author-banner
Banyu Biru
Banyu Biru
Author

Novels by Banyu Biru

Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka

Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka

Dia pikir aku istri bodoh yang bisa dimanfaatkan. Tapi dia lupa, akulah sang pemiliknya. Dia tidak tahu, jika aku bukanlah wanita biasa yang selama ini dia pikirkan. Aku pewaris bukan perintis, itu sebabnya aku bisa menghidupi dirinya, keluarganya juga selingkuhannya. Tapi dia menganggapku lemah dan jatuh karena dia lebih memilih perempuan lain, maka aku menunjukkan siapa diriku. Sayangnya, dia tak ingin melepaskanku saat dia tahu siapa diriku. Berbagai cara dia lakukan hingga aku tahu sebuah rahasia yang membuatku harus membalasnya!
Read
Chapter: 82. Ada yang Beda
Aroma tumis buncis dan telur dadar menguar dari dapur. Ibu dan Mbok Nah sudah menyiapkan sarapan sejak subuh, sementara aku duduk di meja makan, menunggu Saka yang masih terlelap sambil menatap layar ponselku. Melihat beberapa detail kebutuhan andai aku memang berencana untuk membuka toko baru. sesuai dengan apa yang kusampaikan pada Fitri. "Suamimu belum bangun, Nada?" Ibu muncul sambil membawakanku secangkir teh hangat. Tangan ibu mengelus ranbutku yang terurai. "Belum bu!" Aku hanya menjawab pendek lalu menikmati teh melati yang kini ada di tanganku. "Beberapa hari ini, ibu mau ke Jogja. Ada tawaran untuk mengirim barang ke luar negeri dalam jumlah besar. Ibu mau pastikan sendiri kualitas batiknya. Kamu gak papa kan, ditemani Mbok Nah dulu?" Ibu duduk di depanku sambil menata hidangan di meja makan. "Hem, gak papa Bu. Aku juga santai beberapa hari ini. Ke klinik kalau insidentil aja. Dokter baru lumayan cekatan juga jadi bisa tenang!" Ibu mengangguk, "Syukurlah. Ata
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: 81. Suara Livia di ponsel Saka
Setelah puas ngobrol dengan Fitri. aku kembali pulang dengan mobil online. Tak kulihat mobil Saka di garasi, artinya Saka belum pulang. "Baru pulang. Nada?" Aku mengangguk saat ibu yang keluar menyambut. "Saka gak jemput?" Ibu menatap halaman lalu melihatku dengan tanda tanya. "Pagi tadi pamitnya mau lembur, Bu. Rumah sakit mau akreditasi!" jawabku sambil mencium tangan ibu dan kedua pipinya. "Kamu sendiri, kenapa sampai jam segini?" Ibu menjajari langkahku. "Tadi cuma sebentar di klinik, Bu. Sudah ada dua dokter yang bisa bantu jadi aku bisa lebih santai di masa kehamilan. Yang lama ngobrol sama Fitri!" Terangku panjang kali lebar. "Oh. begitu! Ya sudah, bersih-bersih dulu, ibu sama Mbok Nah mau siapin makan dulu!" aku mengangguk lalu masuk kamar. Setelah mandi dan mengganti pakaian, aku menyusul ibu dan Mbok Nah di ruang makan. Mataku mengedar sekitar. "Bu Asa mana, Bu?" Aku menuang teh hangat ke cangkir yang disodorkan Mbok Nah. "Mertuamu pamit pulang tad
Last Updated: 2025-08-09
Chapter: 80. Semua Menata Rencana
Hari inii, jadwal Saka di rumah sakit Harapan Kita. Rumah sakit yang Delia wariskan untuk Saka yang arahnya melewati klinik gigiku, itu sebabnya aku berinisiatif untuk ikut mobil Saka. "Jangan banyak aktifitas, Nada!" Saka kembali mengingatkan saat berhenti di lampu merah. "Tenang saja. aku hanya ingin menyapa dokter baru di klinik. Setelahnya aku akan ke toko sebentar. Gak capek, kok!" Jawabku. Saka hanya memgangguk sambil tersenyum. "Kapan kontrol kehamilan?" Tanya Saka sambil kembali fokus menatap jalanan. Aku mengecek ponselku lalu msnatapnya kembali. "Beberapa hari lagi!" Saka mengantar sampai halaman klinik, meskipun ia sibuk dengan aktifitasnya di rumah sakit. Ia tak pernah lupa mengingatkanku tentang kehamikanku yang harus di jaga dengan ekstra. Baik.soal vitamin, atau janji rutin kontrol kehamilan. “Jangan terlalu banyak berdiri. Dan jangan sungkan untuk meminta mereka bantu kamu, ya,” katanya sambil mencubit pipiku ringan. “Iya, Dokter Saka yang cerewet,”
Last Updated: 2025-08-08
Chapter: 79. Warisan Cinta
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, pagi ini adalah hari di mana Saka kembali dikukuhkan sebagai direktur di rumah sakit yang Delia wariskan. Banyak wajah lama yang menyambutnya dengan senyum haru, tapi tidak sedikit pula yang menatapnya dengan curiga. Ada rasa kaku yang belum sepenuhnya mencair. Mungkin karena desas desus yang pernah berhembus dan tak pernah ada yang mengklarifikasinya.“Direktur Saka… kami tak menyangka Anda akan kembali,” ujar Pak Rudi, salah satu anggota dewan, dengan senyum datar.Saka membalas dengan sopan. “Saya kembali bukan untuk mengulang masa lalu. Tapi jika kehadiran saya bisa membantu rumah sakit ini tumbuh lebih baik, maka saya bersedia.”Nada suaranya tenang, tapi aku bisa melihat ketegangan dari gerak tangannya yang menggenggam dokumen cukup erat. Ia selalu begitu. Memendam segala masalah dalam ketenangan.Setelah semua selesai, seorang wanita muda berambut sebahu menghampiriku. Wajahnya ramah, tapi sorot matanya tajam. Wanita yang sejak tadi k
Last Updated: 2025-08-07
Chapter: 78. Berbesar Hati
Malamnya, kami makan malam seperti biasa. Hanya saja, kali ini berbeda karena ada Tante Asa yang turut makan bersama. Setelahnya, Mbok Nah lebih dulu undur diri untuk istirahat. Sementara aku, Saka, Ibu dan Tante Asa berkumpul di ruang tengah. “Ibu, Bu Rahma,” Saka memulai pelan, menatap dua perempuan penting dalam hidup kami. “Aku... ingin bicara soal tawaran keluarga Delia.” Ibu mengangguk tenang, sedang Tante Asa hanya menatap Saka dengan senyum lembut. Aku ikut duduk di sebelahnya, meraih tangan Saka, mencoba untuk memberi semangat. “Mereka memintaku kembali ke rumah sakit,” lanjutnya. “Mengembalikan posisiku sebagai direktur utama. Tapi aku tahu keputusan ini bukan hanya soal aku pribadi, tapi juga tentang kalian… tentang kita.” “Apa yang membuatmu ragu, Nak?” tanya Ibu mencoba untuk memahami pilihan Saka. Saka menunduk sebentar sebelum menjawab, “Aku takut dianggap memanfaatkan keadaan. Aku takut dianggap menggunakan perasaan keluarga Delia dan hanya menjadinya jembat
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: 77. Bimo Membawa Istri
Sorenya, saat Saka datang, aku menceritakan kehadiran Sasi sambil menemaninya di ruang makan. Saka terlihat antusias meski berkali-kali kembali mengingatkanku untuk tidak menjalin kedekatan dengan Sasi. Bagaimanapun, kita tidak bisa mempercayainya mentah-mentah meskipun kesempatan untuk mereka tetap harus kita berikan. Aku hanya mengangguk sesekali waktu karena apa yang dikatakan Saka memang ada benarnya. Setiap kali Sasi datang, setelahnya pasti muncul masalah baru. Sesuai janjiku pada Sasi, aku segera menghubungi teman yang ada di dinas sosial dan untungnya, dia bersedia untuk datang ke alamat yang Sasi berikan. "Nada, Mas Saka ada tamu!" Mbok Nah yang ijin menyiram di depan tergopoh-gopoh masuk. "Siapa Mbok?" Tanyaku sambil membenahi pashmina dan daster panjangku. "Mas Bimo sama istrinya!" Mbok Nah tersenyum lalu berjalan ke belakang. Aku dan Saka saling pandang. "Bimo dan istrinya?" Setahuku Bimo ke luar negeri untuk profesinya. Aku dan Saka segera bergegas ke ru
Last Updated: 2025-08-05
Terpaksa Menikahi Sopir Bapak

Terpaksa Menikahi Sopir Bapak

Pernikahan Safira nyaris batal karena pengkhianatan sang tunangan. Demi menjaga nama baiknya, ia terpaksa menerima saat harus dinikahkan dengan sopir pribadi pilihan ayahnya. Tak ada yang tahu, jika pria itu adalah putra tunggal sang pewaris besar yang memilih kabur dari perjodohan. Dikelilingi luka, penolakan, dan cinta masa lalu yang belum usai, serta intrik perebutan harta, mampukah Safira menjadikan rumah tangganya tempat yang penuh cinta, bukan hanya pelarian semata?
Read
Chapter: 63. Ada Apa dengan Tante Arini?
Setelah dokter memutuskan aku boleh pulang sore itu, Fatih selalu ada di sisiku untuk menemani, membuatku agar selalu merasa nyaman. Ibu dan Bapak juga ikut membantu membereskan barang-barang, sementara Tante Arini sudah lebih dulu menelepon ke rumah untuk memastikan semuanya siap menyambutku. Begitu mobil Fatih berhenti di depan rumah, suasana yang menyambutku membuatku sedikit terkejut. Aroma wangi kayu manis bercampur vanila menyeruak dari dalam rumah. "Kau sudah pulang, Safira?" Kakek menyambutku saat aku masuk. Aku tersenyum dan mencium tangan kakek. "Istirahatlah. Tantemu sudah ribut sejak tadi begiti tahu kau akan pulang!" Tante Arini mendahului dan berdiri dengan kedua tangan di pinggang, memberikan arahan seperti seorang komandan perang di depan kamarku. "Mbak, tolong pastikan kamar Safira wangi, ganti semua sprei dengan yang baru setiap hari. Taruh juga diffuser di sudut ruangan. Oh, dan di meja samping, taruh termos air panas sama teh chamomile, jangan lula roti dan
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: 62. Rahasia yang Tersamar
Sejak kejadian kemarin, ada sesuatu yang terasa berbeda di sekelilingku. Bukan hanya karena kehadiran Ibu dan Bapak yang kini menemaniku di rumah sakit, tapi juga karena cara mereka memandang Fatih. Pandangan yang… entah bagaimana, terasa hangat, penuh kasih, sekaligus seperti menyimpan sesuatu yang berat. Aku memang sudah lama tidak berkumpul bersama mereka. Tapi bahkan dulu, saat aku masih tinggal di rumah orang tua, aku jarang melihat tatapan seperti itu. Sejak pagi, Ibu tak henti-hentinya menanyakan kabar Fatih. Bahkan saat Fatih keluar sebentar untuk bicara dengan dokter, Ibu segera memanggilnya begitu ia kembali. “Safira, Fatih, belum sarapan kan? Ibu bawakan bubur ayam nih. Kamu suka kan? Ayo makan dulu, Fatih biar barengan sama ibu nanti!" katanya, seakan Fatih adalah anaknya sendiri. Aku mengangguk. Mengunyah dan menelannya perlahan sambil terus memperhatikan. Fatih hanya tersenyum dan duduk di kursi, menerima mangkuk bubur dari tangan Ibu tanpa curiga sedikit pun.
Last Updated: 2025-08-09
Chapter: 61. Kehangatan yang Datang
Fatih duduk di kursi samping ranjang dengan menggenggam erat tanganku. Matanya masih merah, namun kini tak lagi dipenuhi ketakutan. Setelah kejadian dengan Nancy tadi, suasana memang kacau. Tapi setelah dokter kembali memeriksa kondisiku dan memastikan bahwa aku dan bayi kami selamat, Fatih bisa bernapas lega. Padahal sudah kukatakan berkali-kali jika kondisiku dan janinku baik-bsik saja. “Kamu yakin nggak sakit di bagian perut?” tanya Fatih lagi, seperti kaset rusak yang diputar ulang. Aku tersenyum kecil meski masih lemas. “Enggak. Dokternya juga udah bilang kan?" Jawabku gemas. “Tetap aja...” Fatih mengusap wajahnya, lalu menatapku dengan wajah cemas. “Aku takut. Banget.” Aku mengangkat tangan dan menyentuh pipinya pelan. “Sekarang udah gak apa-apa. Kita aman.” Belum sempat Fatih menjawab, suara ketukan pintu terdengar. Fatih langsung bangkit dan membukanya. Seorang pria berseragam sopan berdiri di depan pintu. “Mas Fatih, tamunya sudah datang,” katanya singkat. Fa
Last Updated: 2025-08-08
Chapter: 60. Nancy dan Pengakuannya
Aku mengangguk sambil menahan tawa. Fatih benar-benar panik. Setelah dia keluar, aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Sejujurnya aku sedikit lelah dengan semua drama keluarga ini. Aku berharap semua segera berakhir, dan aku bisa menjalani hidup yang tenang. Tiba-tiba saja merindukan rumah, ibu juga bapak. Namun, harapan tinggallah harapan. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku mengira itu Fatih, tetapi saat aku membuka mata, sosok Nancy muncul di pintu. Ia menatapku dengan tatapan sinis, lalu tersenyum licik. “Safira… kuat juga kamu ya? Sayang, si Arini itu gak bisa bikin kamu mati sekalian!" katanya dengan nada mengejek. Ia berjalan perlahan ke arah ranjangku, tangannya memegang tas kecilnya. Aku pura-pura memejamkan mata,Tapi tangan kananku bergerak di balik selimut. Dengan hati-hati, aku mengambil ponsel yang ada di nakas, lalu mengaktifkan perekam suara sekaligus mengirimkannya ke Fatih melalui aplikasi pesan. Langkah kaki Nancy terdengar semakin dekat. Sepertinya
Last Updated: 2025-08-07
Chapter: 59. Kemarahan Arini
"FATIH! FATIH! KELUAR KAMU!" Aku menatap Fatih yang sedang menyesap teh hangat. Laki-laki itu balas memandangku dengan bingung. Tangannya segera meletakkan cangkir kembali. "Siapa pagi-pagi teriak-teriak kayak Tarzan?" kakek kembali melipat korannya dan melepas kaca mata. "Anu, Pak. Mbak Arini!" seru salah satu ART yang berjalan mendekat dengan tergopoh-gopoh. "Kenapa anak itu?" Kakek berdiri di bantu Bram yang duduk di sebelah kakek. Tapi belum sampai melangkah, Tante Arini sudah lebih dulu menghampiri. Suasana pagi yang seharusnya hangat dan menenangkan seketika berubah. Aku turut meletakkan sendok dan urung menyantap nasi goreng. "Tega kamu ya, fitnah paman kamu sendiri?" Ketenangan buyar saat Tante Arini datang dengan raut wajah penuh amarah. Tangannya menunjuk Fatih lalu ganti melihatku dengan sinis. Fatih refleks berdiri, sementara aku ikut bangkit di sisi Fatih dengan jantung berdegup tak karuan. “Apa-apaan ini?!” teriak Tante Arini. "Kalian pikir aku tidak tahu
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: 58. Maaf Semua Terjebak
Lihat, siapa yang datang?" Fatih tersenyum menunjukkan ponselnya. Ternyata, Fatih meninggalkan alat rekam di kamar hotel. Seketika aku bergidik ngeri saat melihat laki-laki yang pernah kulihat tersenyum mendekati Nancy yang sedang tak sadarkan diri. “Ini gila,” bisikku cepat, napasku masih belum stabil. “Kalau ada yang bilang hidup ini seperti sinetron, aku akan percaya sepenuhnya sekarang.” Fatih menoleh, senyumnya lebar meski masih terjaga. “Kamu harus terbiasa!" Aku menggeleng cepat. "Ada baiknya kita tinggalkan semua yang buruk!" Bram menyeringai. “Jujur, kadang hal itu sulit, Mbak Safira. Tapi.. bisa kita usahakan!" Kami terdiam sejenak, saling menatap dengan napas berkejaran. Di dalam kamar, suara samar dari Danu yang baru datang mulai terdengar. Fatih tetap mengawasi ponselnya. Hanya aku yang mundur lalu bersandar di dinding. Apa lagi setelah suara-suara haram itu mulai intens terdengar. Aku menatap Bram dan Fatih yang saling pandang lalu menahan senyum. "Terus aj
Last Updated: 2025-08-05
You may also like
Suami Muda Mbak Halimah
Suami Muda Mbak Halimah
Rumah Tangga · OptimisNa_12
12.7K views
TETANGGA BARU
TETANGGA BARU
Rumah Tangga · Sity Mariah
12.7K views
Terikat Kontrak
Terikat Kontrak
Rumah Tangga · X ChaLvin
12.7K views
Istri Kedua Suamiku
Istri Kedua Suamiku
Rumah Tangga · Dita SY
12.7K views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status