Home / Romansa / Terpaksa Menjadi Milikmu / Bab 3 Si Brengsek

Share

Bab 3 Si Brengsek

Author: Ainila
last update Last Updated: 2022-04-26 17:00:33

"Beraninya kau mengabaikan perintahku. Kau pikir kau siapa?" Husam mencengkeram erat lengan gadis di depannya. Gadis itu meringis menahan sakit. Ia bertanya-tanya apakah pria itu mabuk lagi?

"Singkirkan tanganmu sekarang!" Ia berteriak. Pria itu tampak menahan tawa sesaat, namun segera tergantikan oleh kemarahan dan cengkramannya semakin erat.

"Kau pikir siapa kau hingga aku harus menuruti kata-katamu?!" bentaknya.

"Yah, aku tahu kamu pengecut dan kamu baru saja membuktikan bahwa aku benar." Sadia tersenyum sinis meskipun sebenarnya ia ingin menangis. Pria itu melepaskan cengkramannya dengan kasar lalu dengan paksa mengambil tas jinjing milik Sadia.

"Hei! Kembalikan tasku!" hardik Sadia sembari mengulurkan tangannya mencoba merebut tas itu kembali. Namun tiba-tiba dua orang pria datang dan dengan sigap menahannya. Ia memberontak, namun mereka begitu kuat.

Husam membuka resleting tas milik Sadia dan membalikkannya di atas meja, membuat semua barang milik Sadia berceceran hingga jatuh ke lantai. Namun pria itu tak peduli, dengan cepat ia mengambil ponsel milik Sadia dan mulai mengoperasikannya.

"Apa yang kau lakukan? Kembalikan ponselku." Saya berjuang tetapi gagal total.

"Ah, ponsel murahan. Tenang saja, aku tidak tertarik untuk memilikinya." Pria itu terkekeh dengan angkuh

"Di mana keluargaku?" Pikiran Sadia tiba-tiba mengingatkannya pada tujuan awal ia kesini, untuk menyelamatkan keluarganya. Namun, pria itu bertingkah seolah tak mendengar perkataannya, ia justru sibuk mengotak-atik ponsel milik Sadia, membuatnya semakin kesal.

"Ada apa denganmu? Apa kau tuli?" celoteh Sadia dengan kekesalan yang semakin berkecamuk. Mata Husam langsung menghunjam pada mata Sadia, dengan tatapan mautnya.

Husam beranjak maju mengikis jarak di antara mereka. Ia mencengkeram rahang gadis di depannya, membuatnya meringis kesakitan. "Ingat! Jangan pernah. Kuulangi, jangan pernah berbicara kepadaku seperti itu. Karena itu sama saja kau mencoba mencari gara-gara denganku."

Air mata Sadia mulai keluar dari pelupuk matanya, namun ia mengedipkan matanya beberapa kali agar air mata itu tidak jatuh di pipinya. Ia merasa seperti seorang tahanan yang telah melakukan kesalahan begitu besar di mata pria itu.

Sesaat kemudian, Husam mengembalikan ponsel itu pada Sadia. "Aku sudah membuka blokir ke nomorku. Sekarang tolong berhenti menjadi perempuan udik dan dengarkan aku baik-baik, karena aku tak akan mengulangi ..."

Pria itu berbicara dengan tenang, namun mampu membakar emosi Sadia. "Aku bisa saja memblokir nomormu lagi. Kau pikir aku tidak berani?"

"Kau tidak akan berani, jika keluargamu dipertaruhkan," pria itu menyeringai, membuat Sadia semakin cemas. Ia tak ingin pria itu melakukan sesuatu pada keluarganya. Jika ha itu menyangkutdirinya sendiri, ia bisa saja melawan pria itu dengan berani. Namun, ketika itu sudah menyangkut keluarganya, Sadia bisa menyerahkan segalanya.

"Apa yang kau lakukan pada mereka?" Sadia berteriak.

"Ssst! Sekarang, kau harus membantuku dan aku akan melepaskan keluargamu dengan selamat," ucap pria itu.

"Membantu apa?" tanya Sadia sambil mengernyitkan dahinya.

"Kau harus menikah denganku."

Mata Sadia membulat, ia tak menyangka pria itu akan mengatakan hal itu.

"Jangan besar kepala dulu, nona. Pernikahan ini hanya akan berlaku selama enam bulan."

"Lelucon yang bagus!" ucap Sadia sambil tertawa mendengar perkataan pria itu, ia tak percaya dengan pembicaraan bodohnya yang tak masuk akal.

"Ini bukan lelucon. Aku akan menikahimu, tak peduli kau suka atau tidak. Aku hanya membuat segalanya lebih mudah untukmu sekarang. Aku juga ingin memberimu sebagian keuntungan dari perusahaanku setelah menikah. Lihat, betapa baik hatinya aku." Pria itu tersenyum.

"Pernikahan bukanlah lelucon! Dan, jika kau begitu tertarik untuk menikahi seseorang, kenapa harus aku? Bukankah kau sangat membenciku?"

Pria itu mengangguk. "Anggap saja aku terpaksa."

Ia kemudian mengangkat tangan dan segera seorang pria memberinya sebuah berkas yang berisi beberapa dokumen.

"Sekarang, baca dan tandatangani," ucapnya sembari menyodorkan berkas itu pada Sadia. Sadia terbelalak.

"Aku bukan budakmu yang akan menuruti semua kemauanmu, dan aku tidak akan menikahimu." ucap Sadia dengan tegas.

Tiba-tiba ponsel Sadia berdering, menadakan ada sebuah panggilan masuk. Terpampang jelas di layarnya 'Bibi Alya'. Sadia mengernyitkan dahi sesaat, lalu dengan cepat ia menerima panggilan telepon itu.

"Di mana kau Sadia? Aku sudah menelponmu berkali-kali, tidak diangkat juga. Kau sudah–" Belum sempat ia melanjutkan perkataannya, Sadia sudah memotongnya.

"Bibi baik-baik saja?" tanyanya dengan khawatir.

"Ya, sempurna. Sudah, aku tak punya waktu untuk berbasa-basi. Aku meneleponmu untuk memberitahumu kalau aku tidak di rumah. Ibu Husam mengundang kami untuk makan malam. Kau juga harus datang ke sini, dan–" Husam tiba-tiba menyambar ponsel itu dari tangan Sadia, membuat gadis itu kembali membelalakan matanya.

"Beraninya kau!" teriak Sadia. "Kau menipuku, dasar brengsek!" umpatnya.

"Aku tidak melakukannya, bukan berarti aku tidak bisa melakukannya. Sekarang berhentilah membuang waktuku dan tandatangani surat-surat sialan itu. Aku akan membayarmu dan kita akan menyelesaikannya," ucap Husam sembari menyodorkan kertas itu pada gadis di depannya.

"Tidak akan!" jawab Sadia sambil melempar berkas-berkas itu padanya.

Pria itu mengepalkan tinjunya seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. Sadia mulai beranjak pergi. Pria itu tidak menghentikannya, namun ketika Sadia sudah selangkah lagi menuju pintu, ia mendengar pria itu kembali bersuara.

"Kalau kau melangkah keluar, kesepakatan selesai. Dan aku harus melakukannya dengan caraku sendiri."

Sadia menghela napas panjang sebelum melanjutkan langkahnya dan ia benar-benar pergi. Ia berjalan pulang melalui malam yang dingin menusuk tulang, semua karena si brengsek bernama Husam itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 43 Sebuah Tamparan

    Flashback On"Yang itu! Akan kucoba." Husam meneguk cairan cokelat keemasan itu dan merasakan sensasi terbakar di tenggorokannya.“Kak, ayo pulang. Kita sudah mencoba selama beberapa jam. Ini hanya membuktikan bahwa kau sudah tua sekarang," ucap Ken. Husam menatap tajam ke arah Ken yang membuang muka dengan seringai dan meminum vodkanya sekaligus dalam satu tegukan. "Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak percaya kita melakukan ini. Kita bahkan tidak terlihat seperti Mafia." Ken mengeluh, di saat Husam mengamati kerumunan untuk mencari gadis yang cocok."Diam saja dan biarkan aku berpikir," ucap Husam geram. "Beri aku satu kesempatan lagi," pintanya.Ken berbicara kepada bar tender lalu kemudian kembali pada Ken. "Kau tahu, ini ide bodoh! Betapa tidak masuk akalnya kau? Ayo lompat ke rencana B." "Dia akan mulai membenciku. Itu saja yang aku inginkan. Aku tidak ingin dia ..." Husam menggantung kata-katanya ketika seorang gadis pirang datang menyapanya."Halo tampan. Keberatan jika a

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 42 Bersama Wanita Lain

    Sadia berdiam diri di kamar hingga berjam-jam, memikirkan bagaimana cara untuk menghadapi Husam, terutama untuk memikatnya. Sikap Husam akhir-akhir ini benar-benar mengacaukan pikiran Sadia. Ia bersikap seolah ingin Sadia menjauhinya, namun matanya memohonnya untuk tetap bersamanya.Sadia tak mengerti mana yang benar. Namun yang ia tahu, Husam tak pernah lagi selingkuh, ia tak pernah lagi tidur bersama wanita lain. Dan itu sudah cukup sebagai bukti bagi Sadia bahwa Husam mencintainya.Setelah Sadia selesai melaksanakan shalat Isya, ia kembali menunggu Husam. Sadia merasa ia harus melakukan sesuatu untuk membuatnya menyatakan cintanya padanya, atau setidaknya menunjukkan padanya bahwa ia tertarik padanya. Sadia memikirkan cara untuk memikatnya dan muncullah sebuah ide konyol. Ia memutuskan untuk merayu Husam.Tak ada salahnya, bukan? Seorang istri boleh merayu suaminya, bukan? Sadia menarik napas dalam-dalam sambil menatap bayangannya sendiri di cermin. Sadia tidak tahu bagaimana cara

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 41 Merasa Hancur

    FLASHBACK ON“Ada apa Bu?” tanya Husam begitu memasuki kamar tamu.Husam melihat ibunya berdiri menatap keluar jendela. Wanita itu dengan cepat membalikkan badannya begitu menyadari kehadiran Husam. Terlihat bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya."Husam, aku ingin kau tahu sesuatu," ucapnya. Suaranya terdengar gelisah, ia tampak gugup. Husam mengernyitkan dahinya.Risa beranjak duduk di tempat tidur. Husam mendekatinya, lalu berlutut di depannya. Tak peduli apapun yang telah wanita itu lakukan, bagi Husam ia tetap ibunya dan ia masih mencintainya."Ada apa? Apakah semuanya baik-baik saja, Bu? Apa ada yang menyakitimu?" tanya Husam.Risa terlihat kaget saat mendengar Husam kembali memanggilnya dengan sebutan 'ibu'. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali Husam memanggilnya ibu.Husam sadar, biar bagaimanapun, ia harus tetap memperbaiki hubungannya dengan ibunya. Ia ingin semuanya kembali seperti semula. Dengan begitu, Sadia akan ikut senang melihat suaminya kembali dekat dengan

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 40 Ketika Husam tak Melihat Sadia

    "Perlakukan dia dan ambilkan aku semua foto dari pesta itu. Aku ingin pengkhianat sialan itu di bawah kakiku,"Ancam Husam sambil menangkup wajah Zauq yang hampir tidak sadarkan diri dengan kedua tangannya. Ia menekan jari-jemarinya dengan kuat agar pria itu tetap sadar. “Dan sebaiknya kau jangan berbohong atau aku akan membunuh keluargamu dulu, dan selanjutnya kau. Aku akan menyiksa mereka tepat di depan matamu sampai kau tidak bisa lagi menerimanya dan memohon padaku untuk mempercepat kematianmu," ucap Husam sambil mendorong wajah kasar tawanannya itu sebelum akhirnya ia melangkah pergi menjauh dari sel.Husam ingin semua anak buahnya mengerti betapa kejamnya dirinya yang sebenarnya. Mereka harus melihat betapa berbahayanya dirinya terhadap orang-orang yang mengkhianatinya. Ia ingin hal ini akan menjadi pelajaran untuk mereka semua. Ia menyebut dirinya sebagai monster dan ia bangga dengan sebutan itu. Ia tak akan pernah membiarkan satu orang pun menghalangi apa yang ingin ia lakukan.

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 39 Siapa Penghianat Itu Sebenarnya?

    "Kak Husam .. Kami mendapat masalah. Kau harus segera datang ke markas ruang bawah tanah." Terdengar suara Dian, salah satu sahabat Husam melalui sambungan telepon yang ia genggam di telinganya."Oke, aku akan ke sana," jawabku Husam.Dian adalah komandan kedua Husam. Mendengar nada suaranya yang begitu panik, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sangat buruk. Husam menjadi ikut panik. Udara di sekitarnya terasa menjadi panas.Matanya kembali menatap sosok cantik yang tertidur lelap di tempat tidurnya. Bulu matanya yang lentik terlihat begitu indah tersemat di bawah kelopak matanya. Dadanya turun naik seiring nafasnya yang ringan. Selimut putih menutupi separuh tubuhnya, menyembunyikan lekuk tubuhnya.Ia merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Ia ingin segera merengkuh wanita itu dalam pelukannya lalu tidur bersamanya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan hendak mengecup lembut dahinya, namun ia tak bisa merasakan kulit lembutnya karena yang ada di depannya kali ini hanyalah sebuah la

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 38 Tak Mau Mengakuinya

    "Jangan berani menyentuh barang-barangku lagi!" ucap Husam ketus, mengabaikan pertanyaan terakhir Sadia.Pria itu berjalan ke samping lemari untuk mencari sesuatu, membuat Sadia menjadi kesal. Ia bergegas berjalan menghampirinya lalu membalikkan bahunya sehingga ia bisa menghadapnya."Jangan ganti topik. Aku ingin jawaban. Aku telah menanyakan sesuatu dan kau harus menjawabnya!" ucap Sadia setengah berteriak, mencoba membuat Husam takut. Namun, pria itu justru bersikap seolah sama sekali tak mendengarnya."Jangan terlalu percaya diri. Aku punya kamera di seluruh ruangan di rumah itu. Bukan hanya di kamarmu! Aku mencoba mencari pengkhianat itu, dan dia bisa jadi siapapun yang tinggal di rumah itu," ujar Husam. Suaranya mengandung kebencian. Rasa sakit terpancar dari mata Sadia, ia mengedipkan matanya dengan cepat agar air matanya tak jadi tumpah."Aku sama sekali tak ingin memperhatikanmu!" Husam membuang muka, mengabaikan air mata di mata Sadia."Aku sudah memberitahumu. Aku hanya be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status