Home / Romansa / Terpaksa Menjadi Milikmu / Bab 2 Sadia dan Husam

Share

Bab 2 Sadia dan Husam

Author: Ainila
last update Last Updated: 2022-04-26 16:59:54

Sadia melangkahkan kakinya menyusuri koridor SMA Melati, sebuah sekolah dimana ia bekerja sebagai guru honorer. Ia membutuhkan uang untuk biaya pendidikan Naya dan dirinya. Meskipun ia tak menghasilkan banyak, setidaknya itu bisa mencukupi kebutuhan dasar mereka.

Kejadian kemarin terus berputar di kepala Sadia. Ia bimbang untuk memutuskan apakah ia harus pergi atau tidak. Jawaban yang terlintas di benaknya jutaan kali sudah pasti adalah 'tidak', bukan karena ia takut atau apa. Ia sama sekali tidak takut padanya. Hanya saja, ia tak suka dengan cara pria itu mengancamnya atau memaksanya melakukan sesuatu. Selain itu, ia seharusnya tak peduli dengannya setelah apa yang terjadi kemarin membuatnya benar-benar yakin untuk tidak menikahi pria itu.

Sadia menghela napas sembari mempercepat langkah kakinya ke kantor staf. Baru saja ia hampir sampai, namun ia mendengar seseorang berteriak memanggil namanya.

"Sadiaaa.."

Sadia membalikkan tubuhnya dan melihat Ahsan terengah-engah.

"Apakah kau habis lari maraton?" Ia bertanya padanya dengan sinis.

"Tidak, tidak, aku mencarimu dari tadi. Sekarang, ceritakan tentang kemarin. Apa yang terjadi?" tanya Ahsan. Sadia tak habis pikir, bagaimana ia bisa begitu bersemangat ingin tahu tentang hal itu?

Ahsan begitu dekat dengan Sadia. Usianya terpaut satu bulan lebih tua darinya, ia adalah saudaranya sekaligus satu-satunya teman yang ia punya. Mereka sudah bersama sejak kecil. Sejak kedua orang tua Sadia meninggal, hingga akhirnya ia dan adiknya dirawat oleh bibinya, adik dari ayahnya yang juga ibu dari Ahsan.

"Akan kuberitahu nanti, aku harus pulang sekarang. Aku lelah." Sadia beranjak memasuki kantor, Ahsan mengekor di belakangnya. Ia juga berkerja di sini, karena bantuan Ahsanlah Sadia mendapatkan pekerjaan di sini. Sayangnya, Ahsan tak lagi tinggal di rumah orang tuanya, ia lebih memilih menyibukkan diri mengurus bisnisnya.

"Kalau begitu ayo! Aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah jam empat lewat tiga puluh menit."

Sadia terjingkat, ia baru tersadar sekarang sudah lewat jam empat sore. Husam pasti sudah menunggunya dari tadi. Tapi itu bagus, pria itu harus belajar menunggu, ia harus belajar bersabar. Dan ia harus menerima bahwa Sadia sama sekali tak punya keinginan untuk datang menemuinya.

Dalam perjalanan pulang, Sadia menceritakan semua kejadian kemarin. Ahsan memperingatkannya untuk memblokir nomor Husam. Sadia sudah merasa senang bisa mengabaikan pria itu, ia tidak pergi dan Husam tidak bisa berbuat apa-apa padanya. Senyum puas tergambar di wajah Sadia ketika memikirkan kekesalan Husam.

Ahsan menurunkan Sadia beberapa meter dari rumahnya karena ia tak ingin bibinya melihat ia selalu merepotkan Ahsan. Saat itu juga, Sadia sudah tak sabar ingin memblokir nomor itu. Ia menggeledah tasnya mencari ponselnya. Sesaat kemudian, matanya melebar kaget ketika melihat sesuatu yang tak biasa terpampang di layar ponselnya.

30 panggilan tak terjawab dan 8 pesan.

24 panggilan tak terjawab dari Husam sementara 6 dari bibinya. Dan semua pesan itu dari orang yang sama, Husam.

Dengan tangan gemetar, Sadia mulai membuka pesan itu satu per satu.

[ Kau ada di mana? Jangan menguji kesabaranku! ]

[ Kau yang datang, atau aku yang harus datang ke rumahmu? ]

[ Ke mana saja kau? Angkat teleponku! ]

[Aku bersumpah aku akan membuatmu menyesali setiap menit yang kau sia-siakan agar menunggu. ]

[ Siapa pria yang bersamamu itu? ]

[ Balas sekarang! ]

[ Jangan membuatku emosi! ]

[ Baiklah, tunggu aku datang! ]

Ponselnya dalam mode senyap, itu sebabnya Sadia tak dapat mendengar panggilan siapa pun. Seketika ia merasa ada sesuatu yang salah dengannya, tubuhnya terasa limbung. Ia gemetar. Sadia menerka-nerka apakah pria itu mengikutinya sejak tadi. Pria itu benar-benar gila.

Sadia menelan ludah dengan gugup sembari melihat sekeliling untuk mencari aktivitas yang mencurigakan, tapi ia tidak menemukannya. Seluruh jalanan terlihat sepi. Dengan segera, ia memblokir nomor pria itu, dan bergegas ke rumahnya sesegera mungkin.

Ia menghela napas lega ketika pintu rumahnya terlihat dari kejauhan. Namun ada sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah mobil mewah terparkir tepat di halaman rumahnya. Ia meraih pintu rumahnya yang sudah dibiarkan terbuka. Ia memasukinya dan mendapati seorang pria muda dalam tuksedo duduk di sofa usang di ruangan itu. Mata pria itu bertemu dengan milik Sadia, dan ia berdiri.

"Permisi nona, Pak Husam sudah menunggu Anda di Kafe El Mounte dan saya sarankan Anda untuk segera datang."

Dengan mata bingung, Sadia memperhatikannya, tidak dapat memahami kata-katanya.

"Maaf aku tidak akan pergi. Katakan saja pada bosmu bahwa aku tidak akan... Tidak akan menikah dengannya. Dia tidak perlu.. khawatir." Dengan suara yang hampir tergagap, Sadia memohon.

"Tapi Nona, dia menyuruh saya untuk membawa Anda dengan cara apa pun. Dia sedang tidak dalam mood yang baik jadi saya sarankan Anda untuk tidak menunda-nunda," pria itu menjelaskan.

"Aku bilang aku tidak akan pergi!" Hampir saja Sadia berteriak padanya. Butir-butir keringat bercucuran di dahinya.

"Keluarga anda telah dibawa pergi dan jika Anda ingin keselamatan mereka, Anda harus ikut dengan saya."

Mata Sadia membuat, ia melihat sekeliling tetapi tidak menemukan siapa pun di rumahnya.

"Beraninya kau!? Di mana mereka? Aku bersumpah aku tidak akan melepaskan kalian jika terjadi sesuatu pada keluargaku," ucap Sadia dengan gugup. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah pria itu seorang gangster?

"Tolong, nona. Jika Anda ingin keselamatan mereka maka Anda harus datang." Ia terus mengulangi kalimat yang sama lagi dan lagi.

Sadia mencoba mengesampingkan semua egonya, ia memutuskan untuk pergi dengannya dan menemui Husam. Kafe El Mounte tak begitu jauh. Sepanjang perjalanan, ia terus berdoa agar keluarganya diberi keselamatan.

Setelah sepuluh menit, mereka sampai di kafe itu. Pria itu mengantarkan Sadia masuk. Seisi tempat itu penuh sesak. Ia berharap semoga Husam tak membuat keributan dengannya di depan semua orang. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, namun tak tahu di mana keberadaan pria itu. Bahkan, pria yang tadi membawanya ke sini pun sudah pergi. Ia bertanya-tanya apa yang mereka lakukan. Jantungnya mulai berdetak tak karuan, hingga orang-orang di dekatnya bisa saja mendengar degupnya. Ia menekan pelipisnya yang berdenyut untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Keluar semuanya!"

Sebuah suara keras mengejutkan Sadia, ia membalikkan tubuhnya dan hampir tersandung. Suara itu adalah milik Husam yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan maut. Sadia memalingkan wajahnya, kepanikan begitu jelas terlihat melanda dirinya meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya.

Orang-orang di kafe itu memperhatikannya sejenak sebelum akhirnya mereka berhamburan keluar. Sadia terus bertanya-tanya kenapa mereka semua takut padanya?

Dalam satu menit, tempat seramai itu berubah menjadi tepat yang sunyi senyap. Yang terisa hanya Sadia dan Husam di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 43 Sebuah Tamparan

    Flashback On"Yang itu! Akan kucoba." Husam meneguk cairan cokelat keemasan itu dan merasakan sensasi terbakar di tenggorokannya.“Kak, ayo pulang. Kita sudah mencoba selama beberapa jam. Ini hanya membuktikan bahwa kau sudah tua sekarang," ucap Ken. Husam menatap tajam ke arah Ken yang membuang muka dengan seringai dan meminum vodkanya sekaligus dalam satu tegukan. "Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak percaya kita melakukan ini. Kita bahkan tidak terlihat seperti Mafia." Ken mengeluh, di saat Husam mengamati kerumunan untuk mencari gadis yang cocok."Diam saja dan biarkan aku berpikir," ucap Husam geram. "Beri aku satu kesempatan lagi," pintanya.Ken berbicara kepada bar tender lalu kemudian kembali pada Ken. "Kau tahu, ini ide bodoh! Betapa tidak masuk akalnya kau? Ayo lompat ke rencana B." "Dia akan mulai membenciku. Itu saja yang aku inginkan. Aku tidak ingin dia ..." Husam menggantung kata-katanya ketika seorang gadis pirang datang menyapanya."Halo tampan. Keberatan jika a

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 42 Bersama Wanita Lain

    Sadia berdiam diri di kamar hingga berjam-jam, memikirkan bagaimana cara untuk menghadapi Husam, terutama untuk memikatnya. Sikap Husam akhir-akhir ini benar-benar mengacaukan pikiran Sadia. Ia bersikap seolah ingin Sadia menjauhinya, namun matanya memohonnya untuk tetap bersamanya.Sadia tak mengerti mana yang benar. Namun yang ia tahu, Husam tak pernah lagi selingkuh, ia tak pernah lagi tidur bersama wanita lain. Dan itu sudah cukup sebagai bukti bagi Sadia bahwa Husam mencintainya.Setelah Sadia selesai melaksanakan shalat Isya, ia kembali menunggu Husam. Sadia merasa ia harus melakukan sesuatu untuk membuatnya menyatakan cintanya padanya, atau setidaknya menunjukkan padanya bahwa ia tertarik padanya. Sadia memikirkan cara untuk memikatnya dan muncullah sebuah ide konyol. Ia memutuskan untuk merayu Husam.Tak ada salahnya, bukan? Seorang istri boleh merayu suaminya, bukan? Sadia menarik napas dalam-dalam sambil menatap bayangannya sendiri di cermin. Sadia tidak tahu bagaimana cara

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 41 Merasa Hancur

    FLASHBACK ON“Ada apa Bu?” tanya Husam begitu memasuki kamar tamu.Husam melihat ibunya berdiri menatap keluar jendela. Wanita itu dengan cepat membalikkan badannya begitu menyadari kehadiran Husam. Terlihat bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya."Husam, aku ingin kau tahu sesuatu," ucapnya. Suaranya terdengar gelisah, ia tampak gugup. Husam mengernyitkan dahinya.Risa beranjak duduk di tempat tidur. Husam mendekatinya, lalu berlutut di depannya. Tak peduli apapun yang telah wanita itu lakukan, bagi Husam ia tetap ibunya dan ia masih mencintainya."Ada apa? Apakah semuanya baik-baik saja, Bu? Apa ada yang menyakitimu?" tanya Husam.Risa terlihat kaget saat mendengar Husam kembali memanggilnya dengan sebutan 'ibu'. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali Husam memanggilnya ibu.Husam sadar, biar bagaimanapun, ia harus tetap memperbaiki hubungannya dengan ibunya. Ia ingin semuanya kembali seperti semula. Dengan begitu, Sadia akan ikut senang melihat suaminya kembali dekat dengan

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 40 Ketika Husam tak Melihat Sadia

    "Perlakukan dia dan ambilkan aku semua foto dari pesta itu. Aku ingin pengkhianat sialan itu di bawah kakiku,"Ancam Husam sambil menangkup wajah Zauq yang hampir tidak sadarkan diri dengan kedua tangannya. Ia menekan jari-jemarinya dengan kuat agar pria itu tetap sadar. “Dan sebaiknya kau jangan berbohong atau aku akan membunuh keluargamu dulu, dan selanjutnya kau. Aku akan menyiksa mereka tepat di depan matamu sampai kau tidak bisa lagi menerimanya dan memohon padaku untuk mempercepat kematianmu," ucap Husam sambil mendorong wajah kasar tawanannya itu sebelum akhirnya ia melangkah pergi menjauh dari sel.Husam ingin semua anak buahnya mengerti betapa kejamnya dirinya yang sebenarnya. Mereka harus melihat betapa berbahayanya dirinya terhadap orang-orang yang mengkhianatinya. Ia ingin hal ini akan menjadi pelajaran untuk mereka semua. Ia menyebut dirinya sebagai monster dan ia bangga dengan sebutan itu. Ia tak akan pernah membiarkan satu orang pun menghalangi apa yang ingin ia lakukan.

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 39 Siapa Penghianat Itu Sebenarnya?

    "Kak Husam .. Kami mendapat masalah. Kau harus segera datang ke markas ruang bawah tanah." Terdengar suara Dian, salah satu sahabat Husam melalui sambungan telepon yang ia genggam di telinganya."Oke, aku akan ke sana," jawabku Husam.Dian adalah komandan kedua Husam. Mendengar nada suaranya yang begitu panik, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sangat buruk. Husam menjadi ikut panik. Udara di sekitarnya terasa menjadi panas.Matanya kembali menatap sosok cantik yang tertidur lelap di tempat tidurnya. Bulu matanya yang lentik terlihat begitu indah tersemat di bawah kelopak matanya. Dadanya turun naik seiring nafasnya yang ringan. Selimut putih menutupi separuh tubuhnya, menyembunyikan lekuk tubuhnya.Ia merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Ia ingin segera merengkuh wanita itu dalam pelukannya lalu tidur bersamanya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan hendak mengecup lembut dahinya, namun ia tak bisa merasakan kulit lembutnya karena yang ada di depannya kali ini hanyalah sebuah la

  • Terpaksa Menjadi Milikmu   Bab 38 Tak Mau Mengakuinya

    "Jangan berani menyentuh barang-barangku lagi!" ucap Husam ketus, mengabaikan pertanyaan terakhir Sadia.Pria itu berjalan ke samping lemari untuk mencari sesuatu, membuat Sadia menjadi kesal. Ia bergegas berjalan menghampirinya lalu membalikkan bahunya sehingga ia bisa menghadapnya."Jangan ganti topik. Aku ingin jawaban. Aku telah menanyakan sesuatu dan kau harus menjawabnya!" ucap Sadia setengah berteriak, mencoba membuat Husam takut. Namun, pria itu justru bersikap seolah sama sekali tak mendengarnya."Jangan terlalu percaya diri. Aku punya kamera di seluruh ruangan di rumah itu. Bukan hanya di kamarmu! Aku mencoba mencari pengkhianat itu, dan dia bisa jadi siapapun yang tinggal di rumah itu," ujar Husam. Suaranya mengandung kebencian. Rasa sakit terpancar dari mata Sadia, ia mengedipkan matanya dengan cepat agar air matanya tak jadi tumpah."Aku sama sekali tak ingin memperhatikanmu!" Husam membuang muka, mengabaikan air mata di mata Sadia."Aku sudah memberitahumu. Aku hanya be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status