Share

Terpaksa Rujuk Demi Anak
Terpaksa Rujuk Demi Anak
Author: Ranisipenulis

Episode 01

Plak... Plak!

Anton menampar kedua pipi Rani dengan sangat keras, Rani terpental lumayan jauh.

"Berani nya kamu mengkhianati Mas, Rani!" Anton menatap ke arah Rani dengan penuh amarah.

"Apa maksud Mas? Sungguh aku tidak mengerti." Rani menatap suaminya sembari menangis.

"Kamu jangan berpura pura tidak mengetahuinya Rani, kamu mengkhianati Mas. Apa salah Mas kepadamu? Apa Mas pernah mengkhianati dirimu? Sehingga kamu melakukan ini kepada Mas?" tanya Anton.

"Mas kenapa, aku tidak pernah mengkhianati Mas." Rani menangis sesenggukan.

Rani menangis bukan karena merasakan perih di kedua pipinya yang lebam akibat tamparan Anton yang begitu kencang, Rani menangis karena Anton berkata jika dirinya mengkhianati Anton.

Anton mengeluarkan ponsel nya yang ada di dalam saku jas nya, Anton membuka layar ponsel nya dan mencari sesuatu di ponselnya.

"Ini apa Rani, ini apa? Kamu masih ingin berkata jika Mas kenapa? Ini. lihat ini!" bentak Anton menunjukkan foto Rani yang sedang tidur dengan seorang pria, dan mereka berdua telanjang bulat.

Rani sangat terkejut melihat apa yang Anton tunjukkan kepada dirinya.

"Ini tidak seperti yang Mas lihat. Sumpah aku tidak pernah mengkhianati Mas." Rani berusaha membuat Anton yakin kepada dirinya.

"Kamu pikir Mas percaya? Bukti sudah jelas Rani, kamu tidak bisa mengelak lagi." Anton menatap ke arah Rani.

"Darimana dan dari siapa Mas mendapatkan foto itu?" tanya Rani mulai meredakan tangisan nya.

"Itu tidak penting Mas mendapatkan foto ini dari siapa, sebaiknya kamu kemasi barang-barangmu dan pergi dari rumah ini." Anton mengusir Rani.

"Mas mengusirku? Mas lebih percaya dengan orang lain daripada istri Mas sendiri yang sudah 5 tahun kita menjalin hubungan." Rani tidak percaya dengan apa yang Anton katakan barusan kepada dirinya.

Anton dan Rani menikah sudah 4 tahun, dulu mereka berpacaran 1 tahun. Maka dari itu Rani mengatakan jika dirinya dan Anton sudah 5 tahun menjalin hubungan.

"Bukti sudah jelas, Mas lelah marah-marah terus. Mas sudah tidak muda lagi, tidak mempunyai banyak tenaga untuk berdebat dengan wanita muda seperti dirimu." jelas Anton.

Anton sudah berusia 35 tahun. Sedangkan Rani baru berusia 24 tahun. Mereka berselisih 11 tahun.

"Mas memberi waktu kamu 1 jam untuk mengemasi semua barang barangmu, jika selama 1 jam kamu belum berkemas juga? Terpaksa Mas akan menggunakan kekerasan." jelas Anton sembari membuka pintu kamarnya.

Anton keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar dengan kencang. Rani menangis lagi dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai

"Siapa yang telah menjadi duri di antara rumah tanggaku dan Mas Anton. Tega sekali mereka." isak tangis Rani.

Anton menuruni anak tangga dan duduk di sofa ruang tengah, Anton melonggarkan dasi nya dan memijat pelipisnya.

"Kenapa Rani setega ini kepadaku, apa salahku? Apa cinta dan kasih sayangku kepadanya itu kurang? Aku sangat sakit hati kepada Rani " gumam Anton.

Laura dan Hasan masuk ke dalam ruang tengah, mereka adalah orang tua Anton.

"Bagaimana? Apa Rani sudah pergi dari rumah ini?" tanya Hasan yang duduk di sebelah Anton.

"Belum, Pa. Dia sedang mengemasi barang-barangnya." jawab Anton.

"Wanita tidak tau terimakasih iya seperti itu, lagian kamu kenapa sih menikahi wanita miskin itu, kan jadi seperti ini, dia sudah mulai berani kepadamu." Laura sangat marah.

"Mama dan Papa jangan ikut campur, ini masalah rumah tanggaku dengan Rani." jawab Anton menatap Laura dan Hasan secara bergantian.

"Baiklah, kami tidak akan ikut campur." jawab Hasan.

Laura mengangguk. Anton melihat Zargie berlari ke arahnya.

"Papa!" teriak Zargie kepada Anton.

Zargie Watson. Adalah anak pertama Anton dan Rani yang baru berusia 3 tahun, Anton dan Rani sudah menikah 4 tahun. Dan mereka baru di karuniai satu anak.

"Iya Sayang, ada apa hmm. Tumben jam 9 sudah pulang sekolah? Biasanya jam 10." Anton mengangkat tubuh anaknya lalu mendudukkan anaknya di pangkuan nya.

"Iya Papa, semua guru ada rapat." jawab Zargie.

Zargie sudah sekolah. Namun, baru sekolah paud.

"Ah begitu, baiklah Sayang. Gantilah pakaian dengan Nenek, atau dengan Bibi saja?" tanya Anton menatap Zargie.

"Dengan Mama saja, Mama ada di mana, Pa?" tanya balik Zargie.

Anton langsung terdiam, Anton tidak menjawab pertanyaan Zargie. Anton bingung harus menjawab apa, Laura yang mengerti ekspresi wajah anaknya langsung berdiri dan menggendong tubuh kecil Zargie

"Mama sedang ada di kamar, Sayang, ganti pakaian dengan Nenek saja ya." Laura mencium pipi gembul Zargie.

"Iya Nenek, ayo, setelah itu kita main ya Nek." Zargie menatap Laura.

"Siap cucu kesayangan Nenek, nanti kita akan bermain ya di kamar khusus mainan kamu." jawab Laura sembari berjalan ke arah kamar Zargie.

"Asik...oke Nenek." Zargie merasa sangat senang karena akan bermain dengan Nenek nya.

Rani sedang mengemasi barang-barangnya. Rani mengambil kotak lumayan besar lalu menatapnya.

"Di dalam ada uang nya, ini adalah tabunganku selama 2 tahun. Semoga saja bermanfaat." gumam Rani memasukkan kotak itu ke dalam koper besarnya.

Rani tidak membawa dress, jam tanga, perhiasan, tas, heels, yang semuanya mahal mahal. Karena keluarga Watson adalah keluarga kaya raya, Rani hanya membawa pakaian biasanya saja. Rani memang membawa tas dan memakai heels yang harganya murah.

"Apa aku siap untuk berpisah dengan anakku?" gumam Rani.

Rani menutup kopernya dan menarik kopernya ke arah pintu, Rani membuka pintunya dan keluar dari kamar. Rani membalikkan tubuh dan menatap kamarnya.

"Kamar ini adalah saksi cintaku dan Mas Anton, aku tidak akan bisa melupakan kenangan-kenangan indah yang aku dan Mas Anton lakukan di kamar ini." Rani meneteskan air mata nya kembali.

Rani menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan ke arah anak tangga, Rani menuruni anak tangga secara perlahan sembari menarik kopernya. Anton yang sedang memejamkan matanya perlahan membuka matanya karena mendengar bunyi heels menuruni anak tangga. Anton menatap Rani yang sedang menuruni anak tangga sembari menarik koper berukuran besar, Anton dan Hasan berdiri dari duduk nya. Rani berjalan ke arah Anton dan Hasan.

"Baguslah jika kamu menuruti perkataan Anton." Hasan menatap Rani.

"Cepat pergi dari sini." pinta Anton menatap Rani dengan tatapan datar.

Anton mengambil dompet yang ada di dalam saku celananya, lalu dia mengeluarkan kartu ATM nya.

"Ini untukmu, isinya 2 Miliyar. Semoga bermanfaat." Anton menyodorkan kartu ATM nya kepada Rani.

"Tidak perlu, aku bisa bertahan hidup dengan kerja kerasku nanti." Jawab Rani

"Kenapa menolaknya? Kamu kan wanita miskin, apa segitu kurang?" Tanya Laura tiba tiba datang ke ruang tengah.

"Tidak, itu bukan hak ku." jawab Rani.

"Cepatlah pergi dari sini, lambat sekali." Laura mendorong tubuh Rani.

"Mama hentikan! Aku sudah mengatakan kepada kalian kan tadi, ini urusan rumah tanggaku dengan Rani, kalian tidak boleh ikut campur." Anton merasa marah ketika Laura mendorong tubuh Rani.

Bagaimanapun Anton masih sangat mencintai dan menyayangi Rani, walaupun Rani mengkhianati dirinya.

"Baiklah, baiklah, Mama tidak akan menyentuh nya." Laura berdiri di sebelah suaminya.

Saat Rani akan melangkahkan kakinya keluar dari ruang tengah. Tiba tiba Zargie berteriak memanggil dirinya.

"Mama!" teriak Zargie.

Rani langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk menatap anaknya, Rani meneteskan air mata nya saat Zargie memeluk kakinya. Karena tinggi Zargie selutut Rani.

"Mama akan kemana? Zargie ikut." Zargie memeluk kaki Rani dengan erat.

Rani berjongkok dan memeluk tubuh anaknya itu dengan erat, Rani menangis dalam diam, Zargie membalas pelukan Rani dengan erat.

"Kenapa Mama tidak menjawabku, Mama akan kemana?" tanya Zargie sekali lagi.

Rani melepas pelukan nya dan mencium seluruh wajah Zargie dengan penuh kasih sayang.

"Sayang, dengarkan Mama baik baik ya, Mama akan ke pasar dulu, ini barang-barang yang akan Mama berikan kepada orang yang membutuhkan, Zargie di rumah saja ya, jangan ikut. Zargie harus nurut dengan Nenek, Kakek, dan Papa ya. Jangan nakal, harus rajin belajar, jaga kesehatan, harus makan tepat waktu, dan jangan lupa minum susu dan minum vitamin ya." jelas Rani menatap Zargie dengan lekat.

"Iya Mama, aku akan melakukan semua yang Mama katakan." jawab Zargie.

"Janji dulu dengan Mama." Rani menunjukkan jari kelingking Kepada Zargie.

"Aku berjanji, aku akan melakukan apa yang Mama katakan barusan." Zargie tersenyum dan melingkarkan jari kelingking nya ke jari kelingking Rani.

"Anak Mama memang sangat pintar. Jangan tidur malam ya, jam 8 malam harus sudah tidur ya. Jangan malas pergi ke sekolah, jangan malas untuk belajar." Rani mengusap lembut kedua pipi gembul Zargie.

"Iya Mama, kapan Mama akan pulang?" Tanya Zargie.

"Jika belanjaan Mama sudah lengkap Mama akan pulang, jangan menunggu Mama ya. Mama tidak tau kapan Mama akan pulang, karena belanjaan Mama lumayan banyak." Rani tersenyum kepada Zargie.

Hati Anton sangat sesak melihat perpisahan Rani dengan Zargie. Anton berusaha menahan dirinya untuk tidak meneteskan air mata nya.

"Kamu boleh bertemu dengan Zargie kapanpun kamu ingin. Namun, jangan terlalu sering. Minimal satu minggu satu kali." jelas Anton.

"Setelah kamu mendapatkan rumah, hubungi Mas. Karena Mas akan mengirim surat cerai ke alamat rumahmu,." lanjut Anton.

Rani tidak bisa berkata kata lagi, sungguh hatinya sangat sakit mendengar Anton berkata seperti itu. Rani harap ini tidak nyata, Rani berpikir positif jika Anton sedang banyak masalah di perusahaan nya, maka dari itu Anton meluapkan amarahnya kepada dirinya.

"Tadi ada PR atau tidak dari Ibu Gru?" tanya Rani.

"Ada Mama, ada dua PR." jawab Zargie.

"Ayo kita mengerjakan PR mu, Sayang." Ajak Laura kepada Zargie.

"Tuh Nenek akan membantu mu mengerjakan PR, pergilah. Sebelum mengerjakan PR makan terlebih dahulu ya, supaya bisa berfikir, dan soal PR kamu benar semua." Rani tersenyum lalu memeluk tubuh anaknya dengan erat.

Sungguh Rani tidak sanggup jika harus berpisah dari Zargie. Namun, Rani juga tidak ingin Zargie hidup menderita dan serba kekurangan jika Zargie ikut dengan nya.

"Baiklah Mama, aku akan makan terlebih dahulu, setelah itu aku akan mengerjakan semua tugas sekolahku." Jawab Zargie.

"Anak Mama memang sangat pintar, sama seperti Papa." Rani melepas pelukan nya lalu menatap Anton.

"Jangan lupa belikan aku jajanan pasar ya Ma." Zargie menatap Rani lalu mencium kedua pipi Rani dengan penuh kasih sayang.

"Iya Sayang, nanti Mama akan membelikan mu jajanan pasar." Jawab Rami sembari mengusap usap rambut Zargie.

"Nah sekarang ayo kita makan." Laura menuntun Zargie berjalan ke ruang makan.

Rani menatap Zargie yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya, Hasan mengikuti Laura dan Zargie. Tersisa lah Rani dan Anton di ruang tengah, Rani menghapus air mata nya dan menarik kopernya.

Baru 5 langkah Rani berjalan, tangan nya di tahan sama Anton.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status