruangan mulai penuh dengan tamu-tamu undangan. Beberapa diantaranya banyak yang duduk sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Saka justru memelukku dan mencium dahiku lembut, "Semua karena dukungan Nada, Bu!" Tante Asa mengangguk. "Tentu. Ibu tahu jika Nada istri yang hebat untukmu!" Kini, Tante Asa menatapku. "Maafkan ibu, Nada. Mungkin ibu pernah tak percaya padamu!" Aku mengusap punggung tangan Tante Asa sambil menggeleng. "Semua sudah berlalu, Bu. Saka suamiku. Tentu aku akan selalu melakukan yang terbaik untuknya!" Kami menoleh saat terdengar gelak tawa Naren yang ada dalam gendongan ibu. Bersama ibu, tampak Fajar yang sedang menggoda Naren, itu sebabnya Naren tertawa lebar. "Kau harus menjaga rumah
Última actualización: 2025-09-16
Chapter: 106. Setiap Pertanyaan Selalu Ada Jawaban
Malamnya, setelah Naren tertidur pulas di tengah-tengah kami, Saka memulai percakapannya kembali. "Nada," panggilnya pelan. "Aku minta maaf." Saka mengangkat Naren dan memindahkannya di box bayi yang ada di sisinya. Aku menoleh. "Untuk apa?" "Untuk Larasati. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Aku hanya... aku hanya tidak ingin kamu khawatir," jawabnya. Kini, Saka kembali duduk di sisiku. Aku tersenyum. "Aku paham maksudmu!" Jawabku pelan. Aku memang sadar. Tak akan pernah bisa merubah karakter Saka yang ringan tangan dan selalu ingin membantu urusan orang lain. Meskipun kadang, hal itu justru merugikan Saka sendiri. Saka menghela napas lega. Ia mencium keningku. "Nada, aku ingin kamu tahu, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu!" Aku membalas pelukannya. "Aku tahu!" Saka terdiam sejenak. "Kita tak mungkin tak ada masalah, tapi apapun masalahnya, aku harap kita tak saling melepaskan genggaman!" Aku menatapnya, menunggunya melanjutkan kata-kata. "Aku tah
Última actualización: 2025-09-15
Chapter: 105. Bersikap Biasa
Setelah selesai makan, aku beranjak ke kamar diikuti Saka yang berjalan di belakangku. "Nada, kamu marah?" tanyanya, suaranya terdengar ragu. Aku... aku tidak marah," jawabku, suaraku terdengar serak. "Jangan khawatir Saka. Ini bukan masalah. Aku tahu kamu memahami batasan yang jelas tentang hal seperti ini!" Kataku pelan meski kadang aku meragukannya. Saka terdiam. Ia menghela napas. Mungkin saja ia tahu jika aku berbohong. Sesampainya di kamar, aku menatap Naren yang ternyata telah bangun. "Biar aku saja yang menggendongnya!" aku mengangguk lalu berjalan pelan ke sudut ruangan dan duduk di sofa. Saka tampak berbinar menatap anaknya. Berkali-kali Saka mencium pipi gembul Naren. Terang saja, bobotnya lumayan besar. Dengan berat 3,6 kilogram membuatnya seperti bayi besar. Ada hikmahnya anak kecil itu menabrakku hingga aku harus operasi caesar. Aku sendiri tak bisa membayangkan andai aku harus melahirkan normal dengan kondisi Naren yang sebesar itu. Tok. Tok. Kami
Última actualización: 2025-09-14
Chapter: 104. Mengurai Hati
Aku menutup telepon dengan tangan sedikit gemetar, mencoba menenangkan degup jantung yang terasa begitu kacau. Aku memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang, lalu meletakkan ponsel di meja nakas. Nada, kamu harus kuat, bisikku pada diriku sendiri. Memikirkan hal ini berlarut-larut hanya akan membuatku semakin sakit. Aku baru saja melahirkan, tubuhku masih belum sepenuhnya pulih, dan Naren membutuhkan perhatianku. Aku mencoba untuk berpikir positif. Larasati mungkin hadir di rumah sakit karena profesionalisme, bukan semata karena hubungan pribadinya dengan Saka. Untuk itu, aku harus belajar percaya… pada Saka, dan juga pada diriku sendiri. Aku memejamkan mata sesaat, menikmati angin yang berhembus semilir melalui jendela yang terbuka dengan semerbak kenanga. Entah, berapa lama aku tertidur pada akhirnya. Yang pasti, aku terbangun saat mendengar rengekan kecil. Sepertinya, seseorang membawa Naren masuk ke kamar dan menidurkannya di box. Perlahan aku bangkit dan mendekat
Última actualización: 2025-09-11
Chapter: 103. Api Kecil yang Menyala
Aroma masakan Bu Sri yang memenuhi seluruh ruang makan, seketika membuat perutku yang belum sepenuhnya pulih menjadi terasa lapar. Aku duduk di kursi makan sambil memangku Naren. Di seberang meja, Ibu dan Tante Asa sudah duduk sambil berbincang ringan. Ibu sesekali menatapku dengan mata penuh perhatian, seakan mencoba membaca isi hatiku. “Nada, ayo makan yang banyak. Kamu kan butuh tenaga untuk menyusui Naren,” ucap Ibu sambil menyendokkan bubur hangat ke mangkukku. Aku tersenyum tipis. “Iya, Bu.” Suaraku nyaris tak terdengar. Tante Asa menimpali sambil tersenyum hangat, “Lihat tuh, wajahmu masih pucat. Fokus dulu untuk cepat pulih, ya!" Aku mengangguk kecil tanpa berkomentar. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan Saka. Ia benar-benar belum pulang sampai sekarang. Aku mencoba berkali-kali menenangkan diri, berpikir positif bahwa ia benar-benar hanya membantu Larasati karena situasi darurat. Mbok Nah mendekat dan meminta Naren yang telah kenyang menyusu agar aku bisa
Última actualización: 2025-09-09
Chapter: 102. Menyembunyikan luka
Aku duduk di tepi ranjang dengan napas sedikit terengah. Rasa sakit mulai terasa membebani perutku yang masih nyeri pasca operasi. Saka menuntunku dengan hati-hati, kedua tangannya tak pernah lepas dari pinggangku. “Pelan-pelan, Nada.” ucapnya lembut, namun aku bisa merasakan nada tegas yang terselip. Ia membantuku duduk, lalu merapikan bantal di belakangku sebelum menyelimutiku hingga dada. “Kamu baru melahirkan, jangan memaksakan diri untuk berdiri terlalu lama. Apa yang kamu pikirkan sampai-sampai turun sendirian tanpa aku?” Aku memaksakan senyum, mencoba terlihat tenang meski hatiku kacau. “Aku hanya… ingin pamit pada tamu. Lagipula, tidak enak kalau mereka pulang tanpa sempat aku sapa,” jawabku pelan mencari alasan. Saka menghela napas, lalu duduk di tepi ranjang di sebelahku. Tangannya terulur, menyentuh pipiku dengan lembut. “Aku tahu tapi kondisimu lebih utama! Mereka juga akan paham!" Kata-kata itu seharusnya bisa menenangkan, tapi yang kudengar justru gema suara Lara
Última actualización: 2025-09-09
También te puede gustar
Liara
Liara
Romansa · Sinda
32.2K vistas
MINE
MINE
Romansa · Viallynn
32.1K vistas
Kubawa Benihmu, Mas!
Kubawa Benihmu, Mas!
Romansa · Shaveera
32.1K vistas
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status