"Bun, sebenarnya Bang Rey itu punya sodara kembar nggak sih?" tanyaku pada wanita yang telah menjadikan aku sebagai menantunya ini.
"Lho, kok kamu tanyanya gitu, Key? Memangnya ada yang aneh?" Kening bunda mengkerut sambil menatapku.
Aku mengubah posisi duduk menjadi menghadap ke arah bunda.
"Ya aneh aja gitu, Bun. Seingetku Bang Rey itu dulu orangnya pendiem, dingin, ngeselin, sering ngejek aku gitu. Ya lebih mirip kayak oma lah. Eh, maaf ya, Bun, bukan maksud Key buat itu ...." Aku menggaruk kepala yang tak gatal, juga menyesalkan mulutku yang lagi nggak bisa direm ini.
Bunda terkekeh. "Nggak papa, Key, bunda ngerti kok. Santai aja lah, kan sama bunda, kayak sama siapa aja."
"Jadi gimana, Bun, apa bang Rey beneran punya kembaran?" Di depan mertua, maka nama sapaan, aku sematkan kata 'bang' di depan namanya. Ya, buat pencitraan di depan bunda kalau aku menantu yang baik hati. Eh.
"Ya enggak lah, Key. Kamu ini a
"Key, lo harus cerita ke gue tentang apa yang lo lakuin sama bang Rey pas kepergok gue waktu itu," ujar Difi setelah menyesap minuman.Sekarang jam istirahat kuliah, jadi bisa nongkrong di kantin, dan kebetulan Desi dan Tita lagi kompak bolos."Yang mana sih?" Pura-pura nggak ngerti."Lah, nggak usah sok bingung deh, lo, untung kemarin yang mergokin lo sama bang Rey, gue, coba kalau Tita atau Desi, udah bocor semua rahasia lo. Lagian mau gitu-gituan nggak inget tempat."Tuk.Aku memukul kepala Difi dengan sendok, dan dia pun mengaduh."Enak aja kalau ngomong. Gue nggak ngapa-ngapain sama bang Rey waktu itu, jadi lo jangan suudzon gitu dong," ucapku sedikit kesal."Ya gimana nggak suudzon, posisi lo sama Bang Rey aja udah kayak gitu. Apalagi coba yang dilakuin suami istri kalau nggak gitu-gitu."Aku mendengkus. "Tapi gue beneran nggak ngapa-ngapain. Mungkin lebih tepatnya gue mau di per^^sa."
Udah seminggu ini Rey mendiamkanku. Dia nggak pernah chat lagi lewat wa, telpon apalagi. Dia juga ngga pernah lagi anter jemput kuliah. Entah apa yang melatar belakanginya menjadi seperti ini.Aku kehilangan? Tentu aja enggak. Buat apa coba merasa kehilangan dia? Aku tuh cuma sebel aja kalau mama nanyain tentang menantunya itu yang nggak terlihat batang hidungnya. Biasanya pagi-pagi ke sini mau sarapan berlanjut nganter kuliah.Yang lebih parahnya lagi mama malah mencurigai kalau aku sama Rey lagi bertengkar dan akulah yang memulai.Sebel tau dituduh kek gitu, padahal aku aja nggak tau apa alasan Rey jadi cuek begini."Key, kamu nanti berangkat kuliahnya agak siangan kan?" tanya mama sewaktu aku lagi sarapan.Mama terlihat lagi memasukkan makanan ke rantang. Entah mau buat ngirim ke siapa tuh makanan, kalau buat papa jelas nggak mungkin, kan tadi papa udah bawa bekal sendiri."Iya, Ma, emangnya kenapa?" Aku bali
"Hahaha ... jadi lo didiemin sama Bang Rey, Key?"Bocah gemblung, temen lagi curhat malah diketawain."Ya gitu lah," ucapku sambil mengaduk-aduk minuman pake sedotan."Makanya, jadi istri tuh jangan jaim dong, yang agresif gitu, biar Bang Rey jadi klepek-klepek sama lo dan nggak inget mantan-mantapnya lagi."Aku mendengkus. "Ogah banget kalau gue harus agresif.""Ya nggak papa kali, kan sama suami sendiri. Kalo lo terus-terusan jual mahal, bisa-bisa Bang Rey digondol sama cewek lain lho, Key," ujar Difi menakut-nakutiku."Mau digondol sama cewek kek, banci kek, gue nggak peduli!" sinisku."Lah, kalau nggak peduli kenapa lo kesel kalau Bang Rey nyuekin lo?" Difi mengkerutkan keningnya."Ya gue merasa kalau gue nggak dianggap lah. Lo tau sendiri kan kalau selama ini gue selalu dikejar-kejar sama cowok-cowok di kampus ini? Dari yang jelek banget sampe yang gantengnya kebangetan, semua pada n
"Pagi gaesss ...," sapaku ketika memarkirkan motor di parkiran kampus. Kebetulan di sini tiga sohib karibku lagi pada nongkrong di parkiran."Pagi Key," jawab Tita."Key, kok lo nggak dianterin sama Kak Rey, sih?" Desi mulai bertanya."Iya, Key, akhir-akhir ini keknya lo berangkat sendiri terus deh, kenapa nggak dianterin cowok lo," timpal Tita."Oh, itu ...." Aku menggaruk tengkuk yang sama sekali nggak gatel. "Dia lagi sibuk ngurusin restonya, makanya gue nggak mau ngerepotin dia."Sesibuk-sibuknya cowok, kalau beneran cinta sama kita, pasti dia bakalan luangin waktu buat sekedar nganter atau jemput kita, Key." Nih apaan sih Difi jadi ikut-ikutan begini, kan aku jadi bingung jawabnya."Ya tadi sih dia mau nganterin gue, tapi gue larang, soalnya gue nggak mau tuh bikin dia tambah repot. Udah restonya butuh banyak perhatiannya akhir-akhir ini, masa gue juga mau repotin, kan gue nggak enak," dustaku.
Pokoknya aku bener-bener bete banget.Gimana nggak coba, di jam yang udah menunjukkan pukul setengah enam sore, aku baru sampai di depan rumah. Ini semua gara-gara Rey si manusia bunglon.Aku selesai kuliah jam empat sore tadi. Sempet ditawarin Difi buat pulang bareng, tapi aku menolak. Alasannya karena aku menunggu Rey jemput, ya aku pikir dia bakal jemput dong, karena tadi pagi dia nganter. Eh, ternyata sampai lama menunggu dia nggak jemput-jemput juga.Karena udah sore, aku memutuskan buat naik bus. Tentu nggak sampai depan rumah dong. Dari jalan raya tempat berhenti, aku jalan kaki menyusuri jalan komplek yang udah beraspal itu. Kurang lebih lima ratus meter lah. Bisa dibayangin kan, capeknya gimana.Di teras, aku lihat mama lagi berdiri mondar-mandir. Udah bisa kutebak, kalau mama pasti khawatir sama aku."Ya Alloh, Key ... kok udah maghrib begini kamu baru pulang sih, dari mana aja? Katanya pulang jam empat, kok samp
"Dif, malem ini gue nginep di rumah lo ya," ucapku pada Difi saat kami berjalan menuju parkiran."Lah, emang kenapa? Lo kan udah punya suami, mau dikemamain suami lo kalo lo tidur di rumah gue.""Ya nggak dikemana-kemanainlah. Gue lagi males aja di rumah, takutnya dia macem-macem, kemarin aja dia hampir ...." Ucapanku sengaja menggantung karena takut membuat hati jomblo seperti Difi meronta-ronta."Hampir apa, Key? Hampir ngajak lo praktek adegan dua satu plus ya?" Difi nyengir ke arahku.Aku memukul pelan lengan Difi. "Sotoy lo. Lo masih jomblo, jangan mikir ke sana-sana."Temanku ini mendengkus. "Mending gue jomblo sadar diri. Lah elo, udah punya suami nggak nyadar status. Untung gue temen lo yang baik hati, Key, coba kalau enggak, udah gue tikung deh, Bang Rey dari lo. Secara dia tampan, tajir, pengertian lagi. Kurang apa coba dia? Tipe-tipe suamiable banget kan?"Aku memutar bola mata, nggak habis piki
"Key, kamu nggak suka ya, hadiah dari bunda?" tanya bunda setelah melihat gaun tidur tipis itu jatuh ke lantai.Aduh, aku jadi nggak enak sama bunda."Eh? Enggak kok, Bun." Tanganku menggaruk rambut yang tak gatal. "Mm--maksudnya Key suka, Bun."Bohong banget kalau aku bilang suka. Aku nggak pernah pakai baju tipis kayak gitu, apalagi kurang bahan. Bisa masuk angin nanti. Lagian kok bunda aneh banget ya, ngasih hadiah kayak gitu.Rey mengambil gaun tidur yang terjatuh di bawahku itu dan memasukkan kembali ke dalam paper bag yang kutaruh di meja."Kalau kamu suka kok tadi dijatuhin gitu?" Terdengar sendu pertanyaan bunda itu."Eng-- Key cuma syok, Bun." Beneran deh, aku syok liat gaun itu, ditambah lagi liat wajah Rey yang cengengesan pas aku bentangin gaun itu."Iya, Bun, tadi Key cuma kaget aja tiba-tiba ngasih hadiah seperti itu. Padahal tadi malem Key sempet dibeliin itu sama aku."Ka^pre
Hari ini aku berangkat ke kampus sendirian, karena Rey nggak nganterin aku. Dia ngambek karena tadi malem aku nggak ngasih haknya sebagai suami.Aku tau menolak suami itu dosa, tapi mau gimana lagi, aku takut untuk melakukan itu, apalagi selama ini kalau aku pacaran lurus-lurus aja nggak pernah aneh-aneh, nggak tau kalau Rey. Bisa aja kan dia udah berpengalaman, terlebih para mantan kekasih Rey aku lihat bukan cewek polos-polos, nggak menutup kemungkinan Rey pernah melakukan yang iya-iya. Buktinya Rey sangat mahir ketika menciumku.Sudahlah, ngapain mikirin manusia bunglon, mending mikirin gimana caranya aku bisa terus mendapatkan fans, dan pamorku sebagai cewek pemes di kampus nggak turun."Hai, Key," sapa Rendi, salah satu fans beratku. Dia ini cowok terganteng di antara barisan para penggemarku."Oh? Hai juga, Ren, tumben sendirian, mana geng lo?" Rendi emang sering barengan sama geng-nya yang cukup berpengaruh di kampus ini. Ge