"Untuk apa kau ke sini?"Cathleen langsung menghadang Aileen ketika melihatnya memasuki ruangan keluarga."Di mana ayah? Aku ingin bertemu dengannya.""Dia tidak ada. Pergi! Kau tidak diterima lagi di sini."Cathleen mendorong Aileen dengan kuat hingga membentur tembok pemisah yang berada di belakangnya."Cathleen, aku tidak ada urusan denganmu. Aku hanya ingin bicara dengan ayah sebentar.""Kau hanya anak haram, tidak pantas menyebut ayahku sebagai ayahmu.""Terserah kau mau bilang apa."Karena tidak mau berdebat dengan kakak tirinya, Aileen memilih untum segera berlalu dari sana dan berjalan menuju ruangan kerja ayahnya. Di depan ada mobil ayahnya, berarti Cathleen berbohong. Aileen yakin kalau ayahnya ada di rumah. "Dasar tidak tahu diri." Cathleen segera menyusul Aileen dan mencekal tangannya. Namun, segera ditepis oleh Aileen. Tindakan Aileen itu, semakin menyulut emosinya, dia pun kembali mengejar Aileen dan langsung menarik rambut panjang Aileen hingga langkahnya terhenti."Ca
"Mana baju untukku?" tanya Christian Li pada Daniel saat temannya itu memasuki ruangannya."Ini." Daniel menyerahkan paper bag hitam dengan merk terkenal pada Christian. "Aku tidak tahu apakah cocok di tubuhmu."Christian mengambil paper bag itu, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sudut ruangan, kemudian melepaskan kaos putih yang melekat di tubuhnya."Kakak Li, apa luka di punggungmu, kakak ipar juga yang membuatnya?" tanya Daniel dengan iris melebar saat melihat bekas cakaran kuku yang sudah mulai mengering di bawah pundaknya.Christian menoleh sedikit ke belakang, kemudian menjawab pertanyaan Daniel seraya memakai kemeja hitam yang baru saja dia buka kancingnya. "Apa kau pikir, tubuhku boleh disentuh orang, selain dia?"Benar juga. Christian tidak pernah memperbolehkan sembarangan orang menyentuhnya. Setelah mengancingkan bajunya, Christian berbalik ke arah Daniel. "Dia tidak tahu soal ini. Jangan katakan apa pun padanya."Christian memang sengaja menyembuyikan luka di
"Bagaimana kabarmu? Apa Christian dan keluarganya memperlakukanmu dengan baik?" tanya Tuan Jonas setelah keduanya berada di sebuah restoran yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Terpaksa dia membawa Aileen ke sana untuk berbicancang, karena tidak ingin terganggu dengan kehadiran istri dan juga anak pertamanya."Aku datang menemuimu bukan untuk berbasa-basi. Aku datang ke sini untuk menanyakan sesuatu."Melihat raut wajah dingin anaknya, hati Tuan Jonas serasa tercubit. Sorot matanya meredup diiringi dengan helaan napas panjang. Sejujurnya, dia merasa sedih melihat sikap dingin Aileen, tapi dia bisa memaklumi sikap anaknya itu, karena sebenarnya putrinya itu bersikap seperti itu juga karena dirinya. Selama ini, dia tidak pernah memberikan kasih sayang yang semestinya pada Aileen dan tidak pernah bisa memperlakukannya dengan baik, karena istrinya selama marah jika dia memberikan perhatian lebih pada putri keduanya itu. Bukannya, tidak berani dengan istrinya. Namun, dia memilih menga
"Daniel, apa kau pernah melihatku melepaskan orang yang sudah berani mengusik dan menggangguku?""Iya. Aku tahu, tapi mereka berdua bisa membunuhnya jika terus memukulnya."Kondisi pria itu saja sudah babak belur saat ini. Darah sudah terlihat keluar dari mulutnya. Deretan giginya sudah dipenuho cairan merah dan setengah wajahnya sudah bengkak. Bahkan, untuk berdiri saja sepertinya dia sudah tidak bisa. "Kau lupa? Dia hampir membunuhku dan Aileen waktu itu."Daniel tidak lupa. Jelas dia masih ingat. Hanya saja, dia tahu bagaimana karakter Chrisrian Li. Dia tidak memiliki belas kasihan terhadap orang yang sudah bermasalah dengannya. Apalagi, orang yang berniat menyakitinya."Jika saja saat itu, Aileen tidak membanting stir dengan cepat, aku yakin kami tidak akan selamat."Dan, kalaupun selamat, kemungkinan dia akan mengalami koma dan kelumpuhan seperti dua tahun lalu. Sebenarnya, Christian cukup terkejut mereka bisa selamat, mengingat sejauh mana mobilnya terseret dan betapa kerasnya
"Aileen, sedang apa kau di sini?" Daniel langsung menghampiri Aileen ketika melihatnya berjalan ke arahnya. Dia baru saja keluar dari ruangan yang lokasinya berada di sebelah kiri lorong rumah sakit yang tidak jauh dari lift ketika melihat Aileen sedang mengedarkan pandangannya ke sepanjang lorong rumah sakit yang berada di lantai 10."Aku sedang ..." Aileen kembali menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok pria yang tadi sedang dia ikuti. Tiba-tiba saja dia kehilangan jejak pria itu ketika dia berbelok di lorong yang tidak jauh dari lift. "Kau sedang mencari siapa?" tanya Daniel karena Aileen tidak kunjung menyelesaikan ucapannya.Setelah memastikan jika sosok pria itu sudah menghilang, Aileen menarik pandangannya dan kembali beralih pada Daniel. "Tidak mencari siapa-siapa," jawab Aileen sembari menggeleng. "Oh, ya. Apa kau melihat Christian? Dia tidak ada kamar inapnya."Wajah Daniel berubah sedikit menegang. Namun, dengan cepat dia menarik senyuman di bibirnya agar Aileen
Ketika Aileen akan membuka paper bag itu untuk melihat isi di dalamnya, tiba-tiba saja tangan kirinya ditarik oleh Christian, kemudian memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu."Aileen tampak mengerjap dengan bola mata membesar. Tampaknya, dia terkejut dengan tindakan Christian Li yang tidak terduga. Aileen sampai tidak menyadari kalau paper bag hitam itu sudah terlepas dari tangannya."Christian, kena ..." Ketika Aileen ingin melepaskan diri dari Christian, pria itu justru semakin memperketat rengkuhannya. Tanpa sepengetahuan Aileen, tangan kanan Christian memencet tombol untuk memanggil perawat. "Biarkan seperti ini dulu. Aku ingin memelukmu sebentar lagi."Wajah Aileen merona. Dia tidak lagi berusaha untuk menjauhkan diri dari Christian dan tampak hanya diam sebagai tanda persetujuan darinya. Tidak lama berselang, seorang perawat masuk dan ketika melihat kedua pasangan suami istrinya sedang berpelukan, dia hendak pergi. Namun, Christian segera memberikan kode agar perawat itu me
"Siapa yang menelponmu malam-malam begini?" tanya Christian setelah Aileen masuk ke ruangannya dengan kepala tertunduk."Teman kerja."Aileen meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu memotong apel untuk Christian. Setelah selesai, dia menyodorkan potongan apel itu pada Christian Li dengan senyuman lebarnya, membuat pria itu mengernyit."Buka mulutmu, biar aku suapi.""Aku bisa makan sendiri." Ketika Christian akan meraih potongan apel yang ditusuk menggunakan garpu itu, Aileen langsung menghindar, hingga tangan Christian gagal menggambilnya."Biar aku saja yang suapi. Kau duduk manis saja."Tanpa Aileen sadari, ada kerutan halus di dahi Christian saat sedang menatap ke arahnya. "Cepat buku mulutmu," desak Aileen, karena sejak tadi Christian masih diam dengan mulut terkatup.Setelah potongan apel habis, Aileen memotong pir, lalu kembali menyodorkan potongan pir itu pada Christian. "Biar aku suapi lagi."Christian tidak berkomentar dan hanya membuka mulutnya dan memakan pir itu dengan
"Tunggu dulu." Christian menahan siku Aileen ketika dia akan melangkah pergi setelah berpamitan pada Christian. "Kenapa terburu-buru sekali? Kau bilang ingin pergi pukul 8 malam. Ini masih pukul 7 malam."Malam ini, Aileeh berencana pergi ke bandara untuk menemui Tiffany Su. Kemarin malam, Christian sudah memberikan izin padanya. Syarat yang dia ajukan adalah kedepannya dia tidak boleh mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan Jackson lagi dan Aileen menyanggupi hal itu. "Iya, aku harus tiba di sana lebih awal agar tidak di dahului yang lain." Dia yakin akan ada banyak reporter di bandara yang akan datang untuk meliput kedatangan Tiffany Su. Itu sebabnya, dia ingin mendapatkan tempat yang strategis agar bisa berbicara dari jarak dekat dengan Tiffany. Malam ini dia akan melakukan penyamaran. Jika dia datang dengan atribut medianya, dia yakin Tiffany akan langsung menolaknya."Christian, aku harus mendapatkan wawancara eksklusif dengannya, jadi aku harus mempersiapkan segala hal deng